BAB 4

13K 1.1K 7
                                    

Mempersiapkan majalah edisi perdana ternyata sangat menguras tenaga dan pikiran. Apalagi buat kami bertiga. Karena itu tugas pun mulai dibagi. Abel mengurus desain dan artistiknya, aku bagian editorial seenggaknya bidang ini adalah pekerjaanku sebelumnya, sedang Dion bertanggung jawab di marketing. Karena sangat kerepotan Dion pun menarik satu karyawan lagi bernama Mona. Gadis cantik adik kelas Abel waktu kuliah. Kebetulan Mona baru lulus dan lagi nyari kerjaan, makanya Dion menawari Mona untuk bergabung. Tugas Mona lebih ke arah tugas sekretaris. Membuat dan mengetik surat, membuat janji dengan para tenant, bantu-bantu aku di editorial dan nungguin telpon di kantor. Kantor yang kami gunakan adalah bangunan bekas café Dion dulu di daerah Deresan.

Diantara kesibukan mempersiapkan edisi perdana, aku menyempatkan menjenguk Papa setiap jam makan siang. Karena tahu kebiasaanku ke rumah sakit berganti di siang hari, Mama pun tidak pernah ke sana di waktu yang sama. Di saat seperti ini, tak ada satupun di antara kami yang berusaha untuk saling mendekatkan diri. Karena itu aku lebih nyaman berada di kantor di banding berada di rumah.

Keberadaanku di sisi Papa mampu membuat keadaannya lebih cepat stabil. Papa cukup banyak berbicara bila aku bersamanya, meski pembicaraan itu lebih tepat kusebut sebagai gumaman. Syarafnya yang terganggu karena stroke membuat Papa hanya bisa bergumam. Aku bisa menangkap maksud dari setiap gumamannya, kata maaf tak pernah ia lupa selipkan dalam setiap pengutaraannya yang kurang jelas itu. Maaf atas ketidakmampuannya menjadi seorang ayah yang seharusnya memberikan 100 persen cintanya untukku. Aku tidak pernah menyalahkan Papa yang terlihat 'lemah', bagaimanapun aku sadar situasi Papa pun sangat sulit.

"Bi! Melamun?" Abel menepuk pelan bahuku sehingga membuatku tersadar dari lamunanku. Mona yang duduk di depanku ikut melongokkan kepalanya dari balik monitor komputer. Ia ikut memandangku.

"Mbak Bian melamunnya dari tadi, sampe-sampe telponnya bunyi aja dia nggak denger." Tukas Mona menahan senyum.

"Beneran Mon? Kok nggak bilang."

"Nggak enak aja gangguin Mbak Bian. Habis mukanya serius gitu."

Aku segera merogoh tasku dan mengeluarkan ponsel. Ternyata benar ada satu panggilan tak terjawab di sana. Ternyata dari Dani. Aku memberi tanda pada Abel untuk memberi waktu padaku menelpon balik adikku itu. Ternyata Dani hanya mengingatku untuk tidak lupa singgah ke rumah sakit sebelum balik.

"Teman-teman, kita meeting bentar yuk." seru Dion.

Aku, Mona dan Abel segera menuju meja bundar di tengah ruangan tempat meeting kita. Dion sudah menunggu di sana dengan laptop di hadapannya.

"Bener perkiraanmu Bi. Iklannya rada susah. Umumnya beratnya di harga sih." Dion mulai membuka meeting. "Karena itu aku punya ide. Karena ini edisi perdana, kita buat satu spread untuk iklan congratulation openingnya JavaLand. Jadinya emang kayak filler tapi nggak terlalu ganggu desain karena emang kita pakainya satu spread di bagian tengah. Menurutku ini lumayan membantu. Gimana?" Aku terdiam. Dion dan Abel memang punya keinginan agar tidak menerima ikaln dalam bentuk filler. Karena menurut mereka iklan filler akan mengotori desain majalah. Bagiku keinginan mereka itu terlalu 'sombong' untuk ukuran majalan baru apalagi di daerah. Tapi lebih dari itu, ini masalah image. Dion dan Abel sangat memperhitungkan image dan aku pun setuju untuk hal ini.

"Ok aja kok." Setelah beberapa detik berusaha memahami ide Dion, aku mencoba memberi pendapat. "Oh ya Yon, ehm.. gimana kalau kita kasih bonus buat yang masang filler congratulation ini. Maksud aku, kita buat kompensasi gitu. Misalnya kalau mereka masuk di filler ini, untuk edisi depan produk baru mereka masuk ke rubric the Latest sama sales / promotion. Kalau misalnya mereka ngambil lebih dari satu kotak mereka bisa dapat bonus artikel untuk edisi berikutnya. Siapa sih yang nolak bonus? Gimana?" Kuutarakan semua pikiran yang sekiranya bisamembantu Dion. Dan sahabatku itu langsung tersenyum lega saat mendengar ideku.

I'm Coming Home  [Bisa Baca Sampai Tamat di DREAME]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang