0. Prolog

252 66 62
                                    

Aku hanya menginginkan

Jawaban terakhir

Bukan surat wasiat

Atau kematian

Biar jawaban itu tersirat

Aku akan mencari tahu

Sampai aku menemukannya

Dia dihadapanku

Ini mungkin menjadi hari terbaik sekaligus terburuk. Langit yang hitam, berubah menjadi langit yang kelam. Apa bedanya?

Dalam perjalanan pulang ke rumah dikarenakan keesokan harinya kami memiliki acara terpenting dalam hidup kami.

"Ngga terasa ya. Besok kita udahan," kata orang di sebelahku.

"Menurut kamu, besok banyak yang datang ngga ya?" Aku nanya sama dia sambil menaikkan gigi mobil kami.

"Menurut aku sih banyak," Kata nya.
Tiba-tiba ada truk dari arah berlawanan yang mungkin supirnya ngantuk atau entah apalah itu.

"AWAS...!!!" kata orang disebelahku. Dan tersentak aku pun terkejut.

Rupanya truk peti kemas dari arah berlawanan menabrak sisi kanan mobil sienta ini. Dan mobil hitam yang kami tumpangi terseret hingga ke bahu jalan. Dengan jarak 1 meter hingga masuk ke jurang dan tanpa sadar, kulihat dia pingsan dengan darah bercucuran di atas tas yang baru dibelinya dari Centre Point . Aku pun segera keluar dari mobil dan membuka pintu belakang dikarenakan pintu bagian kanan depan rusak dan penyok.

Melihat kerumunan orang yang melihat mobil kami aku pun segera meminta bantuan untuk membawaku dan dia kerumah sakit terdekat. Untung seorang memberikan tumpangan kepada kami.

Katanya "Kau kan pernah nolong aku waktu itu. Aku bapak-bapak yang kamu tolong juga. Waktu bapak lagi dalam keadan seperti kamu,".

Ya aku mau-mau aja. Soalnya lebih baik cepat. Setelah kami sampai di rumah sakit dekat perbatasan kota. Melihat dia yang pingsan. Dan aku mengangkat dia sesampai di rumah sakit. Aku pun berterima kasih sama bapak yang mengantarkan kami ke rumah sakit.

Dan setelah 2 jam aku menunggu. Ia akhirnya siuman. Dan tanpa basa-basi, aku masuk ke dalam ruangan dan aku langsung duduk disamping dia yang lagi terbaring dalam tempat tidur berwarna kehijauan.

"Udah sembuh ya?"

"Udah kok. Kamu ngga apa-apa?" katanya dengan wajah yang pucat.

"Tenang. Aku ngga kenapa-napa kok," jawabku.

"Aku udah bisa keluar kan? Aku mau keluar. Kan kita ada acara
Gimana kalo nanti kita ngga ada." dia masih nanya dengan kebingungan.

"Udah. Tiduran dulu sana. Besok jam delapan, kita bisa keluar. Aku nunggu kamu disini," kataku.

MANUSIA PARALELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang