Dering alarm terus berbunyi pertanda bahwa sudah waktunya berhenti tidur. Meski begitu, Sara tak juga bangun. Ia tertahan mimpinya, entah itu indah atau buruk. Setiap kali handphone mengeluarkan dering alarmnya, Ia hanya bergerak merubah posisi.
Tak ada yang menariknya dari cengkraman kasur yang empuk. Ia tinggal seorang diri di rumah milik keluarganya di Jakarta, sedang orangtuanya menetap di Jogjakarta karena alasan pekerjaan. Bukan karena untuk mendiami rumahnya yang kosong, bukan pula karena ada seseorang yang harus Ia pertahankan di Jakarta. Namun, Ia seorang mahasiswi di salah satu universitas di Jakarta. Hal tersebut cukup menjadi alasan yang tak terbantahkan agar tidak pindah ke Jogja menuruti kemauan Bundanya yang memang over protective.
Entah sudah berapa alarm yang Ia lewatkan, badannya masih menggulung memeluk guling. Tiba-tiba handphonenya berdering kembali, tapi dengan suara yang berbeda dari yang sudah-sudah. Sara tak malas-malasan, justru spontan bangun dari tidur panjangnya dan langsung meraih handphonenya.
"Hallo, Bunda!"
Ia sengaja mengatur dering panggilan khusus pada nomor milik Bundanya. Agar telepon masuk dari Bunda tak pernah dilewatkannya.
"Bunda sama Ayah di luar, cepat buka pintunya, Ra"
Ekspresi kagetnya tak begitu lama, Ia langsung berlari untuk menyambut orangtuanya. Ia terus saja senyum-senyum tanda betapa senangnya bertemu Bunda dan Ayah.
"Welcome!" teriak Sara setelah membuka pintu sambil merentangkan kedua tangannya. Dia pun kembali dibuat kaget dan tak tahan untuk kembali bersorak, Ia pun berusaha menahan hal tersebut dengan menutup mulut dengan kedua telapak tangannya.
Di depannya, sudah berdiri Bunda dengan kue ulang tahun, sedangkan Ayahnya memegangi puluhan balon gas berwarna-warni. Keduanya tertawa melihat begitu berisik anak semata wayangnya itu. Bunda pun sampai menggeleng-gelengkan kepalanya, sambil tak henti-henti menertawai anaknya yang begitu kekanak-kanakan.
"I love you all" pekik Sara sambil meraih pundak orangtuanya dan menyeret masuk dengan gerak lincah yang tak sabaran.
Satu jam berlalu, mereka habiskan untuk makan dan lebih banyak untuk mendengarkan cerita-cerita konyol dari Sara. Sara selalu senang berbagi cerita tentang hari-harinya di Jakarta tanpa Bunda dan Ayah. Tak pernah lupa, Ia selalu mengatakan bahwa dirinya merindukan mereka setiap saat.
"kamu udah 20 tahun. But you keep being childish" ucap ibunya dengan nada setengah bertanya sambil memandangi penampilan anaknya yang tak pernah berubah, namun tubuhnya tumbuh begitu cepat.
"I'll be your kid forever" balas Sara sambil menaruh kedua telapak tangan di bawah dagunya.
Setelah 2 jam melakukan pesta kecil, Ayah Bundanya harus cepat-cepat kembali ke Jogjakarta hari itu juga karena tuntutan pekerjaan. Bukan tak sedih, hanya saja Sara sangat pandai menutupi kesedihannya dari Ayah dan Bunda dengan tetap tersenyum sambil melambaikan tangan pada mereka.
"Happy Birthday, Bertha Salira!" Teriak Bundanya dari dalam mobil, kemudian menjauh meninggalkan anaknya seorang diri.
Di usia ke 20 tahun ini, Bunda menghadiahinya seperangkat lengkap kamera baru. Kado tersebut membuatnya sangat bersemangat untuk mengerjakan tugas dengan kamera barunya. Dan Ayah menukar Yaris merah milik Sara dengan Honda BR V tipe S baru. Ayahnya tahu bahwa anaknya memiliki banyak teman untuk diajak keluar bersama, sehingga memerlukan mobil dengan kapasitas lebih banyak.* * *
Tak ada yang berubah di usianya yang ke 20 tahun. Sara masih seperti biasa, mudah tertawa, manja dan apa adanya. Begitu pun dengan kebiasaan jeleknya, terlalu sering main, boros dan 'nakal'. Meski demikian, Sara merupakan mahasiswi yang berprestasi di jurusannya. Ya, sudah 3 semester dia mempelajari berbagai ilmu tentang foto di Jurusan Fotografi, pastinya dengan nilai dan hasil foto yang menawan. Tak sulit baginya untuk mengambil gambar dengan angle yang tak biasa, namun terlihat begitu pas.
Akibat bakatnya tersebut, akun Instagramnya pun ramai oleh followers yang sudah berjumlah 40 ribuan. Bahkan, tak jarang Ia mendapatkan pesan dari followernya yang mengaku sangat menyukai dia dan foto-foto hasil jepretannya.
"Ra, udah dong makannya. Sebentar lagi kan masuk. Nanti Bu Bintan marah lagi sama lo gara-gara telat" Ambar terus mengomel, namun Sara asik menghabiskan makanannya di kantin kampus.
"Ayo ah!" kata Ambar menjadi-jadi.
"Bar....." Sara berhenti makan, menaruh perangkat makannya dan berpose seperti biasa dengan kedua tangan di bawah dagunya.
"Ini gue lagi abisin. Sabar. Lagian, Bu Bintan emang cuma pengen marahin gue aja. Gue ga salah juga dia tetep bakalan marah" kemudian lanjut menghabiskan mie ayamnya.
Sara dan Ambar pun sampai di kelas lebih 15 menit dari jam masuk, namun ternyata dosen belum datang dan keadaan kelas masih sangat berantakan.
"Harusnya gue beli es krim dulu tuh!" keluh Sara sambil mendorong Ambar dengan jari telunjuknya, tanda kesal pada temannya itu.
Tapi tak lama, Bu Bintan datang dengan suara sepatu berirama yang khas.
"Hallo, class! Hari ini akan ada tugas saja, karena saya ada perlu di luar kota. Tugas ini juga sekaligus menjadi tugas UTS kalian, jadi tolong serius mengerjakannya." Bu Bintan berhenti sejenak, berjalan menuju white board dan menulis tanggal, yang berarti tenggat waktu pengumpulan.
"Waktu kalian satu minggu, tolong ambil gambar tentang fashion paling populer sekarang dengan teknik yang sudah saya ajarkan di mata kuliah Fashion Photography semester ini." Berhenti kembali untuk menyimpan spidol di atas meja, kemudian langsung berjalan meninggalkan kelas.
"I'll be waiting for the best, class" Teriaknya sebelum selangkah lagi melewati pintu sambil melambaikan tangannya tanpa menoleh.
"Ada ide, Ra?" Tanya Ambar yang langsung memutar badan menghadap Sara di sampingnya.
"Pasti ada dong" Jawab Sara sambil senyum-senyum. Tiba-tiba tertawa dan merangkul temannya.
"Gue pulang duluan, ya. Harus mikir keras biar bisa ngalahin Bu Bintan lagi" Sara membisik, lalu bergegas meninggalkan kelas.
Banyak rumor beredar bahwa Bu Bintan tidak menyukai Sara, karena seringkali foto-foto yang diambil dan diunggah Sara ke akun Instagramnya mendapatkan like lebih banyak dan banjir pujian di kolom komentar. Itulah yang membuat Dosen Fashion Photography tersebut selalu mencari-cari kesalahan Sara.* * *
Sara bolak-balik di kamarnya, benar saja, Ia berusaha keras memikirkan objek untuk dijadikan tema fashionnya. Tak banyak yang diketahuinya tentang fashion. Dia pun berkaca, memandangi fashionnya sendiri. Tak lama Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, sadar bahwa penampilannya yang eye catching pun tidak bisa dijadikan referensi. Ia pun membanting tubuhnya ke kasur dengan pandangan yang masih menerawang karena berpikir.
"Bu Bintan...." Tiba-tiba terhenti dan langsung berdiri kembali. Kemudian Ia mengambil Handphonenya dan menelepon seseorang.
"Hallo, Bunda! Tolong kirimin alamat salon yang paling bagus di Jakarta, ya. Sekarang" pintanya terburu-buru.
"Sekarang, Bunda, sekarang. Ara matiin, ya. Love ya" katanya mengakhiri.
Beberapa menit, Bunda pun mengirimkan lokasi salon terbaik dan terdekat di Jakarta. Reflek, Sara pun loncat kembali ke kasurnya, namun sekarang Ia sibuk berjoget mengikuti gerakan dalam video musik No Broken Heart detik ke 13 milik Bebe Rexha, lagu terbaru yang menjadi favoritnya.
Tak tunggu lama, Ia pun langsung pergi ke salon yang bertempat di Pantai Indah Kapuk. Karena kali ini fotonya tentang fashion, dia pun mengajak salah satu teman mainnya, Mona, yang juga berprofesi sebagai model.
Setelah menunggu beberapa jam di salon, Mona keluar dengan rambutnya yang baru saja dicat. Terlihat rambutnya penuh warna, dengan didominasi warna merah dan oranye. Bukan sembarang cat, namun cat yang digunakan adalah cat yang nyala di dalam gelap atau glow in the dark.
"woah!! Liat model kita ini!" Teriaknya ketika melihat Mona sambil merentangkan tangannya mendekati Mona untuk memeluk model kesayangannya itu.
"Jadi kapan kita ambil gambarnya, Ra? Tanya Mona
"Ah, Studio!" Sara baru ingat tentang studio.
"Gue lupa! Gue lupa! Kalo asal gelap, nanti yang keliatan cuma cat rambutnya aja." Sambungnya sambil menepak jidat
"Ra, kebetulan di deket sini ada studio yang bagus banget."
"Ga ngaruh kali bagus engganya, kan tetep gue yang ambil gambarnya. Yang penting ada lighting khusus buat glow in the dark material."
Tanpa banyak debat, Mona langsung menarik Sara yang nyender di sofa dengan mata tertutup tanda sedang berpikir. Mereka pun langsung menuju BB Studio yang tak jauh dari salon tadi.
Benar saja, studio tersebut memiliki equipment yang cukup lengkap dengan photoshoot rooms yang banyak dan rapih. Setelah menyelesaikan administrasi untuk penggunaan room and equipment, Sara langsung membidik Mona dengan Daisy, kamera kesayangannya.
Satu jam berlalu, entah berapa puluh foto yang sudah diambil, Sara pun mencukupkan. Dia yakin salah satu foto di memorinya sudah sangat bagus dan hidup.
"I got it! Thank you, Babe for all of the best poses u did" Celotehnya sambil tetap sibuk melihat satu persatu foto di kameranya, sedangkan Mona hanya mengangguk karena sibuk bernyanyi sambil menyetir mobil milik Sara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Photograph
RomanceDi depanmu, aku akan tersenyum tanda bahwa dicintai dan mencintaimu adalah hal yang sangat menyenangkan. Bahkan jika dicintai pria sepertimu adalah hukuman, maka inilah hukuman paling romantis bagiku. Karena itu, aku akan terus mengaku salah, tak pe...