"Dari Ali ra. berkata, "Barangsiapa sedang mencari ilmu, maka sebenarnya dia sedang mencari surga. Dan barangsiapa mencari kemaksiatan, maka sebenarnya dia sedang mencari neraka," Yang dimaksud dengan ilmu tersebut adalah ilmu yang bermanfaat, yang bagi setiap orang baligh dan berakal wajib mengetahuinya,"
Oke, penjelasan yang diberikan Kang Jiddan memang bagus, gak heran semua santri pada terdiam, apalagi santriwati terbengong-bengong karena terpesona. Lihat aja Izzi, mulutnya sampai mangap.
"Ada tiga ilmu yang sangat diwajibkan kepada semua muslim mukallaf, jika muslim itu sampai tidak mempelajarinya, keislaman dan keimanannya dinyatakan belum sempurna dan akan diberikan dosa besar. Ilmu apa sajakah itu?" Tanya Kang Jiddan tiba-tiba.
"Ilmu Fiqih, Ilmu Tasawuf, dan Ilmu Tauhid!" Jawab semua serempak.
Kang Jiddan tersenyum. Uuuhh....Manisnya....Eh? Kok aku jadi genit gini sih? Tapi, diluar aku selalu bersikap dingin bahkan terkesan jutek pada pemuda bukan muhrim, kecuali guru. Tapi kali ini dikecualikan, karena gurunya Kang Jiddan yang dulunya santri ayahku, yang kulakukan sekarang hanya bisa menatapnya tajam tanpa ekspressi.
Dan kalau mata aku dan Kang Jiddan secara gak sengaja bertemu, pasti dia akan menunduk. Dipesantenku, Kang Jiddan memang sangat menghormati Aby ku selaku guru besarnya, juga pada anak-anak Aby, termasuk aku. Kang Jiddan akan tertunduk kalau berpapasan dengan kami suatu ketika.
Setelah menjelaskan wajibnya mencari Ilmu, kami mulai memperlajari kitab selanjutnya. Itu lho, kitab favorit para santri yang udah kebelet kawin. Kitab Uqudulujain. Menyikap keutamaan pernikahan dan hukum suami istri jika sudah menikah nanti.
"Setiap suami wajib memberikan pengetahuan kepada istrinya, berupa masalah dalam agama. Seperti hukum haid, shalat, haji, puasa, zakat dan yang lainnya. Jika seorang suami membiarkan sang istri tanpa memberikan ilmu atau tidak membiarkan seorang istri mengaji sedangkan suami tidak bisa memberi ilmu, maka suami itu berdosa. Dosa dalam beberapa hal, seperti menjadi suami yang lalai dan juga menanggung dosa sang istri dengan membiarkan istrinya bodoh dalam hal agama." Terang Kang Jiddan.
Kami semua mangut-mangut. Baru tahu kalau Kang Jiddan itu ternyata memang benar-benar pintar. Dia baca kitab kuning gundul kayak baca koran.
"Maka, carilah suami yang bertanggung jawab dan pintar dalam hal agama dan juga beramal bagus. Jangan mencari suami dari wajahnya atau kekayaannya saja, karena itu tidak akan ada harganya diakhirat nanti. Pilihlah suami yang dapat membuat para wanita masuk sorga. Cintailah suami kalian nanti, karena cinta pada Allah."
Oh...
"Dan nabi bersabda pula dalak suatu hadist, sebaik-baiknya wanita atau istri adalah yang jika kamu memandangnya, ia menyenangkan kamu. Apabila kamu memerintahkannya dalam hal kebaikan, dia menaatimu, dan apabila kamu tinggal pergi, dia menjaga harta dan dirinya,"
Intinya, carilah wanita solehah. Hah... Kami sih masih jauh dalam hal solehah. Masih perlu belajar untuk menjadi wanita muslim yang ideal.
"Karena sesungguhnya pria yang keji itu untuk wanita yang keji pula. Pria yang soleh, untuk wanita solehah pula." Kata Kang Jiddan sambil tersenyum.
Siapa pula yang mau dapat pria keji? Kami menghela nafas... Semoga saja aku mendapatkan yang terbaik. Amin....
*****
"Tuh... Pria yang keji untuk Wanita yang keji, Pria yang soleh untuk wanita yang soleh pula." Intan mengulang kata-kata Kang Jiddan tadi setelah sampai di Kobong Humaira, "Kalau kita mendapatkan Kang Jiddan, berarti kita solehah."
Kami tertawa, bisa aja. Aku melempar mukanya dengan bantal, "Enggak gitu juga kali. Siti Asiyah aja yang solehah dapat Fir'aun, nah itu namanya cobaan. Barang siapa punya suami berakhlak buruk kemudian sabar, maka pahalanya seperti pahala siti Asiyah,"

KAMU SEDANG MEMBACA
Moeslimah Story
Romantik"Bagaimana mungkin do’a seorang gadis yang ingin mendapatkan seorang laki-laki sholeh terkabulkan, sedang dirinya sendiri belum sholehah." "Sebaik-baiknya perhiasan dunia itu adalah wanita solehah."