Hari ini Nadia kembali harus menjalani rutinitas kehidupannya, belajar dan di Bully seolah-olah hidup Nadia terus berputar pada dua rutinitasnya itu.
bagi Nadia, tak ada hari tanpa belajar dan hari Nadia belum lengkap tanpa bullyan.
"Wah wah wah... Nadia sang babu sekolah udah dateng," kata Raka teman Ghifari
"Makin hari tambah cantik aja lu Nadia," ujar Arif
"What? cantik? sepatu lusuh, pakaian lusuh, dan tas lusuh? tidak ada yang spesial dari dia dan lo bilang dia cantik? cantik dari mananya?" kata Ghifari sinis
"Iyaa cantik, Ghif. Kalau dilihat pas mati lampu hahaha," kata Raka membuat Ghifari dan temannya tertawa.
Nadia terus berjalan tanpa berniat memperdulikan Ghifari dan teman-temannya, baginya itulah sarapan pagi Nadia dan juga pembukaan dari hari ini.
Di kelas Nadia duduk manis dibangkunya sambil belajar tentunya.
tap...
tap...
tap...Sepatu yang sangat Nadia kenali menghampirinya, Nadia menghembuskan nafas dan menatap Ghifari datar seolah-olah mengatakan .
"Hee babu kerjain PR gue," kata Ghifari memberikan bukunya pada Nadia.
Nadia pun langsung menerima buku Ghifari dan segera mengerjakannya dengan tenang seolah-olah tidak terjadi apa-apa
Melihat hal itu Ghifari merasa geram, pasalnya Nadia hanya menuruti permintaannya dan seolah mengabaikan Ghifari.
Ghifari pun mempunyai ide agar Nadia merasa tersiksa dan tidak mengabaikannya.
"Woii teman-teman, Nadia bakal ngerjain PR kita sekelas, PR bahasa itu loh yang ngerangkum, buruan sini kumpul bukunya sama Nadia," kata Ghifari sambil teriak
Nadia yang mendengarnya hanya menatap Ghifari dengan wajah yang sama yaitu datar dan tanpa ekspresi
Buku-buku memenuhi meja Nadia, yang tak lain dan tak bukan milik dari murid sekelas Nadia
***
"Beliin gue minum,"
"Beliin gue snack,"
"Eh, eh, beliin gue cake didepan sekolah,"
"Beliin gue buku,"
"Es campurnya tiga,"
"Beliin mie ayam di kantin,"
Deretan kalimat yang seakan memaksa Nadia untuk terus melakukannya.
Kalimat-kalimat yang diucapkan Ghifari langsung dilaksanakan Nadia, dia tidak berniat melawan ataupun membantah dan itu yang membuat Ghifari semakin geram dan ingin menyiksa Nadia.
hosh... hosh... hosh...
"ini mie ayamnya" kata Nadia dengan keringat yang memenuhi wajahnya.
"Ghif, kasian tuh sih babu udah keringatan gitu lu suruh-suruh hahaha," kata Raka teman Ghifari
"Lu nggak kasihan apa sama dia? udah capek gitu kelihatannya hahaha,"kata teman Ghifari
"Yailah, kasian sama dia? Dunia kebalik woi," Ghifari menatap Nadia sinis dan dibarengi tawa yang seakan mengintimidasi Nadia.
Setelah urusannya telah usai, Nadia kembali duduk di mejanya. Bisa dikatakan kalau Nadia mengambil kesempatan yang itu untuk mengatur tenaganya setelah seperharian ini diperlakukan yang tak wajar dari teman kelasannya.
***
Nadia berjalan dengan tenang di koridor sekolah usai pelajaran olahraga, namun ketenangan Nadia hilang karena dia di hadang oleh Ghifari dan kedua temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet
Teen FictionApakah Nadia akan melewati garis pembatas antara dirinya dan ghifari? Dan apakah Ghifari akan menentang takdir, dari sebuah takdir? Tak ada yang tahu, apakah sebuah bunga yang tumbuh diantara keduanya akan bermekaran atau malah sebaliknya Apa yang a...