Prolog

193 3 0
                                    

Bukankah itu aku? Bukankah seperti itu selalu diriku? Mudah jatuh dan mudah bangun. Mudah tahu pula mudah lupa. Mudah paham mudah acuh. Mudah untuk jatuh cinta dan mudah melupakan. Tak lama setelah rasa itu ada, seringkali hanya sebentar saja. Seberkas cahaya senja yang kemudian akan menghilang, pudar bersama alur cerita ini. Pergi bersama semua rasa yang dulu awalnya hangat, kini membeku dan menghambarkan indera. Pernahkah ada di sana? Rasa yang dulu, pernah kukira tumbuh dan akan bertahan, ternyata aku salah.

"pelajaran yang rubi dapatkan saat mencintai felif adalah jangan mengharapkan sesuatu yang indah saat jatuh cinta, tapi sibuklah mempersiapkan hati mu untuk menghadapi seribu satu hal yang menyakitkan" -RUBIANDA

••••

SIAL!
Benar saja, satu lagi memulai. Dan aku rasa akan seperti itu pula akhirnya. Seperti itu juga awalnya. Tapi satu yang sangat melelahkan adalah, kenapa harus dia? Dulu aku juga sering bertanya, kenapa harus dia? Dan seminggu setelahnya aku bahkan tak merasakan apa-apa terhadapnya. Benarkah dulu aku pernah menyukainya? Benarkah aku dulu sering memperhatikannya? Benarkah aku dulu...

Kali ini lagi. Terjadi pada saat-saat pertamaku masuk SMA, benar saja. Seorang teman biasa yang baru saja aku mengenalnya. Tepatnya baru saja aku bertemu dengannya. Tepat saja aku tahu tentang dia, tepat saja kita saling bicara. Dan seketika aku percaya pada kepribadian nya. Benar saja! Bodoh pula diri ini! Kenapa harus terulang lagi, membuatku sulit berkonsetrasi ketika dalam pelajaran, membuatku selalu memekirkannya, entahlah! Aku bahkan tak tahu harus berbuat apa? Aku senang melihatnya tertawa, karena itu hal langka yang dia lakukan, bahkan terhadap kawan lain. Aku senang melihatnya tersenyum ketika melihatku. Aku suka melihatnya tertawa karenaku. Aku suka melihatnya makan, aku suka melihatnya heran melihatku. Aku suka melihatnya makan sembari menghadap ke arahku. Aku suka melihatnya ketika memanggil namaku sembari tersenyum (walau aku belum pernah lihat juga sih)... Cuma angan wkwk.

Beberapa temanku menyukainya, aku bisa merasakannya. Aku suka melihatnya. Tapi aku tak bisa memandangnya terlalu lama. Aku takut aku semakin jatuh padanya. Aku takut jika suatu saat aku harus tahu bahwa semua itu hanya masa laluku. Sepenggal cerita tentangnya, yang bahkan tak sempat hadir dalam lembar rasa.

Satu hal yang aku sesalkan adalah bahwa aku tak bisa membantunya untuk menjaga hubungan aku dengan dia. Entah kenapa? Aku kesal saja. Ingin rasanya aku bertanya, mengapa masalahnya begitu kuat? Mengapa hanya aku yang terpilih. dia ingin berjuang bersama Dengan ku.  dia yang satu ini benar-benar membuatku khawatir ketika tidak melihatnya.

Kenapa aku sering terlambat memberi kabar, dan membuatnya duduk sendiri di belakang bagian pinggir. Benar, pinggir adalah tempat favoritnya. Aku tak tahu mengapa, tapi katanya anak Introvert suka sendirian. Yah, aku percaya saja. Katanya INFJ gak bisa menjelaskan pikiran ilmiah dengan kata-kata. Masa sih? Aku ingin membantunya, karena kebetulan aku sedikit lebih di bidang itu. Yuph, menjelaskan! Aku benar-benar ingin membantunya. Tapi mungkin aku tak memiliki kesempatan itu. Mungkin lain kali tak kan ada kesempatan lagi untukku bicara padanya.

when he goneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang