1. Kejutan

75 5 0
                                    


Pagi ini langit dihiasi mendung pekat yang mengisyaratkan akan turun hujan lebat. Vina baru saja membuka matanya melihat kearah jam yang menunjukkan pukul 06:00 pagi. Ia merapatkan selimutnya hingga ke leher. Baru saja akan memejamkan matanya terdengar teriakan mamanya dari bawah. "Vina!!! Bangun!!! Udah siang!!" teriak mamanya. "Iya" balas Vina dengan teriakan juga.

Setelah mencuci muka dan menggosok gigi Vina turun. "Ihh . . . mama masih pagi udah teriak-teriak aja. Kenapa aku harus bangun pagi? Ini kan hari Sabtu, ma." Gerutu Vina sambil menuruni tangga. "Kamu ini, anak perempuan bangun siang. Nggak malu sama ayam?! Memangnya kamu nggak ke rumah sakit apa?!" omel mamanya. "Ke rumah sakit kok, ma. Tapi, masih nanti." Kata Vina. Baru saja Vina akan mengambil muffin buatan mamanya bel rumah berbunyi. "Vin, tolong buka pintunya." Perintah mamanya. Vina menunda makan muffin dan pergi membuka pintu.

***

Setelah membuka pintu Vina dibuat terkejut dengan kedatangan tunangannya. "Kamu kok nggak bilang-bilang sih kalo mau ke sini?" tanya Vina. "Aku nggak disuruh masuk dulu nih?" tanya Fredy dengan tersenyum. "Kapan kamu pulang dari Amerika?" tanya Vina tanpa mempedulikan pertanyaan Fredy. "Beneran nih aku nggak disuruh masuk dulu?" Fredy mengulangi pertanyaannya. "Ayo masuk." Ajak Vina dengan wajah cemberut.

***

"Siapa tamunya, Vin?" tanya mamanya yang sedang menyiapkan sarapan. "Selamat pagi, tante." Sapa Fredy dengan senyuman. "Oh . . . ternyata Fredy. Ayo sarapan dulu tante baru saja buat muffin sama pancake." Kata mama Vina. "Iya, terima kasih, tante. Kebetulan saya belum sarapan." Kata Fredy dan bergegas duduk. Vina ikut duduk dan menganggu Fredy.

"Kapan kamu pulang?" tanya Vina mengulangi pertanyaannya yang tadi. "Kemarin malam." Jawab Fredy singkat kemudian mengambil muffin. "Terus kenapa nggak ngabarin aku?" tanya Vina lagi. Mamanya angkat bicara. "Biarin Fredy makan dulu, Vin. Kamu tanyanya nanti aja." Kata mamanya. "Ihh . . . mama nyebelin." Gerutu Vina kemudian pergi. "Kok Fredy malah ditinggal sih?! Ditemenin dong!" Kata mama Vina. Vina tidak mempedulikan ucapan mamanya malah mempercepat langkahnya menaiki tangga. "Tidak masalah, tante. Vina kan memang seperti itu." kata Fredy santai. "Syukur deh kalo kamu paham." Kata mama Vina sambil menuangkan minum untuk Fredy.

Tak lama setelahnya Vina turun dan sudah berpakaian rapi. Vina berjalan melalui Fredy tanpa mempedulikannya. "Vina berangkat ya, ma. Have a nice day. Bye." Kata Vina kemudian keluar. "Eh . . . Vin. Kok Fredy ditinggalin sih?" teriak mamanya. Fredy pun berdiri untuk mengejar Vina. "Saya pamit ya, tante." Kata Fredy. "Iya, hati-hati." Kata mama Vina. "Hmm . . . dasar anak-anak." Kata mama Vina lagi sambil geleng-geleng kepala.

Fredy berhasil menghentikan Vina ketika akan masuk ke mobil. "Kamu mau kemana sih? Kok aku ditinggal gitu aja?" tanya Fredy dengan senyum. "Mau ke rumah sakitlah." Jawab Vina ketus. "Kamu kenapa sih? Marah gara-gara aku ke sini nggak bilang-bilang?" tanya Fredy dengan halus. "Siapa yang marah? Minggir deh, aku buru-buru nih." kata Vina dengan galak. Fredy menyerah dan mundur membiarkan Vina pergi. Ia tahu jika Vina sedang marah sebaiknya ia menyingkir dulu sementara waktu.

***

Baru saja Vina meletakkan tasnya seorang perawat memasuki ruangannya. "Permisi Dokter Vina, dokter diminta ke ruang operasi no.2 sekarang. Operasinya dipimpin Dokter Effendy." Kata perawat itu. "Baik, saya segera ke sana." Kata Vina. Ia segera mengganti heels-nya dengan sepatu yang biasa ia kenakan ketika di ruang operasi. Dan segera bergegas menuju ruang operasi.

***

Ketika mencuci tangan Vina sempat bercakap-cakap sebentar dengan Dokter Andrea yang merupakan dokter senior paling muda di rumah sakit ini. "Ingat Vina ini operasi penting jadi gunakan kesempatan ini dengan baik." Kata Andrea. Vina mengerutkan keningnya bingung "Maksud, dokter?" tanyanya. "Ini adalah cara Dokter Effendy untuk menentukan siapa diantara kamu dan Airi yang pantas mendapat kesempatan untuk ikut serta dalam penelitian itu." Jelas Dokter Andrea yang kemudian diangguki Vina. Dan mereka pun masuk ke ruang operasi.

1 jam

2 jam

3 jam

4 jam

5 jam

6 jam

Akhirnya setelah 6 jam lampu ruang operasi padam dan pasien selamat. "Kerja bagus Dokter Vina." Kata Dokter Effendy. "Terima kasih, dokter." Kata Vina dengan senyum. Dokter Effendy pun segera pergi. Vina pun juga segera kembali ke ruangannya.

***

"Wah . . . wah . . . sepertinya kau akan berhasil, Vina." Kata Dokter Andrea menepuk bahu Vina dari belakang. "Entahlah saya tidak yakin, dokter. Dokter Airi juga dokter yang berbakat." Aku Vina. "Aku yakin kaulah yang terpilih." Kata Dokter Andrea meyakinkan. "Terima kasih, dokter." Kata Vina dengan senyuman sekarang. "Sama-sama. Apa kau mau menemaniku makan siang?" tanya Dokter Andrea. "Sepertinya lain kali. Masih ada yang harus saya kerjakan." Kata Vina melihat jam tangannya. "Baiklah kalau begitu. Aku pergi dulu. Daaah!" kata Dokter Andrea. "Lain kali saya bersedia." kata Vina sopan. Dokter Andrea mengangkat ibu jarinya menandakan bahwa ia setuju.

***

Pukul 05.00 sore Vina sudah kembali menginjakkan kakinya di rumah. "Tumben, Vin udah pulang." Sapa mamanya yang sedang menonton acara TV. "Iya." Jawab Vina singkat. "Tuh, ada titipan dari Fredy. Mama taruh di kamar kamu." kata mamanya. "Iya." jawab Vina lagi kemudian, pergi ke kamar.

***

Ketika memasuki kamarnya Vina dikejutkan oleh gaun indah berwarna putih yang ada di atas tempat tidurnya. "Wow! Indah sekali." Kata Vina takjub. Terselip secarik kertas di gaun itu yang bertuliskan :

Kuharap kau menyukainya.

Dan aku menunggumu di rumahku jam 7.

Fredy

Vina masih tersenyum memandangi kertas itu. "Baiklah aku datang." Katanya masih tersenyum. Ia pun segera bersiap.

***

Di rumahnya Fredy sibuk mendekorasi halaman belakang sebelum kedatangan Vina. Ia ingin semuanya sempurna. Bahkan ia telah menyiapkan semua itu jauh sebelum ia pergi ke Amerika. Kini ia sedang di depan cermin mengulangi apa yang akan dikatakannya nanti. Fredy sangat gugup menunggu kedatangan Vina.

Pelayan memberitahukan bahwa Vina sudah datang. Fredy bersiap di tempatnya. "Selamat malam, tuan putri." Sapa Fredy. Vina hanya tersenyum mendengarnya. "Terima kasih untuk gaunnya. Indah sekali." Ucap Vina tulus. "Sama-sama. Aku senang kau menyukainya." Kata Fredy. Makan malam pun berjalan seperti yang direncanakan Fredy.

Selesaimakan malam tiba saatnya Fredy harus membicarakan apa yang menjadi tujuannya. Vina sedang menikmati sejuknya halaman belakang rumah Fredy. Fredy mendekat dengan satu tangan di belakang tubuhnya menyembunyikan sesuatu. "Vina." Panggil Fredy. Vina menoleh dan tersenyum. "Apa?" tanya Vina. "Maukah kau menikah denganku, Vina Andarina?"tanya Fredy sambil mengeluarkan dua boneka beruang kecil yang membawa dua cincin indah. Vina terkejut akan apa yang baru saja diucapkan Fredy. Ia masih terpaku di tempatnya. 

Happy reading ^^

My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang