(BUKU) ASMORA PARIA oleh herlinatiens

7.3K 110 25
                                    

JUDUL BUKU :
Asmora Paria
PENGARANG :
herlinatiens (kalian engga salah baca, memang begini nulisnya. Huruf pertama ditulis bukan kapital :D )
PENERBIT :
Diva Perss
TAHUN TERBIT BESERTA CETAKANNYA :
2012 Cetakan pertama (Revisi dari novel Garis Tepi seorang Lesbian yang terbit tahun 2003 oleh Galangpress Group)
DIMENSI BUKU : -

Asmora Paria. Dia adalah seorang wanita yang sudah menikah dengan kekasih wanitanya bernama Rie Shiva Ashvagosha di Paris, Perancis. Namun, karena beberapa alasan Rie menghilang dan meninggalkan Paria, itu yang membuatnya kembali ke Indonesia. Rie akan dinikahkan. Begitu pun Paria yang diminta agar segera mencari lelaki yang bersedia menikahinya karena keluarganya sudah tau dengan hubungan Paria dan Rie.
Dalam penantiannya Paria melampiaskan kemarahan, kegelisahan, dan perasaannya melalui surat yang dia tulis kepada dua sahabat baiknya yakni Gita, seorang ibu rumah tangga, dan Rafael, seorang pendeta Katholik.

Putaran takdir mempertemukannya dengan Mahendra, lelaki yang dulu pernah mencuri keperawanan bibir Paria. Sebuah skenario pun disusun. Paria menggagalkan pertunangan Mahendra dengan Savitri. Kemudian, Paria meminta kesediaan Mahendra untuk menikahinya, walaupun Paria akan meminta cerai setelah itu.
Tanpa disangka, Mahendra ternyata mencintai Paria dengan tulus dan tentu saja tidak bersedia menceraikan Paria kelak. Paria pasrah. Apalagi Rie juga tidak pernah memberi kabar. Namun, sehari sebelum akad terlaksana, datanglah sepucuk surat dari Rie. Rie akhirnya mengiriminya kabar.

Lalu akankah cinta Rie dan Paria berlanjut?

Menurut saya buku ini adalah kisah PALING FRONTAL yang mengungkap sisi paling sensitif kaum Lesbian.
Saya dibuat berfikir berkali kali tentang:

apa alasan saya memilih garis ini?

Apakah benar saya menjadi seperti ini akibat trauma dengan laki-laki yang sudah tega menyakiti saya bahkan merengut 'mahkota' yang saya miliki?

Apa karena lingkungan pergaulan saya yang mayoritas perempuan?

Apa karena saya kehilangan sosok ibu? Jadi bener dong saya suka perempuan karena 'tanpa sengaja' saya memang sedang mencari sosok perempuan dalam diri saya?

Atau karena saya merasa nyaman dekat dengan perempuan? Sampai horny dan keenakan?

Atau karena saya nya saja yang jarang ngobrol atau bahkan cenderung takut, sampai-sampai saya mengidap Androphobia, makanya tidak bisa suka dengan laki-laki?

Apa normal itu selalu berkaitan dengan 'laki-laki berhubungan intim dengan perempuan'?

Lalu apa saya salah memiliki perasaan seperti ini?

Kenapa Tuhan memberi saya perasaan ini? Apa Tuhan tidak sayang?

Apa saya bukan termasuk makhluk ciptaan Tuhan?

Lalu kenapa saya masih hidup?  dan bla bla bla.

SHIT! Alasan itu sungguh banyak. Dan silahkan kita berfikir alasan-alasan itu agar kita tidak salah memaknai cinta. Jangan sampai 'garis' yang kita pilih hanya sebentuk pelampiasan, kesenangan atau parahnya hanya eksperimen (iseng) yang sifatnya sesaat.
Kembali ke resensinya.

Sebenarnya novel ini adalah revisi dari novel "Garis Tepi Seorang Lesbian" yang ditulis dan diterbitkan pada tahun 2003. Novel ini menjadi Best Seller dan sempat menyebabkan kontroversi di Indonesia. Ya iyalah :/ .

Oh ya, membahas soal alur cerita. Asmora Paria ditulis dengan sudut pandang orang pertama. Dari sini Mbak herlina sangat, sangat, sangaaaat banyak mengungkap pandangannya tentang kaum lesbian melalui karakter Asmora Paria. Terutama ketika membaca surat-surat yang Paria tulis untuk Rafael dan Gita.

Selain itu alur ceritanya berbeda dan sulit ditebak. Bahasanya sangat 'nyastra' dan puitis. Ketika membaca buku ini saya seperti membaca buku filosofi dan puisi dalam waktu bersamaan. Kalau dilihat tulisan Mbak herlina hampir semua seperti itu. Dan kalau boleh saya kritik, tulisan mbak herlina tidak bisa dipahami dengan mudah kalau hanya sekali baca! Saya sampai  tiga kali baru memahami maksudnya. Mungkin bagi teman-teman yang tidak suka bacaan yang ribet, ketika baca buku ini, akan langsung mengalami geger otak ringan. ck ah lebay. Ckck.

Ya, itu mah gimana selera dan daya nalar teman-teman. :D

Sekali lagi Mbak herli bukan seorang L, ga percaya?  Silahkan saja cek akun IG nya. Mbak herlina sudah menikah dan sudah memiliki anak yang lucu.

Mbak Herli mungkin adalah satu dari sekian banyak orang khususnya penulis Indonesia yang merasa prihatin dengan kaum L. Dia menggambarkan Paria sebagai sosok  yang intelektual, cerdas, kritis namun, hanya karena orientasi seksualnya, dia mendapat cemoohan, cacian dan keburukan dari masyarakat. Tak jauh beda dengan realitasnya. Buku ini mengajak pembaca untuk tidak lagi menutup mata. Dicinta dan mencintai adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada setiap makhluknya.  Saya percaya Tuhan tidak menciptakan segala sesuatu dengan sia-sia. Perasaan yang sama dirasakan oleh laki-laki dengan perempuan. Sebuah perasaan yang meletup-letup yang tidak dapat didefinisian logika dan akal sehat. Seharusnya masyarakat kita memahami hal itu, tapi kebanyakan dari kita menganggap bahwa isu LGBT sekedar 'Alternatif Sex'.

Berkat pemikiran dan dedikasinya yang menghentak ruang kesadaran kita, novel ini medapat kesempatan sebagai media pendidikan dan objek penelitian.

Jangan heran ya, ketika beli buku ini kalian akan dapat sebuah CD. Isinya adalah lagu-lagu yang mbak Herli tulis sekaligus dinyanyikan olehnya atau berduet dengan penyanyi lain. Kalau penasaran cek saja di Youtube. Sambil membaca, pendengaran kita dimajakan suara merdu mbak herli. Hihi.

Saya tidak tau apa buku ini masih ada atau tidak. Paling-paling kalian bisa medapatkannya di  online shop(?). '^'

Selamat membaca dan semoga menambah khazanah kelilmuan kita. :D

==========================
Bersambung
(Seberkas cahaya mentari, 16/2/17)

Rekomendasi dan Review Cerita GxGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang