Part 4 - Sickness

821 96 29
                                    

"Tiga puluh sembilan koma lima," [Name] menatap kearah Saeran yang terbaring, sambil memegang sebuah pengukur panas elektrik. Ia menghela napas dan meletakkan kembali kompres di kepala Saeran, "istirahatlah sampai kau sembuh. Dan tidak ada protes."

Aku terbangun perlahan saat kepalaku dan badanku sudah tidak terasa berat lagi. Rasanya tubuhku sudah bisa digerakkan dengan mudah dan rasa pusingnya sudah lebih baik. Baru saja aku akan bangun saat sosok [Name] yang tengah bersama dengan Saeyoung akan mendekat membuatku menutup mataku.

Kenapa aku harus berpura-pura tidur?

"Kurasa demamnya sudah tidak begitu tinggi lagi," suara [Name] semakin mendekat dan tangan itu menyentuhku perlahan di bagian dahi untuk memeriksa demamku sudah turun atau belum, "obat kemarin cukup manjur, untung saja Yoosung memberitahukannya pada kita. Aku akan membuatkan bubur untuknya dulu agar saat ia bangun, ia bisa langsung makan."

Dasar bodoh, untuk apa ia repot-repot mengurusiku sampai membuatkan makanan yang tidak akan kuhabiskan sih. Aku tidak suka bubur bagaimanapun rasanya.

"Hm, ada apa Saeyoung?"

"Kau memanjakan Saeran beberapa hari ini," suara bodoh Saeyoung membuatku bisa menebak kalau ia tampaknya tidak begitu suka dengan perlakuan kekasihnya. Kalau begitu bawa pulang kekasih bodohmu itu, "aku sedikit cemburu..."

"Hm? Bukankah kau yang rela meninggalkanku tidur sendirian beberapa hari ini karena merawat Saeran, Saeyoung?"

Huh?

"I-itu karena aku takut Saeran akan merasa kesepian lagi! Sejak kecil tubuhnya lemah jadi aku khawatir," Saeyoung terdengar gugup, dan perkataannya sukses membuatku terdiam. Aku yakin wajahku saat ini merah bukan karena demam, "lagipula Saeran itu laki-laki loh!"

...

"Lalu?"

"Untuk kali ini aku setuju dengan Zen, semua laki-laki itu serigala! Kalau kau diapa-apakan oleh Saeran bagaimana?!" Rasanya ada sesuatu yang berkedut diatas kepalaku. Aku benar-benar tidak habis pikir apa yang dipikirkan Saeyoung kalau aku akan menjadi serigala.

"Jadi hanya kau yang boleh memperhatikan Saeran dan meninggalkanku? Lagipula, bukan hanya kau yang cemburu karena lebih memperhatikan Saeran kok," suara itu terdengar lebih pelan, sepertinya [Name] tampak malu mengatakan hal itu. Dan aku punya firasat buruk soal apa yang akan terjadi setelah ini.

"...[Name]..."

"Huh? Saeyoung apa yang kau--h-hei, bagaimana kalau Saeran bangun!"

"Tidak akan kalau kau tidak berisik," suara grasak grusuk dari arah mereka sebenarnya sudah akan membangunkanku meskipun aku tertidur tadi. Wajahku kian memerah membayangkan apa yang mereka lakukan. Maksudku, apa yang akan membuat [Name] takut aku akan bangun?

"Ah, tidak disana Saeyoung!"

"Bagaimana dengan disini?"

"Hei!"

Kalau seperti ini kurasa demamku akan semakin tinggi dibuat mereka. Memutuskan untuk menyerah, aku bergerak dan menyibakkan selimut sekaligus bangkit dari tempat tidur dan menatap kearah mereka.

"Hei, geli Saeyoung..."

"Itu hukuman karena menggoda--oh Saeran, kau sudah bangun?"

...yang sedang saling menggelitik satu sama lain.

"BERISIK!"

Dan segera kutendang dari kamarku.

.
.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Daily Life of Saeran ChoiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang