Ghifari berjalan santai di lorong sekolah yang seakan tidak peduli pada bel yang sudah berbunyi, dan juga teriakan dari guru piket yang kian lama mulai tidak terdengar. Ghifari membelokkan jalannya, untuk sampai di kelas, Ghifari harus melewati tangga sebagai penghubung antara lantai bawah dengan lantai atas.
Dari jarak yang tidak terlalu jauh terdengar kalau guru di dalam kelasnya sudah datang, namun lagi, Ghifari menganggapnya masalah ini merupakan masalah yang kecil.
"Misi bu," suara Ghifari membuat guru yang sedang menerangkan menghentikan kegiatannya, anak-anak pun juga mengikuti apa yang Bu Tere lakukan. Beralih pada Ghifari yang memasangkan wajah tidak bersalah.
Terhitung sudah tiga kali Tere menghela napas sejak memijakkan kakinya di kelas ini. Kelas yang terkenal dengan siswanya yang rajin. Eits, maksudnya rajin bolos, rajin nggak ngerjain pr, rajin ngebantah guru, ya.
"Berdiri di situ!"
Ghifari hanya menurut saja, langkahnya gontai menuju tempat yang Tere tunjuk.
"Jam berapa ini? Kamu udah telat 30 menit, loh! Jangan mentang-mentang keluarga kamu yang punya sekolahan ini, kamu bisa berlaku seenaknya. Saya bisa ngeluarin kamu dari sini kalau saya mau," Gertak Tere, namun hanya dibalas anggukan kepala dari Ghifari.
Sekelas tertawa melihat reaksi Ghifari.
"Keluarin aja bu, tapi jangan ding, nanti Nadia kangen sama Ghifari," celetu Yahya dengan melirik ke arah Nadia yang saat ini sedang menopang kepalanya menggunakan tangan kanannya.
Lagi, sekelas tertawa.
"Nadia? Duh mending dikangenin sama monyet daripada sama anak nggak jelas."
Nadia bersikap seolah tidak ada apa-apa, dan menganggap perkataan Ghifari adalah omong kosong yang harus segera dilupakan.Seisi ruangan semakin gaduh, Tere segera bertindak dengan mengancam kalau masih ada yang ngomong maka nilai mereka akan dikurangi.
Setelah dirasa suasana kembali tenang, barulah Tere melanjutkan urusannya dengan Ghifari.
"Jelaskan, mengapa kamu terlambat?"
Ghifari menerka-nerka, jawaban apa yang tepat agar dirinya bisa lolos dari intimidasi mematikan dari Tere yang sudah dikenal dengan sikap tegas dan tidak menoleransi siswa yang tidak taat pada tata tertib sekolah.
"Perut saya sakit bu, jadi tadi saya ke toilet dulu," Ghifari meyakinkan Tere dengan mengaduh kesakitan.
"Yang saya tahu, kalau sakit perut itu ya di perut. Bukan di kepala, Ghifari!" Ghifari ikut tertawa atas kebodohannya. Ghifari baru sadar kalau dirinya mengaduh kesakitan pada kepalanya. Padahal dia bilang sakit pada perutnya.
Habislah riwayatnya.
***
Kelas gaduh dan ruwet membuat Nadia tidak betah berlama-lama menghabiskan waktu senggangnya di kelas. Nadia lebih memilih belajar daripada jam istirahat.
Basis belakang, ditunjukkan pada kumpulan anak-anak yang duduk di belakang. Yang berisikan makhluk malas ya, bukan makhluk halus.
"Eh Nadia,"
"Woi!"
"Budek ya lo."
Nadia menoleh malas. Masalahnya kalo dipanggil sama anak-anak lain nih, kalo nggak dibully, ya dikerjain.
"Kenapa?"
"Nanti 'kan ulangan biologi. Awas ya lo sampe budek kalau gua panggil."
Hal lazim seperti ini sering terjadi ketika guru ingin mengadakan ulangan secara mendadak. Nadia lah yang mereka incar disaat keadaan genting seperti ulangan. Karena selain Nadia itu pintar, dia juga nurut sama yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet
Teen FictionApakah Nadia akan melewati garis pembatas antara dirinya dan ghifari? Dan apakah Ghifari akan menentang takdir, dari sebuah takdir? Tak ada yang tahu, apakah sebuah bunga yang tumbuh diantara keduanya akan bermekaran atau malah sebaliknya Apa yang a...