3

12.2K 631 6
                                    

Semua manusia berhak mendapatkan kesempatan kedua. Maaf dariku adalah kesempatan terakhirmu.

*****

Ares menarik tangan Tanaya untuk menghentikan Tanaya agar tidak berlari lagi sambil menangis yang menjadikannya pusat perhatian dikantor Daniel tadi.

"Mau kemana?" tanya Ares pelan, tidak tega melihat Tanaya yang terisak. Rasanya hatinya juga ikut menangis melihat Tanaya menangis.
Tanaya menggeleng lemah, hidungnya sudah memerah dan bahkan seluruh wajahnya juga memerah karena terus menangis.

"Gue anter ya?" tanpa persetujuan Tanaya, Ares membawa Tanaya kedalam mobilnya.

"Kita kemana?" tanya Ares yang fokus melihat kearah depan menghadap jalanan, sesekali matanya melirik Tanaya.

"Pu-lang" jawab Tanaya dengan suara seraknya.

Ares mengeratkan cengkraman tangannya pada stir mobil hingga memutih saat kembali mendengarkan suara tangisan Tanaya.

Saat baru saja sampai dihalaman rumah Tanaya, Tanaya langsung berlari kedalam rumah sebelum Ares mematikan mesin mobilnya. Setengah berlari Ares mengikuti Tanaya yang masuk ke dalam rumah.

"Tanaya lo dimana?" Ares berteriak karena tidak mendapati Tanaya yang dilantai bawah. Ares melihat ke arah tangga kemudian menaikinya, mungkin Tanaya berada dikamar.

Dan benar saja, Tanaya sudah meringkuk menangis diatas kasur membuat hatinya mencelos.

"Ta-" Ares memegang bahu Tanaya lembut membuat Tanaya menoleh menatapnya dengan mata sembab.

"Kenapa Res, kenapa? Kenapa Daniel jahat! Kenapa dia selingkuhin gue?" racau Tanaya.

"Apa kurangnya gue sampai dia ngeduain gue? Apa cinta gue nggak cukup buat dia"

Semua yang diucapkan Tanaya membuat lobang dihati Ares membesar, tidak sadarkah Tanaya jika dirinya juga merasakan sakit saat Tanaya bersedih karena orang lain yang beruntung mendapatkan Tanaya tapi dengan bodohnya menyakitinya.

"Tanaya, udah" Ares mencoba menghibur Tanaya meskipun Tanaya masih terisak kecil tidak sekeras tadi.

"Apa yang harus aku lakuin, Res?" tanya Tanaya lirih.

"Kamu nggak perlu lakuin apa-apa dulu, dengerin penjelasan Daniel dulu. Jangan asal ngomong karena amarah" nasehat Ares. Seharusnya Ares senang dan memanfaatkan keadaan ini untuk bisa mendapatkan Tanaya tapi dia bukanlah orang yang pengecut. Ares justru menyuruh Tanaya untuk mendengarkan penjelasan Daniel nanti.

"Tapi kalau ternyata penjelasannya justru malah nyakitin. Aku mesti gimana?" aliran air mata Tanaya kembali saat memikirkan kenyataan yang justru menyakitinya.

"Ssttt-- everything's gonna be alright. Percaya sama gue, semua orang berhak ngedapetin kesempatan kedua" balas Ares bijak.

Kali ini Tanaya benar-benar berhenti menangis, mencoba mengeluarkan senyumnya yang justru terlihat menyedihkan dimata Ares.

"Kamu nggak papa kan aku tinggal? Aku ada meeting sebentar lagi"

"Nggak papa, Res. Makasih ya"

*****

Selang beberapa menit kepergian Ares, Daniel tiba didepannya dengan penampilan yang berantakan berbeda dengan tadi pagi.

"Sayang" panggil Daniel pelan dengan nafas terengah-engah, mengejar waktu untuk segera sampai kerumah.

Tanaya menatap Daniel dengan raut wajah datar. "Kenapa?"

Daniel terdiam sebentar melihat raut wajah datar Tanaya yang jarang dilihatnya. "Aku mau jelasin semuanya"

"Jelasin apa lagi? Jelasin kalau kamu sudah selingkuh sama sekretaris itu?" tembak Tanaya langsung.

TanayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang