Bagaimana Bella bisa membaca pikiranku?
Tunggu.. Orang pilihan nya bukan dia kan? Maksudku.. Ini tidak masuk akal.Bagaimana dia bisa memiliki kemampuan itu? Atau.. Tadi hanya kebetulan saja? Kebetulan saja dia bisa membaca pikiranku?
Entahlah,aku harus membuang pikiran negatifku terhadapnya.Anggap saja yang barusan tidak pernah terjadi."Sepertinya satu bulanku ini akan menjadi sangat menyenangkan." Kata Bella membuyarkan lamunanku. "Bukankah suatu kebetulan kita bisa duduk bersama?" Tanya nya sambil terkekeh.
Aku terdiam sebentar sebelum akhirnya menjawab. "Ya,kupikir begitu."
Bella meraih tanganku dan menggenggamnya. "Bagaimana jika sepulang sekolah nanti kita pergi ke cafe baru yang berada di dekat sekolah?"
Jangan khawatir,Lyn.Kau hanya perlu memfokuskan pikiranmu untuk memberi dinding pada pikiranmu agar berjaga-jaga kalau Bella adalah orang pilihan yang lain.
Aku tersenyum menatapnya. "Aku ada urusan sepulang sekolah nanti." Jawabku lalu melepaskan genggaman tangan nya. "Kenapa kau tidak aja Ocha saja?" Meski Ocha juga harus berkumpul dengan anggota klub menulis...
Bella menggeleng. "Akhir-akhir ini Ocha sibuk." Tentu saja,dia kan sibuk mencari tahu pelaku pembunuhan Bertus.
"Ayolah,Lyn.Aku yang akan mentraktirmu.Bagaimana?" Lanjutnya lagi.Yah.. Tidak masalah kalau hanya kali ini. "Baiklah."
.
.
.
"Tidak bisa ikut rapat?" Tanya Alice bingung. "Tumben sekali,Lyn."
Ya,aku memang jarang sekali absen klub menulis.Karena aku tidak pernah memiliki keperluan penting yang mengharuskanku absen.Maka dari itu,aku meminta izin pada Alice.
"Bella mengajak ku pergi.Dan.. Ada sesuatu yang ingin kuceritakan padamu nanti."
Alice tersenyum dan menepuk pundak ku. "Tidak masalah,pergilah dengan temanmu sesekali.Katakan padanya,kapan-kapan dia harus mengajak ku juga."
Aku tersenyum dan mengangguk.
Ini memang pertama kalinya aku pergi dengan 'teman'.Entahlah Bella bisa disebut 'teman' atau tidak.Aku tidak terlalu dekat dengan nya,dan tidak berharap bisa dekat dengan nya.Kalau bukan karena untuk memecahkan kasus Bertus,aku tidak akan melakukan ini.Sebenarnya Bertus pun tidak ada hubungan nya denganku,tapi aku merasa aku harus memecahkan kasus ini.Yah.. Setidaknya aku tahu kenyataan siapa yang membunuh Bertus,atau memang dari awal ini semua hanya kecelakaan..
.
.
"Kau tahu,Lyn? Katanya cafe disana sangat terkenal meski baru dibuka." Kata Bella sambil tersenyum.
"Benarkah?"
"Muffin dan beberapa cake nya sangat terkenal karena lezat."
Sayangnya aku kurang suka makanan manis.
"Tidak hanya dessert , ada makanan lain juga.Kau tidak suka makanan manis kan?" Lanjutnya lagi.Aku terkejut mendengar pertanyaan nya.
Bella terkekeh. "Kelihatan dari wajahmu yang seolah mengatakan 'ew' saat aku membicarakan makanan manis."
"Ah.. Begitu."
Sungguh,kupikir dia bisa membaca pikiranku tanpa bersentuhan.Anak ini gawat juga..."Ini dia! Cafe yang selama ini ingin kudatangi!" Teriaknya dengan girang saat kami berada tepat didepan cafe tersebut.
Padahal sejak kemarin ia selalu murung dan tidak banyak bicara.Tapi saat ini berkebalikan 180°.Ia benar-benar seperti kembali pada diri nya yang semula.
Bella menarik pergelangan tanganku karena sudah tidak sabar. "Jangan hanya diam disini!"
Kami memasuki cafe yang bernuansa gothic tersebut.Para pelayan nya bahkan mengenakan pakaian seperti seorang cosplayer. Aku seperti berada di dunia yang berbeda.
"Kurasa kita salah tempat." Kataku,yang langsung disambut tawa Bella yang khas.
"Inilah daya tarik cafe ini." Jawabnya lalu menarik tanganku ke salah satu kursi yang kosong.
"Untung saja kita datang cepat.Kalau tidak,kita tidak akan dapat tempat!"Aku duduk dikursi dan memandangi sekelilingku.Ramai juga ternyata.Bukan hanya kami yang murid sekolah.
"Jadi,kau ingin pesan apa?" Tanya Bella.
Aku mengangkat kedua bahuku. "Apapun yang menurutmu tidak manis."
Aku kurang paham soal kue-kue."Baiklah,aku akan pesan.Tunggulah disini,Lyn." Katanya lalu berjalan menuju tempat pemesanan makanan.
Aku mengangguk.
Ternyata begini rasanya hangout sepulang sekolah bersama seorang 'teman'. 'Teman' yang tidak peduli dengan kemampuan anehku.Aku tersentak saat hp ku berdering.Ocha? Tumben sekali dia menelfonku.
"Halo,Cha?"
"Bagaimana kau dengan Bella? Kata alice kalian sedang pergi bersama."
Ah.. Aku lupa belum mengatakan soal Bella yang membaca pikiranku.Entah itu kebetulan atau bukan.Tapi sepertinya bukan hal yang penting untuk di ceritakan..
"Ya,kami sedang di cafe... Entah apa nama cafe nya."
"Dia masih tidak ingin bicara?"
"Dia bicara banyak seperti dulu,bahkan tertawa."
"Kau serius?!"
"Ah.. Dia datang.Kututup dulu,Cha."
Aku mematikan telfon dari Ocha.Bella datang membawa nampan hitam yang terlihat manis dan elegan. "Ini tidak manis,aku yakin kau menyukainya,Lyn." Katanya sambil meletakkan sepiring berisi 1 potong croissant berukuran sekepalan tangan. "Lalu ini minumanmu."
Ia memberikanku secangkir green tea latte."Punyamu?" Tanyaku.
Bella meletakkan sepiring strawberry shortcake yang kelihatan nya bisa membuat seseorang langsung diabetes karena banyak nya selai strawberry dan creame.
"Hey! Apa-apaan wajahmu itu? Sungguh,ini tidak seperti bayanganmu.Ini sangat lezat! Kau harus mencobanya,Lyn!" Katanya sambil memotong cake miliknya dan berniat menyuapiku.Aku menggeleng cepat. "Aku sudah punya makananku sendiri."
Jawabku lalu memakan croissant milikku.Meski di bayar berapa pun aku tidak akan pernah memakan makanan seperti itu.
"Bagaimana dengan urusanmu? Kau bilang tadi ada urusan sepulang sekolah?" Tanya nya sambil menyuapi sepotong cake pada mulutnya.
Aku mengangguk lalu menelan sisa makanan di dalam mulutku. "Kutunda." Jawabku lalu menyeruput green tea latte milikku.
"Kita harus sering-sering hangout seperti ini." Ujarnya. "Lain kali kau yang harus mentraktirku." Lanjutnya lagi sambil terkekeh.
"Jika Alice,Ocha,dan yang lain nya ikut akan lebih ramai sepertinya."
Bella sempat terdiam sebentar. "Aku tidak suka keramaian."
Aku salah bicara?
"Ingin coba Raspberry Blended ku?" Tawarnya sambil menggeser minuman anehnya ke arahku.
Ia mengganti topik? Pfh..
KAMU SEDANG MEMBACA
Orang Pilihan 2 : The Shadow
Mystery / Thriller(Cerita lanjutan dari "Orang Pilihan") Jimmy yang awalnya tertuduh atas kasus kematian Bertus malah ikut menghilang juga.Dalam penglihatanku,ada satu orang lagi yang menjadi bayangan Jimmy,yang menggerakan Jimmy.Dan orang itu berada di kelas kami. Y...