Bab 5

242 19 2
                                    

Arjun memasuki ruang interview dimana sederet pewawancara telah menunggu, dia duduk di kursi yang telah disediakan dan mulai memperkenalkan dirinya, Ishita melihat semuanya dari kamera yang terhubung ke TV di ruangannya.

Panel yang melakukan interview menghujani Arjun dengan pertanyaan yang berkaitan dengan pekerjaan dan jabatan yang dilamarnya, seperti yang sudah Ishita perkirakan, Arjun menjawab setiap pertanyaan dengan cemerlang, dengan performance seperti itu, sepertinya dia sudah bisa dipastikan akan mendapatkan pekerjaan ini.

Ishita sedang tersenyum sambil melihat ke layar TV saat Tuan Sharma masuk, dia melirik sekilas ke layar TV dan bertanya "Apakah kamu benar-benar berpikir mempekerjakan pria itu adalah hal yang benar?"

Ishita berpura-pura tidak mengerti pertanyaan Tuan Sharma "Siapa? Tuan Arjun Patel?" sambil berpura-pura mengecek nama dari lembar lamaran kerja di mejanya.

"Berhentilah berpura-pura Ishita, aku tahu kamu mengenalinya. Aku melihat bagaimana kamu mencuri pandang padanya di Lift" Tuan Sharma sedikit mengomelinya, Tuan Sharma sudah menganggap Ishita sudah seperti putrinya sendiri dan saat mereka hanya berdua dia akan memanggilnya "Ishita" saja.

Ishita hanya menutup mulutnya rapat rapat yang berpura-pura sibuk dan tidak mendengar pertanyaan Tuan Sharma.

"Dengarkan aku Ishita, jangan bermain api, Arjun Patel itu adalah pria yang sudah berkeluarga dan skandal bukan hanya akan merusak rumah tangganya tapi juga nama baik keluarga Modi  dan Modi Enterprises, ingat itu baik-baik" Tuan Sharma sedikit cemas dengan sikap Ishita.

Ishita tahu bahwa Tuan Sharma hanya mencemaskan nya sebagai seorang ayah, jadi dia bangkit dari kursinya dan memeluk tuan Sharma, "Aku tahu itu dan kamu tahu aku, aku tidak suka bermain-main dengan api dan aku lebih suka Es daripada Api"

Tuan Sharma tersenyum padanya "Bagus kalau kamu sudah mengerti, jangan pernah lupakan itu, oke?"

"Aku tidak akan pernah melupakannya, lagian aku tidak ada kaitannya dengan lamaran tuan Patel, aku bahkan tidak tahu bahwa dia melamar ke perusahaan kita sampai aku melihat lamarannya di mejaku, tapi dari interview yang kulihat tadi sepertinya dia punya kualiitas yang kita inginkan untuk perusahaan, secara pribadi aku merasa dia cocok untuk posisi yang dilamarnya, tapi demi dirimu, aku berjanji tak akan ikut campur mengenai ini, biarkan saja team yang menginterview mereka yang mengambil keputusan, bagaimana? Cukup fair??"

"Cukup fair" kata tuan Sharma yang kemudian berjalan keluar dari kantor Ishita setelah memberikannya kecupan sayang di dahinya.

"Untungnya Abishek sudah menemukan seseorang untuk Ishita, aku harap semuanya akan berjalan lancar akhir minggu ini dan aku bisa merasa tenang tentang si Arjun Patel" pikir tuan

Pada akhir minggu, Ishita mengecek daftar pelamar yang diterima bekerja dan tersenyum simpul, sesuai dugaannya, nama Arjun terdaftar pada posisi sebagai manager. Secara pribadi Ishita merasa bahwa posisi direktur lebih cocok untuk Arjun karena selain dirinya, Arjun adalah orang yang paling mengerti tentang proyek ini, tapi karena dia telah berjanji untuk tidak ikut campur dan pihak management lebih setuju kalau posisi direktur diisi oleh pegawai senior perusahaan, maka Ishita merasa bahwa posisi manager sudah cocok untuk Arjun, lagi pula dia sudah berjanji pada tuan Sharma untuk tidak ikut campur dan mungkin dengan posisi nya sebagai manager, Ishita tidak perlu sering bertemu dengan Arjun. Ishita menandatangani dokumen penerimaan para pegawai baru dan menutup mapnya, itu adalah dukumen terakhir yang harus ditandatanganinya hari ini, Ishita menelepon asisten nya untuk membawa dokumen2 yang telah ditandatanganinya kepada masing-masing division untuk segera ditindaklanjuti.

Ishita melihat jam di mejanya dan menghembuskan nafas panjang, jam 18.50, dia berdiri dan mengambil tasnya dari laci, sekarang saatnya menghadapi sang Ayah,  setiap kali dia dipanggil pulang pada akhir minggu hanyalah berarti satu hal, Ayahnya baru saja menerima proposal pernikahan LAGI, Ishita sudah hapal sekali dengan hal itu karena itulah yang terjadi hampir setiap kali dia dipanggil untuk pulang ke rumah pada akhir minggu selama 13 tahun terakhir ini.

Hati sang Ratu EsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang