Hari setelah hari itu. Aku tiba-tiba duduk di sebelah dia ketika sekolah. Tidak ada seorangpun di kelas. Karna jarum waktu menandakan jam 6.30. Bermenit-menit duduk di sebelah dia membuat hatiku kayak terkapar dalam keheningan.
" Eh, Yun. Nama kamu kenapa bisa jadi Yuni ? aneh gitu."
"Iya. Kata ayahku, waktu aku lahir aku dikasih nama. Jadi aku punya nama." jelasnya.
"arrgghhh... bukan itu maksud ku. Tapi, kenapa namamu jadi Yuni?" tanyaku balik sambil mengambil buku harian ku.
"Ooohh... bilang kek dari tadi. Namaku Yuni itu untuk memperingati kejadian. Dimana ibuku melahirkan aku waktu bulan Juni. Namaku identik dengan bulan Juni." Jelasnya lagi.
"Semenjak situ aku tahu kalau namanya menjadi seperti itu karena memperingati kejadian." Ya, aku sesempat-sempatnya mengulurkan tanganku ke atas tangannya yang tergeletak di atas meja. Kedua tanganku terus-menerus mengusap-ngusap tangannya yang lembut.
"Yun, tau ngga kenapa aku belajar?" kataku yang masuh sambi mengusap tangannya.
"Kan emang udah dasarnya kita harus belajar. Kalo ngga belajar, kita nanti mau jadi apa?" jelasnya dengan kata
Kata 'kita' membuat aku semakin baper.
"Itu karena aku mau bela-belain melihat kamu terus terusan" Ucapku ngegombal.
"Aku tuh suka sama kamu" jelasku tanpa diketahui kenapa aku mengucapkannya
"Serius? Jadi kamu maunya apa?" dia nanya seketika dia mau di gimanain gitu.
Sementara itu aku mengelus rambut hitam panjangnya. Dari ucapannya terlihat kalau ia sepertinya menyukai aku. Dan di hari itu, kelas benar benar sepi. Hanya ada kami berdua. Ngga ada orang lain maupun teman-temanku. Ketika itu sempat akan ada pelukan pertama ku. Tiba-tiba, aku terkena percikan percikan air di atas rambutku. Terdengar suara menyeramkan seperti bisikan-bisikan yang mengucapkan "...
"Bangun. Udah jam berapa ini?" ucap mamak ku yang sehabis mandi untuk membangunkanku.
Shit... ternyata cuma mimpi. Lalu pikiran yang terus membayangkan mimpi itu. Mimpi yang indah. Walau hanya mimpi, aku juga sudah senang. Mungkin, inilah pertandanya. Bangun sepagi ini mungkin hanya untuk melihat dia. Tapi semua pupus ketika kakak laki-laki ku yang selalu saja mandi kelamaan. Paling cepat pun hanya 10 menit. Ngapain coba dia di kamar mandi selama itu?
Mampus aku, mimpi itu ngga akan terwujud secepat ini. Tidak, tidak. Ini ngga akan mungkin terjadi. Mau mencoba berangkat sendiri dengan motor, takutnya dia akan marah. Ngga mungkin. Situasi sedang gawat darurat.
Ketika ia selesai mandi, dia bukannya langsung memasukkan baju pramukanya. Dianya malah main hp.
ANJING... kuucapkan pelan-pelan karena orang tua saya sudah melarang keras cakap kotor. Beranjak dari rumah mau pergi ke sekolah. Waktu pas-pasan. Jam 7. Dia ngga mungkin bisa jadian sama ku.
Tiba di sekolah, saya memasuki gerbang sekolah. Dan bel masuk berbunyi. 30 menit ku sia-sia pikirku.Masa gara-gara seseorang mandi kelamaan menjadikan kedua sosok tidak bersatu. Ya, masuk ke kelas. Ternyata ia tidak ada di kelas. Aku berlari keluar kelas seperti orang yang gila. Ketika aku memunculkan diri di depan kelas. Ia di depan ku. Ia ternyata lebih lambat daripada aku.
"Ahh... syukurlah." Gumamku pelan.
"Emang kenapa???" ditanyanya dengan wajah nya yang seperti biasa kubayangkan.
"Ngga apa-apa kok" jawabku berbohong karena takut dia tahu kalau aku mencari dia.
Arrgghhh... mimpi yang dari malam tadi kumimpikan itu adalah bohong.
Hari Sabtu. Hari dimana banyak freeclass di hari ini. 8 jam pelajaran bebas tanpa adanya guru. Itulah yang diidamkan murid paksaan.Memang sudah siap ujian. Terlambat masuk sekolah menjadi kebiasaan siswa-yang sering nongkrong di tempat parkiran motorku. Sudah waktunya setiap kelas menghias kelasnya masing-masing. Jadi, kelas kami ikutan menghias kelas dengan optimis kalau kelas kami akan menang.
Jam waktunya pulang. Banyak yang berpulangan. Hanya tersisa sedikit manusia. Dan yang ajaibnya Yuni masih saja belum pulang. Kami pun masih saja menghias kelas kami yang tidak seberapa itu. Di tengah kelelahan para prends-prends ku. Aku menyuruh ketua kelas membeli makanan menggunakan uangku. harapku, ia akan mengapresiasi. Tetapi, ia tidak menyentuh ataupun mengapresiasikan.
Temannya meninggalkan tempat duduk yang berada disampingnya. Dan aku dengan perlahan tanpa diketahui apa maksudku segera duduk di sebelah dia. Sedikit demi sedikit. Prends ku meninggalkan kelas. Sampai pada jam 3 sore. Suasana kelas menjadi tenang.
Lihat! Siapa yang tersisa?hanya 2 orang laki dan 2 orang cewe. Salah satunya itu adalah Yuni. Aku hanya bisa melihat dia duduk tenang. Duduk di sebelah orang yang ku suka membuat aku bahagia. Apalagi pertama kalinya. Memendam rasa itu adalah sebagian dari puasa. Menahan diri dari cobaan. Dan kita harus sabar menunggu waktu yang tepat.
Dia meninggalkan kelas. Disaat ia sudah keluar kelas, secepat kilat aku mengejarnya. Hingga aku menemuinya lagi di depan UKS.
Aku pun bertanya sama dia"Kok cepat banget keluar? Emang mau kemana?"
"Mau ke rumah si itu loh. Si itu... mau ikutan? " jawabnya pelan.
"Iya iya... pas kali. Aku malas balik ke rumah soalnya." Sambil garuk kepala yang ngga gatal.
Sementara itu aku mengajaknya keluar bersamaan denganku. Di tengah jalan, ditengah lapangan. Kami berjalan berdua. Tiba-tiba ada suara yang memanggil kami.Dan dia mengatakan " Hei... sini. Daripada pacaran kalian disitu. Mending kalian angkat meja dari kelas sana. Cepat cepat!"
Aahhh... lumayan lah pikirku. Semakin lama semakin baik ternyata. Dengan tangannya yang lembut, ternyata ia kuat mengangkat meja pikirku. Dia mulai kecapean dan kusuruh dia sembunyi di kelas itu.
Dalam pikiranku " Dia cape. Berarti dia mau minum". Ok problem solved. Diam-diam kami menuju ke gerbang tanpa diketahui guru yang tadi menyuruhku. Di depan sekolah, ternyata prendsku menunggu kami disitu. Aku melihat bayangan yang terbit di ufuk timur. Semakin membesar bayangannya. Dan Yuni berjalan ke arah bayangan itu. Ternyata, itu adalah ibunya. Melihat kami yang sebelumnya berdiri menunggu berdua di depan sekolah, aku takut kalau ibunya marah sedikit kepadaku.
Wah, keajaiban dunia ke-delapan. Ibunya malah tersenyum melihat diriku. Ya, dengan senyuman yang agak kaku itu akupun membalas dengan senyuman dan sambil melambaikan tangan ke kamera.
Updated
KAMU SEDANG MEMBACA
MANUSIA PARALEL
RomanceSiapa sih orang terbodoh didunia ini? Aku??? Bukan, tapi diriku... Seperti hidup dalam kisah yang sangat tak terduga. Bukan spoiler sih. Tapi orang yang...