Railway in Love - step 1

243K 4K 147
                                    


Aku berjalan menuju pintu masuk gedung perkantoran yang pagi ini kelihatannya ramai sekali. Sebenarnya jam kantorku udah masuk dari tadi, hanya saja aku iseng turun lagi ke bawah untuk membeli minuman favoritku.

"Dara! lo kebiasaan banget sih jalan sambil ngelamun. Baek-baek nyemplung got lo.."

Suara Cilla membuyarkan lamunanku. Ya emang sih, hari gini nyari waktu ngelamun tu susah banget. Bangun subuh aja langsung grasak grusuk berangkat ngantor. Jangan berharap bisa nongkrong di kamar mandi lama-lama, yang ada kamar mandi udah di gedor sama Andra, abangku satu-satunya yang super rese.

Sampai kantor langsung ngerjain kerjaan yang bejibun. Makan siang aja harus ganti-gantian. Begitu jam kerja selesai, langsung pulang desak-desakan naik angkot, dan berakhir tepar di kasur bahkan belum sempet ganti baju.

Mengenaskan..

Cih! Kerjaan gue apa sih sebenernya, mbak Ayu yang kerja di rumah gue aja masih sempet tidur siang. Nah gue, yang bertitel sarjana hukum dan lagi ngerintis karier jadi pengacara ini udah kayak kerja rodi.

"Eh, Lo di cariin pak Harsya tu tadi."

Spontan aku tersedak mendengar nama bosku yang ehm.. Gantengnya nggak ketulungan.

"Untung gue nggak mati keselek bubble, cari timing yang tepat napa ngasitaunya.." Aku menyedot pearl milk tea yang tinggal separo. "Emangnya ada apa dia nyariin gue?"

"Ada klien baru, non..sahabat pak Harsya. Denger-denger sih pengusaha super kaya."

Aku manggut-manggut mendengar penjelasan Cilla. Jadi, klien yang ini giliranku. Sebagai anak baru di "Harsya Bramanta Law Firm", aku pastinya pengen nunjukin performaku sebagai pengacara dong. Nah kebetulan banget ni dapetnya klien besar, kalau aku bisa jadi tim pengacara yang memenangkan kasus ini, reputasiku bisa naik dan mimpiku membuka "Andara Riana Rasyid Law Firm" bisa kesampaian.

Kubuang gelas chatime yang sudah habis, dan mulai melangkah lebar masuk ke dalam lift.

Cilla mensejajarkan langkahnya sambil menggelengkan kepalanya. "Gue tu mimpi apa ya punya sahabat dan rekan kerja yang pe'a kayak lo. Ngelamun mulu kerjaannya..."

Aku hanya terkekeh geli mendengar omelannya.

"Tapi lo sayang kan sama gue? Ya kan?"

Aku merangkul bahunya. Cilla adalah sahabat sependeritaanku sejak ospek kuliah. Nama kami yang sama-sama di awali huruf A, Acilla dan Andara. Membuat kami berada dalam satu kelompok, entah ospek ataupun tugas kelompok. Gadis mungil berambut pendek inilah satu-satunya sahabat cewek yang aku punya.

"Iya, gue sayang ama lo.."

Inilah enaknya jadi cewek, rangkul-rangkulan, sayang-sayangan sama temen cewek nggak akan ada yang ngomongin macem-macem. Lha kalau cowok?

***

Aku menatap pintu mahogany di depanku. Duh, deg-degannya itu lho minta ampun. Pak Harsya, pemilik Law Firm tempat aku bekerja ini adalah pengacara muda nomor wahid di Jakarta. Selain pintar dan selalu berhasil memenangkan kasus klien-kliennya, dia adalah cowok umur 28 tahun, yang cerdas, ganteng, sopan, ramah, bertanggung jawab dan segudang sifat positif lainnya.

Okay, udah lima menit ni berdiri di sini. Pak Amin, cleaning service di sini udah bolak balik nyapa sampai 3x.

Tok tok tok..

"Masuk.."

Suara dalam milik cowok ganteng itu aja berhasil menaikkan laju darahku. Duh cheesy banget sih gue..

Aku mendorong pintu, dan menemukan sosok pria tampan yang berbalut stelan jas berwarna cokelat, matanya menyapaku hangat. Dia dan segala isi ruangannya ini adalah kesempurnaan.

Aku berjalan mendekati mejanya dan berhati-hati, berusaha untuk tidak jatuh seperti yang terjadi pada Ana Steele.

"Pak Harsya memanggil saya?"

Ini adalah Andara Riana Rasyid Mode ON. Bukan Dara.

"Silakan duduk Andara.." Pak Harsya melambai ke kursi yang berada di depannya. Dengan gerakan seanggun mungkin aku duduk.

Thank's GOD..hari ini aku pakai baju yang kelihatan agak bagus di mata. Kemeja siffon berwarna abu-abu dan rok pinsil di bawah lutut berwarna hitam. Aku agak anti pakai high heels, secara pakai yang flat aja masih sering jatuh.

No eye contact, Andara. Lo bisa hilang kendali nanti.

Aku merutuk sebal dengan pikiranku sendiri. Hilang kendali gimana maksudnya? Kalau aku lihat matanya pak Harsya trus aku langsung buka baju dan striptease di mejanya.

Ya kalii..

"Andara kita punya klien baru. Dan saya milih kamu untuk membantu saya menangani kasusnya pak. Kamu bersedia kan?" Mata hangatnya menatapku.

Bersedia, pak! Nikah kan? Saya bersedia pak..

"Iya pak..saya siap."

"Nama klien kita Ribeldi Bimantara. Pengusaha hotel bintang lima dan restaurant.."

"Kasusnya apa pak? Dia di tipu?"

Pak Harsya malah terkekeh geli dan menggelengkan kepalanya. "Ribeldi ini sahabat saya. Dia di laporkan ke polisi oleh seorang wanita yang mengaku hamil anaknya, dia nggak mau bertanggung jawab karena merasa itu bukan anaknya."

Aku melongo. Ya melongo. Aku berharap dapat kasus yang sedikit wah, seperti Cilla kemarin, kasus penipuan senilai 5 miliar dan sahabatku itu berhasil memenangkan kasusnya. Keren kan?

Nah, sementara ini kasusnya....

"Okay, begini aja. Saya harus mengurus kasus-kasus besar yang lain. Untuk masalah penyelidikan, berkas-berkas dan tanya jawab dengan yang bersangkutan, saya serahkan sama kamu ya."

Aku melongo lagi. "Baik pak.." Dan hanya itu yang keluar dari mulutku.

"Ini kartu nama dan alamat kantornya. Saya sudah buatkan janji dengan sekertarisnya pukul dua siang hari ini. Masih satu jam lagi jadi kamu bisa siap-siap."

Aku mengangguk dan menerima selembar kartu nama tebal di tanganku. Saat akan berbalik menuju pintu, suara pak Harsya kembali terdengar.

"Dan oh iya Andara, dia bukan tipe pria yang ramah. Kamu harus pasang kuping tebal ketika bicara dengannya.." Nadanya terdengar geli.

Aku melongo lagi, dan sebelum bereaksi lebih bodoh lagi, aku segera melangkahkan kaki keluar dari kantornya.

Ya Tuhan..rencana apa yang sedang kau buat untuk hambamu ini??

*TBC*

Railway in Love (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang