|Part 4|

469 28 1
                                    

Apakah kau ingat? Saat kau memasuki kelasmu dan kau melihatku?

Aku ingat, saat aku menatapmu dengan rasa kaget yang sama.

Aku ingat saat jantungku berdebar keras saat mengetahui bahwa kita sekelas.

Lalu senyum itu muncul diwajahmu seraya kau berjalan menghampiriku. Dengan santai kau duduk di bangku sebelahku. Kau mengabaikan tatapan gadis lain dan menatapku.

Saat itu kupikir aku sedang terbang.

"Lintang. Kayaknya kita jodoh ya?"

Kau menopang dagu dengan tangan kirimu, sementar tangan kananmu menyisir rambut hitam mu.

Jujur saja, aku berpikir bahwa rambutmu adalah rambut terindah yang pernah kulihat.

"Ngimpi aja lo"

Mau tak mau bibirku terangkat membentuk sebuah senyuman. Rasanya seperti tenggelam dalam samudra tak berujung.

Apakah karena itu orang tua mu memberi nama Samudra?

"Lagian lo ngapain duduk disini?"

Aku bertanya dengan penasaran.
Hari pertama sekolah dan aku duduk dengan laki-laki? Bagaimana nasibku nanti jika ada rumor yang menyebar?

"Suka-suka gue dong. Ini kan kursi umum"

Kau menaikkan kedua alismu dengan arogan.

Aku memutar bola mataku dan menatapmu malas.

"Serah deh. Bawel lo"

Aku mendorong bahumu sedikit. Gerakan itu tidak memengaruhimu sama sekali tentu saja, kau malah tersenyum semakin lebar menampakkan gigimu yang rapi dan putih.

Aku ingat saat gadis-gadis lain menatapku jengkel. Aku ingat saat mereka memicingkan mata saat aku berjalan melewati mereka.

Tentu saja kau belum tahu tentang itu. Tentu saja kau tidak tahu jika mereka membully ku karena aku dekat denganmu.

Tapi itu tidak masalah. Karena aku senang berada didekatmu.

Aku ingat saat pulang sekolah kau mengajakku ketaman dibelakang sekolah. Tempat itu terbengkalai, sangat malahan.

Tapi aku menyukainya. Terutama karena kau ada disitu.

Aku ingat kau menarikku kearah bangku kayu usang dibawah pohon beringin besar.

Awalnya kau terlihat ragu, tapi akhirnya kau berkata.

"Pagi tadi di uks, lo kenapa?"

Kau menatap mataku. Dan untuk pertama kalinya, aku merasa tidak nyaman bersamamu.

Kebanyakan teman-temanku menjauhiku karena mereka tahu tentang penyakitku.

Tidak seperti aku punya banyak teman sih. Mungkin hanya 2 atau 3,entahlah.

Penyakitku sudah ada sejak aku lahir. Sejak pertama kali aku bernafas dibumi ini.

Aku memiliki hati yang lemah. Tidak lemah secara emosional, tapi secara fisik.

Aku tidak bisa berlari jarak jauh. Aku tidak boleh kecapekan. Aku tidak boleh naik roller coaster, dan hal-hal lainnya yang selalu ingin ku lakukan.

Apalagi setelah kedua orang tuaku meninggal 4 tahun yang lalu. Mereka mengalami kecelakaan mobil akibat ditabrak supir truk yang mabuk berat.

Aku, tidak pernah sama sejak itu.

"Gue nggak kenapa-kenapa kok"

Aku mengalihkan pandanganku, menatap kearah jemariku, kebiasaan saat aju gugup.

"Lintang. Gue liat lo megap-megap. Itu bukan nggak kenapa-kenapa"

Dengan lembut kau mengangkat daguku, membuatku kembali menatap mata coklat tuamu yang menenggelamkan.

"Tang, lo bisa cerita ke gue"

Suaramu sangat lembut, dan penuh perhatian. Kenapa kau melakukan ini? Kenapa jantungku berdebar tak beraturan saat aku bersamamu?

Entah apa yang ada dalam pikiranku, tapi aku merasa bisa percaya padamu. Dengan itu aku menghela nafas.

"Hati gue lemah. Kadang-kadang suka kumat"

Ini dia. Pelatuknya sudah ditarik. Tidak bisa dikembalikan.

Kukira kau akan menjauhiku, seperti yang lainnya, karena takut aku akan kumat.

Seperti teman-temanku, yang menghindar dariku karena kekuranganku.

Apakah aku salah? Maksudku, apa yang mereka takutkan? Apakah mereka berpikir aku akan kumat jika mereka mengajakku jalan-jalan?

Aku bahkan tidak bisa mengubah ini. Aku tidak melakukan kesalahan apa-apa.

Sekali lagi kau membuatku kaget saat kau tersenyum lembut. Kebanyakan orang akan merasa kaget dan menanyakan hal-hal yang sudah berkali-kali kudengar.

"Dan lo merasa malu karena itu?"

Aku tidak bisa berkata apa-apa. Ini bukan pertanyaan yang kunantikan.

"Kenapa? Itu kan bukan salah lo"

Kali ini mataku membulat. Tidak percaya akan apa yang kudengar.

"Semua orang punya kekurangannya masing-masing kan?"

Kau kembali berujar.

"Kebanyakan orang ngejauhin gue karena kekurangan itu"

Aku berkata lirih.

"Yah, gue bukan kebanyakan orang"

Cengiran lebar terpampang diwajahmu. Mau tak mau aku ikut tersenyum.

"Jadi, lo mau jadi temen gue ga?"

Kau mengacungkan jari kelingkingmu. Dan tidak butuh waktu lama bagiku untuk menautkan kelingkingku dengan milikmu.

"Mau"

•••••
Itu cogan idaman :'
Udah ganteng, baik pula
Sayang cuma di wattpad

Stay tune ya~!

Remember? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang