Guilty

79 9 0
                                    

Anna POV.

Gue nungguin Thomas ditaman. Galama dia dateng. Dia buat aku jatuh lagi saking gantengnya.

Gu langsung aja dia kerooftop dan duduk dipinggiran sambil mainin kaki.

"Kau biasa kesini?" tanya Thomas saat udah sampe ke rooftop.

"Yea. Tadi aku sempat kesini bersama seseorang sebelum ketaman dan bertemu denganmu"

"Siapa?"

"Asa. My deskmate. Why?" tanyaku

"No. Just.. Nothing"

Tiba-tiba Hening

"Kira-kira kak Tom tau gak siapa yang ngirim surat itu?" tanyaku

"Engga. Eh tapi aku bawa ini tadi" Thomas ngeluarin kertas yang udah lecek banget terus dikasih ke aku.

"Well. Um kukira ini dari angkatanku" kataku

"Aku akan sangat senang bila bertemu dengannya"

"You did" kata Anna.

Thomas noleh ke gue sambil sinisin gue. Wajahnya terkejut.

"Kamu?" tanya Thomas.

Gue cuman ngangguk. Gue cuman bisa tersenyum canggung. Pokoknya akward banget suasana disini

"Kapan kau mulai mengirimnya?"

"Sejak pertama kali kau menemukan surat dilokermu"

"But it's about 2 years ago. You muat be kidding me"

"No i'm not. 2 years ago, so long time to make you understand. But, somehing hit me when i know you have a girlfriend. I'm not giving up. I hope someday you reply it. Then you broke up with Rere. Something hit me again. I feel guilty.Sorry"  gue berdiri dan ninggalin Thomas dirooftop sendirian. Sebelum itu gue balikin lagi surat gue tadi pagi.

Gue turunin tangga langsung lari ketaman. Disini gue nangis. Gue merasa benar-benar bersalah sama Thomas. Dan gue gak mau ngebohongin dia. Jadi gue jujur aja.

"You okay?" suara Asa. Dia baru aja duduk dibelakang gue.

Gue langsung balik dan meluk dia. Bukannya kecentilan atau apa. Gue emang butuh seseorang buat dipeluk. Dan gue harap asa bisa nenangin gue.

"What happen?"

"Hey-hey. Stop crying okay?" dia mindah posisi gue jadi natap dia langsung, air mata gue diusap pake jempolnya.

"Udah-udah." dia taroh kepala gue dipundaknya. Dia rangkul gue. Bener-bener buat gue nyaman.

"Sorry. Baju lo basah" kata gue parau.

"Gapapa. Asalkan lo tenang dan gak nangis lagi."

"Kenapa sih nangis segala?" tanya Asa.

Gue hanya tersenyum kecut dan menggeleng. Asa mengangguk. "It's Okay."

Gue bisa denger detak jantungnya. Pundak sama jantung gak berjarak jauh ye kan?. Dan jantungnya itu cepet banget. Nafasnya juga sampe ketengguk gue. Kelihatan kalo dia nyoba biar gak gugup.

"Ace" panggil gue noleh keatas dan langsung ketemu sama dua benda biru terang natap gue takut, gua juga takut natap dia.

"Gue gak nyangka mata lo bisa sebiru ini" gue deketin wajah Asa.

"Gue juga. Matalo coklat banget"

"Hey listen im-" Thomas dateng dari belakang Asa. Gue sama asa langsung noleh.

"Ups. Sorry"

"What? No! It's just my desk mate. Dan kita hanya bermain siapa berkedip duluan akan kalah" kataku.

"Yeah" balas Asa.

"Okay, i can't stand here anymore. So enjoy your time Anna!" Asa pergi ninggalin gue sama Thomas.

Gue duduk lagi sambil ngelamun.
"Listen. I know you're waiting so long" gue diem aja dengerin dia.

"Bagaimana jika kita sedikit lebih dekat. Like brother and sister?"

Gue noleh sambil masang wajah kaget. "Seriously?" tanya gue gak percaya.

Dia cuman ngangguk. "I need your phone number"

Gue langsung kasi dia ponsel gue.
"Thank you. I think the school will dismiss. I have to go now."

"Yeah. Bye" gue tinggalin dia dan dia keliatan juga pergi dari taman.

Gue bener-bener bersalah, terutama sama kak Rere.

Temen Chat - A.B ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang