BAB 2 : Alan Prasetiyoh

16 1 0
                                    

Laki-laki bernama alan itu menatap pantulan wajahnya di cermin toilet club langgannya malam ini. Ia melirik jam yang melingkar ditanggannya.

02:00 AM

Ia selalu bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Kenapa ia menjalini ini semua ? ia tidak suka! Poya-poya ? ia lelah, ia bosan. Awalnya semua ia lakukan hanya untuk menarik simpatik orangtuanya. Tapi, ngak mempan sama sekali. Entah apa tujuan orangtuanya mencari uang jika waktu untuk menikmati uang itu, ngak ada. Bukan ngak ada tapi ngak sempat. Namanya tercatat dalam sebuah Universitas tapi ia tidak peduli dengan yang namanya kuliah, belajar itu. Orangtuanya tidak pernah meliriknya. Untuk apa ia belajar keras jika orang yang semua mahluk manusia ingin membanggakannya, meraka Orangtua. Jika ia menatap kebelakang, betapa sedihnya ia, betapa sakitnya hatinya, rasanya ia hidup hanya untuk menyiayiakan uang yang ia selalu di rekeningnya tiap bulan dan juga menyiayiakan waktu. Waktunya terbuang Cuma-Cuma. Betapa sedihnya ia saat ia berjuang belajar hingga waktu tidurnya terpakai untuk belajar, untuk apa ? untuk membanggakan orangtuanya, untuk sebuah prestasi. Saat dirinya mewakili SMP nya dalam lomba SAINS internasional di singapura, orang tuanya tak datang menyemangatinya. Jangankan Lomba, saat pengambilan Rapor hanya Mang Umang sopir keluarganya yang akan mengambilnya, mendampinginya.

Jika saat SMP mang ujang akan mendampinginya untuk mengambil Rapor, maka pada saat SMA mang ujang akan selalu mendampinginya berhadapan dengan guru BP. Ia bisa lulus SMA, semuanya karena uang. Semuanya diurus oleh asisten Papanya. Dulu, sempat papanya menelpon dan mengatakan bahwa, sebagai seorang papa dia sangat malu punya anak yang lulus SMA saja tidak bisa. Apa yang dia lakukan saat mendengar kata-kata itu ? Dia tertawa tapi matanya mengeluarkan air mata.

"Gue, pulang duluan" Ucap Alan saat tiba di depan teman-temannya yang sudah mabuk. Teman-temannya hanya berguman tidak jelas sambil memeluk wanita yang mereka bayar. Entah mengapa, malam ini ia tak punya Nafsu untuk minum, dan juga bersenang-senang dengan seorang wanita bayaran. Dipikiran dan hatinya adalah Kosong. Ia bingung.

***

Lari pagi keliling kompleks. Ini pertama kalinya bagi Alan saat ia mulai menekuni dunia kelam. Saat berlari terus pagi itu matanya terus menagkap hal-hal yang membuat hatinya sesak. Ia iri mendengar suara seorang ibu-ibu yang berteriak dari dalam sebuah rumah, ibu-ibu meneriaki anaknya untuk bangun agar tak terlambat sekolah. Ia terseyum miring mendengar itu.

Dan saat melihat seorang ibu-ibu sedang berkumpul digerobak sayur. Ibu-ibu itu sangat asik membangga-banggakan anak mereka masing-masing. Pikirannya melayang.

"Itu, bukan si alan, anaknya ibu para yang tinggal dilur negeri itu kan ?" celutuk seorang ibu, ibu-ibu yang lain mengangangguk mendengarnya.

"Saya baru liat si Alan itu seger-seger gitu loh jeng, hari ini. Biasanya saya liat dia pulang dengan muka ngangtuk dan sangat jelas bahwa dia habis mabuk-mabukan" ucap seorang ibu sambil memilih cabe itu.

"Tumben anak itu olaraga. Ohiya, ibu para sama suaminya kok ngak pernag pulang sih jengukin anaknya ?'Ugkap seorang ibu-ibu lagi. Jujur dia kasihan dengan nasib anak yang barusan lewat itu.

"Entalah bu, dari awal saya tinggal disini saya tuh ngak tau bagaiman muka si ibu para itu" Pagi itu gosip tentang alan dan keluarganya sangat panas dikerobak sayur, sampai-sampai membuat penjual sayur kepanasan gara-gara sayurannya mulai layu, karena matahari mulai makin meninggi.

***

Saat Alan ingin berbelok kedalam rumahnya, matanya mengkap seorang gadis berkerudung yang sedang menatap kearahnya. Ia tidak kenal dengan gadis itu, mungkin anak dari tetangganya yang baru, ia tidak perduli.

Gadis itu terseyum kearahnya. Tanpa memperdulikan seyum gadis itu ia mulai membuka pagar rumahnya dan masuk kedalamnya. Tanpa ia tahu bahwa, gadis itu meraskan sebuah kesakitan dihatinya.

"Allah, Cinta itu Fitrahnya manusia, tapi kenapa Engkau membuatku jatuh cinta kepada laki-laki seperti dia. Ya Allah aku berharap bisa bersamnya"

***

Makasih yah yang udah mau baca.

AKU BERHARAPWhere stories live. Discover now