2. Kesalahan Vina

81 5 0
                                    


Vina masih tidak percaya atas apa yang didengarnya tadi.

Flashback

"Vina." Panggil Fredy. Ia menoleh dan tersenyum "Apa?" tanyanya. "Maukah kau menikah denganku, Vina Andarina?" tanya Fredy sambil mengeluarkan dua boneka beruang kecil yang membawa dua cincin indah. Ia cukup lama diam namun, kemudian ia berusaha menjawabnya. "Apa kau serius?" tanyanya ragu. Fredy menarik napas kemudian menhembuskannya dengan kasar.

"Aku sudah berusaha melakukan semua yang terbaik dan kau masih meragukanku?" tanya Fredy dengan nada kecewa. "Bukan, bukan begitu. Tapi-" jelas Vina terpotong oleh Fredy. "Tapi apa? Kau belum siap?" potong Fredy. "Kasih aku waktu buat mikir dulu." Kata Vina pelan. "Waktu? Kasih kamu waktu buat mikir?" kata Fredy kemudian tertawa, entah apa yang ditertawakannya "Apa tiga setengah tahun nggak cukup untuk kamu mikir, Vin?" kata Fredy, kali ini suaranya mulai meninggi.

Vina mendekat dan berusaha menyentuh lengan Fredy tetapi ditepis. "Fred?" panggil Vina. "Makan malam sudah selesai dan kau boleh pulang." Kata Fredy datar kemudian pergi meninggalkan Vina. Vina mengejar Fredy dan berhasil menghentikan langkahnya. "Kumohon dengarkan aku dulu." Kata Vina yang masih menggenggam tangan Fredy. "Apa lagi yang harus kudengarkan?" tanya Fredy datar. "Aku akan menjawab pertanyaanmu." Kata Vina. Terbit harapan di mata Fredy, Vina bisa melihat itu. "Tapi setelah reuni SMA." Tambah Vina pelan. Muncul lagi kekecewaan di mata itu. "Aku janji." Kata Vina meyakinkan Fredy sambil menggenggam tangannya. "Terserah kamu, Vin. Sebaiknya kamu pulang sekarang." Kata Fredy kemudian melepaskan genggaman tangan Vina dan benar-benar meninggalkan Vina sendirian.

Flashback End

Vina menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur. Ia lelah dengan apa yang baru saja dialaminya. Ia bingung harus bagaimana. Bila ia berhasil, ia akan melakukan penelitian dan harus tinggal di Amerika tetapi, ia juga tak ingin mengecewakan Fredy. Di satu sisi ia sangat menginginkan penelitian itu, di sisi lain Fredy sudah menunggunya terlalu lama. Karena hari ini sangat melelahkan bagi Vina, ia tertidur tanpa sempat ganti baju.

***

Pagi ini Vina berniat untuk meminta maaf pada Fredy atas apa yang telah terjadi kemarin. Tapi, ketika ia membunyikan bel satpam rumah Fredy mengatakan bahwa Fredy pergi setelah makan malam kemarin dan belum pulang sampai sekarang. Vina pun menghubungi Fredy tetapi, ponselnya tidak aktif. Ia tidak tahu harus mencari Fredy kemana. Tiba-tiba ia mengingat suatu tempat yang pernah ia datangi ketika ia dan Fredy sedang melepas lelah dari pekerjaan. Vina pun segera bergegas ke tempat itu.

Sungguh melelahkan menghadapi kemacetan jalan. Vina lupa jika hari ini adalah Hari Minggu. Itulah sebabnya jalanan menuju Puncak Bogor padat kendaraan. Tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Vina mengira itu panggilan dari Fredy ternyata dari rumah sakit. Vina mengerutkan keningnya 'hari ini kan bukan jadwal jagaku. Ada apa?' batin Vina. "Halo?" Vina menerima panggilan telepon dengan ragu. "Halo, selamat pagi Dokter Vina. Maaf mengganggu libur anda. Hari ini Dokter Effendy membutuhkan anda di ruang operasi saat ini juga." Kata orang diseberang. "Baik. Saya dalam perjalanan menuju rumah sakit." Kata Vina kemudian memutuskan sambungan teleponnya dan melajukan mobilnya berbalik arah.

***

Sementara itu Fredy berdiri di tepi balkon kamarnya menikmati pagi yang cerah ini. Ia frustasi atas penolakan Vina. Sudah kedua kalinya Vina menolak lamarannya. Ia masih ingat bagaimana penolakan yang ia hadapi tiga setengah tahun yang lalu. Bahkan hal itu takkan terlupakan seumur hidupnya. Dan hal itulah yang menjadikannya sukses seperti sekarang ini.

Flashback

Malam ini adalah waktu yang di tunggu Fredy. Hari ini Vina pulang dari Amerika. Selesai sudah penantiannya selama dua setengah tahun ini. Fredy telah mempersiapkan semuanya selama ia menunggu. Kini semua telah siap. Tinggal menghitung jam dan rencana Fredy akan dijalankan.

Pukul 14.00 Fredy menuju bandara untuk menjemput Vina. Ia sudah tak sabar melaksanakan rencana yang telah ia susun. Baru saja ia mematikan mesin mobilnya, ponselnya berbunyi. Ternyata Vina mengabarkan bahwa ia telah sampai di rumah dengan selamat 2 jam yang lalu. Ia memberitahukan pada Fredy bahwa papanya juga pulang. Fredy pun merubah rencana makan malam.

Malam ini Fredy berencana melamar Vina untuk menikah secepatnya karena, ia sudah dua setengah tahun ini menunggu Vina. Ia tidak sabar menunggu malam ini, apalagi papa Vina juga pulang.

***

Saat ini Fredy berada di rumah Vina dan sedang berbincang-bincang dengan Vina dan kedua orang tuanya setelah makan malam. Sendiri, tentu saja Fredy datang ke rumah Vina sendiri. Kedua orang tua Fredy saat ini ada di Belanda menjalankan bisnis keluarga sementara waktu karena, kakek dari ayahnya sedang sakit.

Tiba saatnya Fredy memulai inti dari apa yang ingin disampaikannya. "Jadi om, tante, berhubung Vina telah menyelesaikan study-nya di Harvard University saya bermaksud ingin meminta izin untuk menikahi Vina." Kata Fredy yakin. "Apa yang dapat kamu janjikan pada om dan tante?" Tanya papa Vina. "Saya berjanji akan membuat Vina bahagia dan berusaha memenuhi permintaan Vina." Janji Fredy. "Baik. Jika begitu kamu juga harus memenuhi permintaan Vina yang ini." Kata papa Vina sambil menyerahkan amplop pada Fredy. "Ini apa, om?" Tanya Fredy bingung. "Itu surat pemberitahuan bahwa Vina mendapat beasiswa S2 dari Harvard University. Om juga sudah menyetujuinya. Jadi, kamu pasti juga menyetujuinya. Lagipula jika kamu tidak menyetujuinya kamu bisa apa? Gaji kamu juga tidak cukup untuk membiayai Vina sekolah lagi. Lebih baik kamu perbaiki dulu posisi pekerjaan kamu." Kata papa Vina datar.

Flashback End

Fredy menghembuskan napasnya. Tak lama kemudian ponselnya bergetar menandakan ada pesan masuk. Ternyata dari Vina. Ia mengirimkan fotonya yang sedang memegang kertas bertuliskan "sorry?" dengan caption maafkan aku karena lagi-lagi membuatmu kecewa. Maafkan aku karena selalu menyakitimu. Bila masih pantas maafkan aku sekali lagi dan akan kuberikan jawaban yang telah kujanjikan. Fredy hanya memandang ponselnya kemudian ia letakkan kembali di saku bajunya tanpa membalas pesan Vina.

***

Vina melamun di ruangannya setelah operasi selesai. Ia telah mengirim pesan pada Fredy tapi hanya dibaca dan tidak dibalas. Ia bingung harus bagaimana lagi ia menghadapi Fredy. Lamunannya dibuyarkan oleh ketukan pintu. "Ya, silakan masuk." Kata Vina. "Wah . . . ternyata kau di sini." Kata Dokter Andrea. "Ada apa dokter mencari saya?" Tanya Vina. "Sepertinya kau sedang tidak bersemangat. Mungkin ini bisa membuatmu kembali bersemangat." Kata Dokter Andrea kemudian memberikan amplop pada Vina. "Apa ini?" Tanya Vina dengan kening berkerut. "Titipan dari Dokter Effendy. Kau yang terpilih dalam penelitian itu." Kata Dokter Andrea berseri-seri. "Benarkah?" Tanya Vina tidak percaya. "Tentu. Selamat ya. Aku ikut senang." Kata Dokter Andrea memberi ucapan selamat. Mereka pun berpelukan.

***

Ketika pulang dari rumah sakit Vina mendapat kiriman bunga dari Fredy. Terselip ketas di dalamnya yang bertuliskan :

Aku belum memaafkanmu.

Sampai bertemu saat reuni.

Fredy

Vina tersenyum memandangi kertas itu. Ia tahu Fredy telah memaafkannya. Ia merasa lega mengetahui Fredy telah memaafkannya.

Happy reading ^^

My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang