Nuna terdiam, dia tahu dia tidak bisa mengelak. Sialnya jantung Nuna berdebar cepat sekali. Pria itu sangat tampan, sepertinya dia punya darah keturunan Cina atau Jepang, tapi matanya tidak sipit.
Pria itu memiliki mata bulat, alisnya tebal dan hidungnya mancung, dan dia memiliki bibir yang... belum sempat Nuna berfikir bibir yang ditatapnya tersebut sudah menempel di bibirnya.
Ryo awalnya hanya ingin membalas kekalahan Mark, tapi setelah dia perhatikan ternyata gadis tomboy dihadapannya ini tidaklah buruk. Wajahnya sangat cantik, matanya indah, sedikit sendu, seolah memanggil Ryo mendekat, dan pria itu pun menuruti naluri liarnya yang biasanya mampu ia kendalikan tapi tidak kali ini.
Bulu mata yang tebal dan sedikit lentik, terlebih bibir merah muda yang tampaknya tidak tersentuh zat kimia lipstik. Bagaimana rasanya bibir itu? Dan Ryo pun mengecupnya, tapi tidak... ini terasa berbeda. Jantungnya berdegub kencang, sesuatu dalam diri Ryo bahkan menuntut lebih.
Dia melumat bibir Nuna dengan lembut, menarik pinggang Nuna merapat pada tubuhnya. Jantung Nuna juga sudah tidak bisa diajak bekerja sama. Berdebar dengan sangat cepat, tapi bukan berdebar karena ketakutan
Tangan Ryo yang tadinya tak bekerja sekarang beraksi. Tangan kirinya menyentuh pipi kanan Nuna dan tangan kanan merapatkan tubuh Nuna.
Ryo menekan bibirnya semakin dalam dan merapatkan lagi tubuh mereka. Dadanya yang bidang merasakan sesuatu yang empuk dan kenyal.
Nuna sendiri seperti merasa kosong di kepalanya. Biasanya dia akan menolak kontak fisik sejauh ini... dia trauma akan Frans yang pernah hampir merenggut kegadisannya.
Nuna merasakan sapuan lidah Ryo basah dibibirnya mencoba memasuki dirinya, dengan nafas yang terengah-engah keduanya melupakan kalau banyak mata memandang mereka saat ini.
Pertahanan Nuna hampir lepas, dia ingin membalas ciuman Ryo dan ia ingin lidah Ryo memasuki mulutnya tetapi...
"Sepertinya dia memang sengaja ingin kalah bro..." tiba-tiba suara Mark menyadarkan keduanya.
Tersadar Nuna dan Ryo melepaskan diri, bahkan Nuna terkesan mendorong tubuh Ryo.Nuna merasakan wajahnya memanas. "Gue udah selesai, gue balik..." kata Nuna lalu pergi.
Terdengar sorak-sorakan nyaring di ruangan tersebut mengantar kepergian Nuna. Nuna merasa kesal dipermalukan seperti itu. Dia lebih dan lebih kesal lagi pada dirinya sendiri barusan, atas kebodohannya yang untuk pertama kali menikmati sentuhan pria setelah selama ini mengharamkannya.
Dia juga kesal kalah taruhan kali ini, rupanya lawannya tadi sangat ahli di meja bola. Juga di ciuman...ahhh.... shit...
Sejak lulus SMA dia tidak meneruskan kuliah. Dia bekerja part time di banyak tempat.
Awalnya kerja di bengkel mobil, meskipun sebenarnya dia tidak tahu apa-apa tapi kemauan dan otak pintarnya membuat dia bisa jadi montir andalan.
Lalu bekerja di billyard house, karena seringnya melihat orang bermain dia pun jadi paham dan bahkan bisa bermain billyard dengan kemampuan luar biasa. Salahkan saja otaknya yang memang dasarnya pintar.
Dan tadi adalah kebodohannya yang paling memalukan. Nuna mengepalkan tangannya dan mengeraskan rahangnya.
'Tapi kenapa pria itu bisa mencium tanpa menyisakan rasa sakit dan trauma seperti yang ku rasakan selama ini?' Ucap Nuna dalam hati sambil menyentuh dadanya.
Drrttt...drrrttt... getaran handphone membuatnya sadar dari lamunan.
"Ya Ra?" Katanya berat. Dia baru menerima cinta Hara beberapa jam lalu tetapi malah berciuman dan menikmati ciuman dari pria lain. Nuna menggeram kesal pada dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Loving You, Nuna" (End)
RomanceJudul lama "Katakan Cinta pada Nuna" Aku brengsek, nyebelin, tidak bisa diatur, cuek, egois, tomboy dan tidak punya tujuan, tapi aku punya hati nurani dan karena itu aku tidak akan pernah membuang apalagi membunuh anak ku. (Nuna) Kamu tampan, mapan...