Keesokan paginya, jam alarm tidak dapat bekerjasama dengan baik dengan kelopak mata Masya yang masih mengatup. Entah setan apa yang merasuki Masya, tetapi dia tetap merasa ngantuk walaupun sudah tidur lebih cepat tadi malam.
Ini tak lain dan tak bukan karena Aldo, sepupu jauhnya yang sedang menginap dirumahnya mengetuk-ngetuk pintu kamar Masya pada jam 2 dini hari.
Mereka seumuran. Ibu Aldo adalah sepupu dari kakak ipar kakaknya Ibu Masya. Walau sepupu jauh, hubungan mereka tentu tidak jauh. Mereka bermain riang gembira sejak kecil. Yha, namanya juga "sepupu jauh".
Aldo bilang, dia ingin ditemani Masya untuk menonton serial film horror yang sudah diiklankan di TV sejak sore tadi. Tayangnya memang jam tengah malam ke bawah, katanya sih supaya lebih "terasa".
Tok tok
"Hello, anybody here?"
"..." Tak ada jawaban.
"Sya, bangun sya. Filmnya udah mau mulai tau,"
"..." Terdengar bunyi nafas yang teratur dari dalam kamar Masya.
"Sya?.."
"..." Tetap tak ada jawaban.
"Eh, gila ya. Ga bangun bangun. WOI SYA BANGUN, FILMNYA UDAH MAU MULAI."
"..."
Ceklek
"Hah anjir ga dikunci,"
Awalnya Aldo sempat ragu. Masuk atau tidak ya. Secara ini kamar cewek, dan ya.. You know what I mean lah ya kan.
Namun, Aldo tidak mau melewatkan sedikit pun scene dari film horror yang akan segera mulai.
Aldo memasuki kamar Masya perlahan lahan, dan mendapati Masya sedang tertidur pulas. Ya gitu, Masya kalo tidur kaya orang mati. Ga denger apapun, ga sadar apapun.
Aldo mendekati Masya di tepi tempat tidurnya. Mengamati pose tidur Masya yang gak-cewek-banget. Kemudian dia beranjak dan mengacak-acak meja belajar Masya.
Sebuah senyum melengkung di wajahnya.
"Aha! Gua ada ide, wkwk." Celetuk Aldo.
5 menit kemudian
"HAHAHAHA," terdengar tawa jahat pecah dari pita suara Aldo di dini hari yang sunyi.
Mendengar tawa yang tidak manusiawi begitu, Masya pun bangun, dan setelah 3 detik, baru dia menyadari apa yang terjadi.
"Eh, lo kok ada di kamar gue, sih?" Sembur Masya cepat kepada Aldo.
"Lah? Lu ga ingat janji lu tadi sore apaan? Temenin gua nonton kan?" Balas Aldo tak kalah cepatnya.
"Ih, filmnya kan jam 2. Gue bisa tidur dulu kali, ngapain gua ngalong sampe jam 2."
"Yauda cepet temenin gua nonton,"
"Hah gila lo ya? Sekarang kan ba..,"
"SEKARANG JAM 2 MASYA VILLEA"
Sontak Masya melihat ke jam dinding di kamarnya yang berwarna senada dengan wallpaper kamarnya, warna ungu lavender.
"Anjir, selama itu kah gue tidur?"
"Kebo lu dasar, dari tadi juga udah gua bangunin,"
"Seriusan lo? Kok gue ga kerasa?"
"Iye ayo cepetan, udah ketinggalan banyak nih."
"Yauda gue mau cuci muka du..,"
"Udah gausah, langsung aja. Lu cantik kalo abis bangun tidur,"
"Ha? Apa? Lo barusan ngomong apaan?"
"Ah, ga ada. Yaudah gua deluan ya,"
Aldo meninggalkan Masya dengan penuh tanda tanya.
------
Ruang tamu di rumah Masya memang bukan hanya satu. Selain di lantai satu, juga ada di lantai dua. Biasanya penghuni kamar yang berada di lantai dua, menonton TV atau sekadar nyemil kue ditambah teh hangat di sore hari.Aldo sudah duduk setengah menyandar di sofa empuk berwarna ungu tua. Masya duduk bersebelahan dengan Aldo, namun berjarak beberapa meter.
Pada menit menit pertama di awal film, mereka tampak biasa-biasa saja. Saat iklan, Masya lebih memilih memainkan handphonenya untuk menghilangkan rasa takut, dibanding Aldo yang mengotak-atik remot mencoba mencari siaran selingan.
Pada pertengahan film, posisi duduk Masya, tanpa sadar mulai mendekat ke arah Aldo. Begitu terus mendekat hingga puncak adegan seram tayang di layar TV, dan dengan berasamaan Masya dan Aldo..
—bersambung—