Part 2. Ice Cream

1.3K 173 14
                                    

Aku menatap dengan tatapan aneh saat mendengar perkataan dari [Name] yang masih menunggu jawabannya. Rika dan V tidak pernah menanyakan hal asing yang kudengar sekarang, dan jangan tanyakan apakah ibuku menanyakan hal seperti itu. 

Mungkin bagi semua orang, seseorang yang menanyakan apa yang mereka ingin makan adalah hal yang biasa, namun aku bukanlah 'seseorang'.

"Saeran?"

"Tidak ada... tanyakan saja pada Saeyoung apa yang ingin ia makan," aku memalingkan wajahku dan tampak tidak menatapnya kembali hingga gadis itu pergi dari tempat itu.

.

.

End of Saeran's POV

The Daily Life of Saeran Choi

Genre : Humor/Family

Rated : T+

Pairing : 707xReader | Hint!SaeranxReader

Part 2. Ice Cream

(778 kata - Ficlet)

.

.

"Eh?"

Saeyoung menatap kearah [Name] yang balik menatapnya dengan tatapan sedih dan bingung. hari itu, Saeran pergi untuk sekedar mencari udara segar di luar rumah mereka. Saeyoung sudah bisa melepas dan mempercayai Saeran untuk keluar sendiri tanpa cemas dengan keselamatan pemuda itu.

"Kau tahu makanan kesukaan Saeran?"

"Kenapa bertanya seperti itu?" Saeyoung benar-benar menghentikan pekerjaannya di depan komputer dan menatap kearah [Name], "kau tidak akan bilang kalau kau menyukai Saeran kan...?"

"Te-tentu saja tidak! Tetapi, setiap kali aku bertanya padanya ia selalu menjawab tidak perlu. Aku ingin sesekali membuatkannya makanan kesukaannya," [Name] tampak menggaruk kepala belakangnya dan menatap kearah Saeyoung yang memikirkan sesuatu.

"Benar sih, tetapi seingatku saat kecil ia bukan orang yang pemilih. Semua makanan ia makan dan tidak ada yang tidak habis," Saeyoung masih bergumam sambil mengingat apa yang bisa ia lakukan untuk membantu [Name], "ah, ada satu... kau juga tahu saat aku menceritakan tentang masa laluku dulu."

"Eh?"

"Tetapi, itupun kalau ia masih ingat kenapa ia menyukainya sih," Saeyoung tampak tertawa canggung sambil menggaruk dagunya.

.

.

Saeran's POV

.

.

"...apa ini?"

Aku baru saja pulang dari melihat-lihat lingkungan sekitar. Aku jarang untuk pergi dari rumah ataupun saat berada di Mint Eyes kecuali saat memancing [Name] ke apartment Rika. Makanya aku merasa harus mengenal lingkungan sekelilingku sekaligus untuk menjauh sejenak dari pasangan bodoh yang ada di rumah ini.

Tetapi, melihat apa yang ada di depan mataku hanya bisa membuatku speechless.

"Es krim, aku dengar ada toko baru yang buka jadi aku membelinya," [Name] berbicara sambil tersenyum lebar dan menepuk tangannya. Aku hanya bisa diam dan menatap satu menu yang ada di depanku. Lalu menatap Saeyoung yang tersenyum lebar seolah menungguku untuk memakannya.

Es krim...

Satu makanan yang kusuka karena mengingatkanku saat Saeyoung selalu membawaku keluar rumah dulu saat ibu kami sedang mabuk berat hingga tidak bisa berjalan sama sekali. Selalu, makanan yang membuatku tersenyum hanya dengan melihatnya saja.

Seperti yang tanpa sadar kulakukan sekarang.

Dan itu...

"Uwaaaa~"

...perbuatan yang bodoh yang kulakukan sekarang.

Saeyoung dan juga [Name] tampak menatapku yang tanpa sadar melihat parfait ukuran besar di depanku dengan mata berbinar. Wajahku seketika memerah saat menyadari jika hanya aku yang melihat parfait itu seperti anak-anak yang menikmati es krim pertamanya.

"Haruskah kusiapkan makan malam dengan es krim juga?"

"Saeran, kau bisa memakan es krimku kalau kau mau!"

"Ah benar, kau bisa memakan es krimku juga!"

Dan dua buah parfait milik mereka berdua sudah diulurkan padaku.

"A-apa-apaan! Menjauh dariku bodoh! Aku tidak butuh es krim sebanyak ini!" Kesal. Kurasa itu kulakukan untuk menyembunyikan rasa maluku. Tetapi mereka berdua benar-benar bodoh! Aku tidak butuh perhatian seperti ini, dan kurasa [Name] sengaja untuk menyiapkan es krim dan kutebak ini adalah ide Saeyoung!

"Jangan malu Saeran, aku akan menyiapkan sebanyak apapun es krim yang kau mau~"

"MENJAUH DARIKU BODOH!"

.

.

End of Saeran's POV

.

.

'Dingin...'

Pemuda berambut orange kemerahan itu tampak berbaring sendirian, dikelilingi oleh kegelapan yang tampak mengelilinginya. Sangat pekat. Ia mencoba membuka mata perlahan, namun bahkan ia tidak bisa melihat tangannya sendiri karena kegelapan yang pekat.

'Dimana ini?'

Suaranya tidak keluar.

'Saeyoung...?'

Tidak ada yang menjawab.

'[Name]...?'

Masih tidak ada yang menjawab.

'Semuanya...?'

Ia sendirian--

'...kalian... dimana?'

--lagi.

'Kumohon...'

Ia menutup mata erat, mencoba untuk menghilangkan kegelapan itu. Ia bahkan lebih nyaman untuk berada dalam kegelapan ini daripada harus membuka mata dan sendiri. Ia bisa membayangkan Saeyoung, [Name], dan juga anggota RFA disana. Ia bisa membayangkan kalau mereka masih ada disini.

'Kalian... meninggalkanku?'

Tetapi kenyataannya, sekarang ia sendirian.

'Saeyoung... bukankah kau berjanji padaku...?'

...lagi.

'Kau janji tidak akan meninggalkanku lagi bukan?'

.

.

"Saeran...?"

Mata berwarna hijau muda itu tampak membulat saat ia membuka mata dan menemukan cahaya dari ruangan depan masuk begitu saja dan membuatnya menyipitkan matanya lagi. Ia bisa melihat [Name] yang tampak berada di depannya dan menatapnya cemas.

"Kau tidak apa-apa? Kau tertidur saat menonton TV semalam," Saeran bangkit dari tempatnya tidur dan menatap sekeliling. Ia bisa melihat Saeyoung yang tampak menatapnya sambil berada di depan komputer, "kau tampak gelisah. Kau tidak apa-apa?"

...

"Ya, aku tidak apa-apa," Saeran menghela napas dan tampak mengelap keringat dingin yang mengucur di wajahnya.

'Mimpi buruk lagi...'

.

.

Part 3. Nightmare

The Daily Life of Saeran ChoiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang