4

2.1K 312 14
                                    

Yoongi menatap gedung sekolah barunya, sekolahnya kali ini lima kali lipat lebih besar dari sekolah lamanya di Daegu.

Yoongi heran kenapa ayahnya mau repot-repot menyekolahkannya. Oh, ia lupa! Ia memiliki noona yang dengan senang hati akan memaksa ayahnya.

Yoongi menatap halaman luas sekolah barunya, lumayan ramai. Tentu saja karena ini sudah akan masuk kelas.

Yoongi menatap halaman luas itu, semuanya hijau. Mungkin dipergunakan untuk ruang terbuka hijau. Pikir Yoongi.

Beberapa siswa dan siswi menatapnya heran, sebenarnya bukan tatapan heran, lebih tepatnya mengintimidasi.

Yoongi berjalan kikuk kedalam sekolah barunya. Ia tau, kini ia sedang menjadi pusat perhatian.

Dan Yoongi tidak suka itu.

Yoongi tidak suka menjadi objek perhatian. Ia menggengam erat tali ranselnya saat ia melihat beberapa gadis berbisik-bisik ke arahnya, ia menunduk.

Ia tidak berani mengangkat wajahnya ketika gadis gadis yang membisikinya tadi melemparkan tatapan cemoohan.

Yoongi tidak tau apa salahannya, jadilah ia diam. Sampai ketika seseorang menepuk bahu sempitnya Yoongi terlonjak.

"Kau murid baru?" Yoongi menatap orang yang menepuknya, sesaat kemudian ia mengangguk.

Yoongi menatap laki- laki didepannya, laki-laki yang tampan dengan bibir tebal, mata sipit namun tajam, hidung mancungnya dan jangan lupakan rahangnya yang terlihat sangat kokoh.

Yoongi iri melihatnya, sangat berbeda dengan Yoongi yang terlihat lembek.

"Kenalkan aku Park Jimin, aku ketua kelas dari kelas 12 B" laki-laki bernama Jimin itu mengulurkan tangannya yang dengan senang hati dijabat oleh Yoongi.

"Aku Min Yoongi, senang bertemu denganmu Park Jimin ssi!"

"Kau tidak perlu seformal itu padaku! Panggil aku Jimin! Jimin ah? Jiminie? Atau Jimin oppa juga boleh" Jimin menaik-turunkan alisnya, menggoda Yoongi.

Wajah Yoongi memerah, "A-aku laki-laki kalau kau tidak tau!" jelas Yoongi gelagapan, Jimin tersentak,  "Benarkah?"

"Tentu saja!" balas Yoongi cepat. Jimin menyipitkan matanya dan menelisik penampilan Yoongi, ia memakai seragam yang sama dengannya.

Terpampang dengan jelas jika Yoongi memakai celana panjang, bukan rok pendek diatas lutut yang mengumbar paha putih.

Benar juga! Jimin mengangguk, "Ya sudahlah, ayo ikut aku! Akan aku tunjukkan ruang guru"

Yoongi mengangguk, ia lalu menggandeng tangan Yoongi.

Halus sekali, pikir Jimin.

"Kau pindahan dari mana?"

"Daegu!"

"Wah, lumayan jauh!" Yoongi mengangguk. "Kenapa kau pindah ke Seoul?"

"Ayahku dipindah-tugaskan kemari!" Jimin ber'oh' ria.

"Siapa nama ayahmu? Apa dia orang terkenal? Ya aku tanya seperti ini karena murid-murid disini rata-rata berasal dari keluarga terpandang"

Yoongi tersentak, "Aku tidak bisa memberi taumu!" gumamnya.

"Kenapa?"

"Aku tidak bisa, maaf!" Yoongi menunduk, Jimin menatap Yoongi. "Baiklah. Tapi kau berhutang penjelasan kepadaku" Yoongi mengangguk.

"Suatu saat akan aku katakan" Jimin tersenyum, "Tidak usah terburu-buru"

"Ne,"

"Baiklah, Kita sudah sampai!" pekik Jimin. Jimin pun mengetuk pintu ruang guru.

PAPER HEART ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang