Part 7 : Flash

14 6 2
                                    

Pagi ini semua siswa-siswi SMA Global Raya bangun pagi-pagi, melaksanakan kewajiban sholat subuh, tak terkecuali Arinda dan teman-temannya. Selepas sholat subuh mereka mandi satu persatu lalu sarapan bersama, dengan menu yang sudah disiapkan Ibu inang mereka pagi ini.

Jadwal hari ini adalah jungle track, mereka akan berkumpul terlebih dahulu di balai desa Adi Rejo bersama siswa-siswi lain kemudian berkeliling di desa Adi Rejo mencari pos yang sudaj disiapkan untuk melaksanakan permainan.

Seperti biasa, Arinda dan teman satu inangnya menjemput Ola dan teman-temannya yang lain. Mereka sudah bersiap dengan pakaian atasan putih dan bawahan celana olahraga sekolah mereka. Mereka berjalan menuju kearah balai desa. Ternyata masih sedikit yang datang. Waktu luang itu mereka gunakan untuk membicarakan penampilan mereka nanti malam, saat puncak malam inagurasi dilakukan. Tak lama kemudian salah satu anggota OSIS memberi petunjuk untuk setiap kelas membuat barisan.

Arinda, Ola, Firda, Aldin, dan Thania memilih barisan belakang. Tidak sengaja gerombolan dibelakang mereka ada Bintang dan teman kelasnya. Mereka terlihat sedang berfoto bersama. Arinda diam-diam memperhatikan Bintang. Bintang sekarang sedang memegang kamera go-pro dan berfoto dengan temannya.
Arinda meminjam handphone milik Ola karena handphonenya tidak tau dipinjam oleh siapa tadi. Dia membuka aplikasi kamera dan diam-diam memfoto Bintang. Ternyata—

"Rin kok flash nya hidup?"

—flash handphone Ola masih hidup dan Firda yang sadar langsung menegur Arinda dengan suara yang agak keras. Arinda terkejut, ia langsung memberikan handphone kepada Ola dan lari ke teman-temannya yang lain di barisan depan. Aduh mati gue, mati ini mah. Malu banget ya Allah.

Teman-temannya di barisan depan ternyata sedang mengobrol dengan salah satu guru seni budaya, Pak Ardhani. Arinda langsung berlari, memegang tangan Pak Ardhani.

"Pakkk...paaakkkk." Arinda hanya berkata seperti itu berkali-kali dengan wajah takut, terkejut, dan masih shock.

"Kenapaa? Kenapaaa ini Arindaa?" Pak Dhani yang bingung akhirnya bertanya kepada teman-teman Arinda sambil tertawa-tertawa.

"Itu paakk, ngefoto kakak kelas tapi flashnya masih hidup." Aldin yang tadi tau kejadian yang dialami Arinda pun bercerita ke Pak Dhani. Semua orang yang mendengar tertawa, tak terkecuali Pak Ardhani.

"Yang mana, yang manaaa?" Pak Ardhani sekarang mulai berencana menjaili Arinda masih dengan tertawa-tertawa.

"Itu paakkk, belakang kitaaa pak. Yang kelasnya pakai abu-abu ituloo" Teman-teman Arinda yang sudah tau siapa yang dimaksud mulai tadi pun ikut membantu Pak Ardhani.

"Siapa namanya?" Pak Ardhani sekarang yang ganti mengunci pergelangan tangan Arinda. Dia sudah berontak agar bisa terlepas dari genggaman tangan Pak Ardhani, tapi sia-sia. Usahanya selalu gagal. Yang ada malah Pak Ardhani tidak sabaran mendengar nama kakak kelas yang dimaksud sejak tadi, dan masih dengan tertawa-tertawa.

"Bintang Pak, Bintang Cesario." Iya, itu suara Ola. Viola Putri Dewanti, yang dengan bodohnya dan wajah tidak berdosa malah menyebutkan nama Bintang. Pak Ardhani yang sudah tau namanya pun langsung berteriak.

"Binnn, bintaangggg, ini ada yang suka sama kamu."

"Bintaanggg inii yang disini." Arinda yang malu setengah mati berusaha menutupi wajahnya, dia tidak mau sampai teman-teman sekelas Bintang dan juga Bintang tau kalau ia menyukainya. Teman-teman Bintang mencari, berkali-kali bertanya siapa yang dimaksud oleh Pak Dhani tadi.

"Yang mana sih?" salah satu teman Bintang bertanya.

"Itu tuh" Teman Bintang yang sudah mengetahui Arinda pun langsung menunjuk Arinda

"Yang mana sih gak kelihatan?"

"Itu yang pakai sweater bentol bentol"
"Yang ada sweater gambar smile gak ada yang bentol-bentol."

"Ahhh iya itu maksud gue, yang smile."

"Oh yang ituu, gue kenal tuhhh. Dia masuk ambalan juga."

"Masa sih?"

"Iya si Arinda kan itu?"

"Mana gue tau namanya."

Arinda hanya bisa pasrah, menutupi diri. Dia malu setengah mati. Tidak berapa lama acarapun dimulai, Pak Ardhani akhirnya melepaskan tangan Arinda, dan masih dengan tertawa melihat wajah Arinda yang sudah pasti tidak tau lagi harus ditaruh dimana. Arinda akhirnya berjalan, menuju teman-teman perempuannya yang sejak tadi tidak berhenti tertawa melihatnya.

Dengan beberapa pengarahan, jungle track dimulai.

Tetapi, cerita Arinda belum berhenti sampai disini.

◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆

Yang gue rasain sekarang adalah, malu setengah mati, pengen tidur aja dirumah inang, gak mau ikut jungle track, dan apapun itu yang bisa bikin gue sembunyi dari Mas Bintang dan temen-temennya.

Gue yakin setangah mati kalo habis ini semuanya gak bakal sama lagi, pasti gue bakalan jadi bulan-bulanan temen-temennya Mas Bintang.

Sekarang gue cuma bisa pasrah, berdiri di bagian tengah barisan sambil ngikutin temen-temen gak tau mau kearah mana.

Sepuluh menit kemudian kita nemuin salah satu pos, kita ngelaksanain permainan disana dan lanjut lagi ke pos berikutnya.

Di pos kedua kita main permainan menyambungkan semua benda sepanjang mungkin. Bertepatan dengan gerombolan kelasku sampai di pos kedua, kelas mas Bintang juga sampai disana. Gue cuma diam, berusaha menutup diri walaupun gue tau temen-temennya Mas Bintang diem-diem ngomongin gue.

Kelas gue lanjut lagi ke pos berikutnya, sampai kita sudah mendatangi hampir enam pos, dan empat pos yang kami datengin juga didatengin sama Mas Bintang dan teman-temannya. Gue gak ngerti kenapa disaat-saat memalukan seperti ini malah sering ketemu sama Mas Bintang dan temen-temennya.

Gue udah pasrah, gue juga denger daritadi temen-temen Mas Bintang udah pada teriak, ngecengin.

"Bintangg, tuh Bin orangnya."

"Bintang, Bintang."

"Bintaaang."

Gue cuma bisa sabar, bener-bener cuma bisa ngehela nafas dan masih berusaha nutupin muka gue karena malu banget. Gue lupa satu fakta kalau,

Semua hal yang ditutup-tutupin juga pasti bakalan kebongkar.

Cinta, harapan, rindu, kenangan.
Invisible, February 19th.

◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆
JANGAN LUPAA VOMMENT NYA YAAAAAHH💜

INVISIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang