Malam Pertama

107K 988 57
                                    

Ini harusnya menjadi malam bersejarah sepanjang masa, harusnya ini malam pertama paling indah seumur hidup.  Harusnya...

Ya, ini adalah, malam pertamaku menjadi pengantin baru...

Sekarang aku sedang berbaring bersebelahan dengan pria yang sebelumnya berstatus sebagai sahabatku yang naik pangkat sebagai suami. Dia Evan Anggara, pria yang baru beberapa jam resmi menjadi imamku. Jangan tanya mengapa kami bisa menikah. Akupun tak tahu, yang ku ingat hanyalah aku menerima lamarannya, yang dimana dia didesak oleh mamanya untuk menjadikanku sebagai menantu. Aku tahu itu, mamanya sangat menyayangiku. Boleh aku jujur mengapa aku menerima lamarannya? Hanya satu jawabannya.

CINTA

Dan dia tak tau itu.

Tiduran dengan Evan sudah biasa bagiku, dulu kami juga sering tiduran di tikar dengan sahabat-sahanbat kami lainnya. Jadi ini bukan hal yang dapat membuatku canggung.

"Rin, inget ngga sih pas taon baruan jaman SMA kamu pertama kali nginep di rumah aku?" tanya Evan dengan pandangan menerawang, ini yang kusuka, bernostalgia ria, mengingat masa-masa SMA kami yang lucu-lucu.

"Inget dong. Waktu itu kan kita abis Isya pergi konvoi sama teman-teman lainnya muter-muterin kota, terus ketemu bencong sexy, godain orang-orang pacaran yang lewat, pulangnya kita bakar-bakar, terus kita sambil main kartu, abis itu idupin kembang api, main kartu lagi ampe pagi. Hehehe..."

"Apanya yang main kartu ampe pagi? Orang kamunya tewas jam-jam empatan sangkin ngantuknya, terus yang cewe-cewe pada tidur di kamar aku, kami ya di teras ngga tidur-tidur," ya, benar, waktu itu kami mengadakan acara di rumah Evan dan nginap di sana.

"Hehe... Abis ngantuk banget sih... Terus kamu masuk kamar dan ngidupin kipas kan? Dingin tauk!"

"Hehe... Aku fikir kalian kepanasan rame-rame di dalam, ya udah aku idupin kipasnya, tapi kan aku selimutin kalian," katanya dengan wajah tanpa dosa.

"Heh! Kan mama waktu itu bilangin kamu supaya nggak boleh masuk! Aku tau koq kalau kamu nyelimutin kita, aku sedikit sadar waktu itu. Tapi mata aku berat banget, ngga bisa dibuka,"

"Huh," Evan mengacak rambutku, "dasar kebo."

"Eh! Enak aja! Orang ngantuk berat ya begindang," balasku kesal, dan kami tertawa bersama.

***

Sementara itu mama dari kedua belah pihak menguping di pintu kamar pengantin baru.

"Lho? Koq ketawa-ketawa? Emangnya dulu pas malam pertama gitu ya? Aku ngga ingat," kata Hani, mama Evan.

"Kayaknya nggak deh, ngapain juga ketawa-ketawa, ya nggak konsentrasin dong, bikinnya," balas Mita, mama Erin.

"Ya ampun mama-mama ini kepo banget sih ama penganten baru? Kayak ngga pernah aja deh," Lolita, kakak Evan, ikut nimbrung, "udah dong mama-mama.. biarin mereka ngelakuin sesuka hati, jangan di paksa banget Evannya."

Akhirnya ibu-ibu itu meneyerah dan berlalu meninggalkan TKP.

***

Sepanjang malam benar-benar dihabiskan oleh pengantin baru itu untuk mengenang masa-masa SMA mereka, mulai dari mandi-mandi di sungai, pergi ke pantai, menghadiri berbagai acara, mengelilingi kota, jalan-jalan, dihukum guru, main bola bareng sampai mecahin  pot gantung di sekolah, di jemur di lapangan, kadang berantem, maki-makian, pukul-pukulan, ejek-ejekan, curhat-curhatan, makan bareng, main bareng, shalat bareng, dan masih banyak lagi hal indah bersama para sahaba mereka, yang menjadi mood booster bagi Erin. Namun sekarang sahabat-sahabatnya sudah mencar ke berbagai kota bahkan pulau, tapi Erin bahagia sekali tadi di resepsi pernikahannya dengan Evan, semua sahabat yang ia sangat sangat dan sangat rindukan hadir.

Erin menatapi wajah suaminya yang sedang damai di alam mimpi, kira-kira apa yang ada dalam mimpinya saat ini? Aku? Tanya Erin dalam hati, 'seandainya aja kamu tau selama ini aku mencintai kamu, Van..'

"Jangan di lihatin aja dong..." tiba-tiba mata itu terbuka, Erin kaget bukan main seperti orang yang kedapatan mengintip.

"Eh, a-aku ngg-nngak lihat-" ucap Erin terbata namun denga sigap telunjuk Evan di tempelkan di bibir Erin menghentikan omongannya.

Mata mereka saling beradu, "aku tau, kamu cinta, kan, sama aku? Hm?" tanya Evan yang lebih terdengar seperti pernyataan.

"Hah! Enak aja. Huh! Ngawur kamu." Erin tertawa garing, usahanya kalau sudah gugup.

"Udah lah Rin, aku udah tau semuanya."

"D-dari mana?"

"Aku kan shabat kamu? Masa aku ngga bisa tau apa yang ada di fikiran dan hati kamu?"

"Maafin aku, Van.."

"Maaf? Untuk apa?"

"Aku udah jatuh cinta sama kamu, aku udah jatuh terlalu dalam..." ucap Erin sambil menangis.

"Ya ampun Rin.." Evan menghapus air mata Erin dengan tangannya, "ngapain minta maaf? Aku malahan senang banget istri aku cinta sedalam itu..." kini ia menarik tubuh Erin dalam dekapannya, "itu artinya cintaku nggak bertepepuk sebelah tangan, kan?"

Erin mendongakkan wajahnya, "hah? K-kamu?" matanya melotot tak percaya.

Seolah Evan dapat membaca fikiran Erin, ia mengangguk sembari tersenyum, "aku tau, aku menyadarinya beberapa tahun belakangan ini, dan aku merasa yakin kalau kamulah pelabuhan terakhir aku," Evan mengecup puncak kepala istrinya, lalu turun ke mata, pipi, hidung, dan menetap lama di bibir.

Best night EvEr!!!

THE END

Malam PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang