TRAGEDI MEMBAWA BERKAH

10.2K 1.1K 48
                                    

Pekikan para penumpang ramai memenuhi kapal itu, semua penumpang menjadi takut dan suasana di sana pun tegang. Wajah tampannya tampak cemas dan derap kaki berat melangkah lebar. Teriakan wanita itu membuatnya kalang kabut saat kapal bersandar terlalu keras sehingga kapal mental karena dapra bantalan yang dipasang pada lambung kapal terbentur kencang dengan tembok dermaga. Di galley Lyana tersungkur sedangkan kuah sayur tumpah mengguyurnya hingga air berbumbu itu beserta sayurannya memenuhi lantai.

"Lyana!!!" pekik Syahrul yang kebetulan sedang membersihkan ruang makan.

Lyana memegangi kakinya meringis kesakitan. Al tiba di galley dan dengan sigap mengangkat tubuhnya.

"Bereskan yang tumpah, Syahrul!!!" titah Al. "Didik!!! Lihat keadaan lambung yang terbentur!!!" pekik Al mengeraskan rahangnya seraya membopong Lyana yang sudah menangis sesenggukan.

"Siap, Kap!!!" Didik berlari ke sisi kapal yang terbentur dengan tembok dermaga.

"Kap, kenapa dia?" tanya Galuh kebetulan saja baru naik dari kamar mesin.

"Luh, tolong singkirkan penumpang yang di sana!" pinta Al menunjuk dengan dagunya orang-orang yang berdiri di depan tangga jalan menuju kabin.

"Periiiih...," rengek Lyana menangis sesenggukan mendekap leher Al erat.

"Iya, sabar."

Galuh mencarikan jalan agar Al dapat mudah lewat menggendong Lyana. Galuh melihat celana Lyana basah dan kakinya memerah. Sudah dapat Galuh pastikan, Lyana tersiram air panas, mengingat benturan tadi cukup keras.

"Kap, aku ambilkan P3K dulu," ujar Galuh setelah membantu Al membuka pintu galley.

Galuh berlari ke anjungan mencari kotak P3K. Di sana ada Fajar dengan wajahnya yang sudah mengeras dan Indah yang sedang tegang menundukkan kepalanya. Farid duduk di depan roda kemudi dan Fai duduk di depan alat pengendali mesin.

"Cari apa kamu, Luh?" tanya Fajar datar.

"Kotak P3K, Chief. Si koki kecelakaan," jelas Galuh mengambil kotak P3K-nya.

"Kecelakaan bagaimana?" tanya Fai terkejut menegakkan tubuhnya.

"Nggak tahu juga sih bagaimana kejadiannya. Tapi pas aku naik dari kamar masin, sudah lihat Kapten menggendong koki. Celananya basah, terus kakinya merah, sepertinya ketumpahan air panas deh," jelas Galuh, semua yang ada di sana menatap Indah.

Fajar menghela napas dalam, sudah dapat dipastikan setelah ini semua akan disidang nahkoda. Belum lagi jika ada kerusakan dengan dermaga, bisa-bisa kantor harus ganti rugi.

"Ya sudah, sana buruan diobati!" titah Fajar.

"Baik, Chief."

Galuh pun melangkah lebar ke kamar Lyana. Dia melihat Lyana berbaring di tempat tidur menangis memeluk Al yang duduk di sampingnya.

"Jangan pergi, nggak mau sendiri," rengek Lyana manja.

"Iya."

"Permisi, Kap." Galuh mengetuk pintunya.

"Masuk, Luh," sahut Al.

Galuh masuk, meletakkan kotak P3K-nya di samping Lyana.

"Luh, tolong temani di---"

"Nggak mau!!!!" sentak Lyana sebelum Al menyelesaikan ucapannya.

"Sebentar, aku lihat keadaan di anjungan dulu," ujar Al berusaha melepaskan tangan Lyana dari lehernya, namun Lyana enggan melepaskannya. "Jangan manja, aku lagi tugas." Al berbisik kecil di telinga Lyana.

SEA OF LOVE (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang