How We Met

1.3K 111 30
                                    

Andai aku membiarkan seluruh alam di depanku berbicara, apakah mereka akan memakiku?

Maksudku-aku menyukainya, seseorang yang bahkan tidak mengenalku.

Siluetnya tampak sangat indah di bawah mentari senja-seperti kala ini.

Aku selalu ingin bertanya kepadanya, apa bagusnya bunga-bunga yang setiap hari ia rawat itu?

Aku tidak pernah melihatnya sebelumnya-sebelum minggu lalu, ketika salju turun semakin lebat.

Aku menggeser tubuhku sedikit, lalu menunduk. Ia mengambil langkah menjauh dari taman bunga kecilnya.

Memastikan ia sudah cukup jauh untuk menangkap keberadaanku, aku keluar dari tempat persembunyianku. Aku mendekat, sekadar menyentuh bunga yang entah mengapa selalu menjadi candunya.

"Kau siapa?"

Suara itu menyapa indera pendengaranku-aku memanggil jutaan memoriku, mungkin saja aku mengenalnya. Hasilnya nihil, aku yakin ini pertama kalinya aku mendengar suara seperti ini.

Tubuhku berbalik menghadap seseorang yang entah kenapa akhir-akhir ini selalu menjadi canduku, si pecinta bunga.

Kedua orbs-nya indah, menatapku dengan penuh penasaran. Di udara yang sedingin ini, aku bertaruh bibirnya akan tetap manis meskipun terlihat pucat.

Aku mematung sesaat. Aku memperbaiki letak kaca mataku yang sepertinya baik-baik saja lalu menatapnya kikuk.

"Jeon Wonwoo."

"Wonwoo? Aku suka namamu, dingin namun tetap indah."

Satu kekehan kecil lolos dari bibirku. Aku memberanikan diri melangkah lebih dekat mendekatinya.

"Maksudmu?"

"Namamu-aku suka namamu. Aku pikir aku bisa mengucapkannya setiap saat, Wonwoo."

Sorot mata pemuda di hadapanku jahil. Sungguh, aku tidak memiliki penyesalan sedikit pun karena telah menguntitnya untuk beberapa hari.

"Bagaimana kalau aku bilang aku menyukaimu?"

Aku memberanikan diri-lagi. Hanya ingin mengetahui reaksinya.

Semburat pink terlihat jelas di kedua pipinya. Aku menatapnya kagum. Aku rasa, aku benar-benar kehilangan akal sehatku karena pemuda ini.

"Aku? Aku bahkan belum menyebutkan namaku."

"Kalau begitu, sebutkan. Aku ingin tahu."

"Apa kau pikir semudah itu?"

Ia menatapku singkat lalu beralih pada bunga di sebelahku. Tangan lembutnya menyapa kelopak bunga yang tertutupi oleh salju itu.

Aku menggigil melihatnya. Tidakkah itu dingin?

Aku meraih punggung tangannya, ia sedikit tersentak.

"Jangan menyentuhnya, itu sangat dingin."

Aku belum melepas tangannya. Punggung tangannya sangat lembut dan aku menyukainya.

"Aku sudah terbiasa."

"Aku tahu."

Aku melepas genggaman tanganku. Ia menatapku sanksi.

"Apa sekarang kau mau mengakui bahwa selama seminggu belakangan ini kau selalu menguntitku dari balik pohon besar itu?"

Aku tertegun membayangkan apa yang ada di pikiran pemuda ini tentangku.

"Apa aku terlihat seperti orang jahat?"

"Sedikit."

Ia terkekeh ketika menjawabnya-aku tahu ia tidak serius.

UNIVERSE (WonSoon/SoonWoo/WonShi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang