|Part 5|

383 33 0
                                    

Warning! Adegan pada part ini terlalu dramatis ;-;
Dikarenakan author yang sedang baper saat menulis part ini.

---

Sudah satu bulan sejak kita pertama bertemu.

Apakah kau ingat? Sejak saat itu kita menjadi teman paling dekat didunia? Mungkin aku terkesan berlebihan, tapi itulah yang kurasakan.

Walaupun aku mendapatkan kebahagiaan sebesar itu, disisi lain aku juga mendapatkan kesialan.

Aku ingat ejekan dan ancaman yang dilontarkan oleh orang lain, terutama para gadis.

Saat itu kau termasuk salah satu anak famous, kau ingat? Dan tentu saja bebek buruk rupa berjalan disamping angsa itu aneh bukan?

Banyak gadis-gadis yang mengejarmu. Tapi kau selalu mengabaikan mereka untukku.

Awalnya aku selalu bertanya.
Kenapa kau lebih memilihku dari pada gadis-gadis cantik itu?

Walaupun begitu, aku tetap bersyukur, karena memilikimu disampingku.

Kau tidak tahu kan? Dulu beberapa gadis pernah melempar tasku kedalam tempat sampah. Dan tentu saja waktu itu aku berbohong padamu.

Aku berbohong padamu bahwa tasku basah kehujanan jadi aku memakai tas yang lain. Sebagian dari itu memang benar, tasku memang basah, tapi itu karena aku mencucinya.

Aku pernah berkata padamu bahwa lututku memar karena aku jatuh dari sepeda kan?

Aku berbohong.

Lututku memar karena beberapa orang sengaja mendorongku dari anak tangga ke tiga. Tidak tinggi, tapi lututku membentur lantai cukup keras.
Apakah kau ingat saat bajuku basah kuyup?

Kali itu aku tidak bisa menemukan suatu kebohongan untuk menutupinya.

Aku ingat kau sangat marah waktu itu. Kau berderap menuju kelas si gadis yang menjadi pelakunya.

Aku tidak menghentikanmu.

Aku ingin melihat bagaimana kau akan memperlakukan gadis itu setelah apa yang dia lakukan padaku.

Kesalahan besar.

2 hari setelah kau melaporkan gadis itu pada kepala sekolah, gadis itu mendatangiku sepulang sekolah.

Tentu saja tidak ada yang melihatnya. Itu sudah jam 4 sore. Siswa lain sudah pulang, dan kau sedang rapat dengan osis.

Saat itu aku berdoa agar rapatmu cepat selesai.

Aku ingat saat itu aku sangat ketakutan.

Gadis itu menyeretku kedalam kamar mandi perempuan. Aku masih ingat cengkraman tangannya yang kasar.

Gadis itu menampar pipiku sangat keras sampai rasanya seperti terbakar.

Dia dan 3 temannya menyiramku dengan air bekas pel yang kotor dan bau sebelum mereka mendorongku kedalam kamar mandi dan menguncinya.

Aku masih ingat suara tawa mereka.
Aku masih ingat suara langkah kaki mereka samar-samar saat mereka meninggalkanku didalam situ.

Aku ingat menangis sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi dengan sia-sia.

Aku sudah mencoba menghubungimu. Aku menelfonmu berkali-kali dan mengirim belasan sms. Apakah saat itu kau masih rapat?

Hampir 15 menit aku terjebak disitu. Aku mulai kedinginan. Pakaianku dan rambutku basah.

Aku ingat saat dadaku mulai sakit. Jadi kedinginan juga bisa membuatku kambuh ya?

Aku memejamkan mata erat-erat sambil mengigit bibirku.

Kedua tanganku refleks mencengkram dadaku.

Apakah kau tahu saat itu rasanya sangat sakit?

Dengan susah payah aku merogoh sakuku. Mengambil botol putih dengan tangan gemetaran.

Air mata mengalir deras membanjiri kedua pipiku.

Aku menumpahkan pil-pil putih diatas telapakku sebelum melemparnya kedalam kerongkonganku.

Nafasku tercekat, dan kakiku mulai mati rasa.

Saat itu aku bertanya.

Kenapa pil-pil sialan itu tidak bekerja?

Apakah aku akan mati?

Aku menyandarkan tubuhku pada pintu. Kedua kakiku bahkan sudah tidak kuat menopangku.

Rasa sakit itu berkurang sedikit demi sedikit, seiring hpku bergetar dan namamu tertera disana.

Samudra.

Aku benar-benar sudah mencoba meraih hpku. Tapi kedua tanganku bergetar terlalu keras.

Aku ingat saat pintu kamar mandi terbuka dan tubuhku jatuh kebelakang.

Kukira aku akan mencium lantai, tapi itu tidak terjadi, karena kedua lenganmu menahanku dengan kokoh.

Aku mengangkat kepalaku untuk bertemu dengan matamu yang dipenuhi kekhawatiran.

Aku ingat saat kau mendekapku dalam pelukanmu.

Saat itu tangisku pecah seraya kau membisikkan kata-kata acak yang anehnya membuatku tenang.

Aku ingat saat kau berulang kali meminta maaf.

Jemarimu mengusap kepalaku lembut.

-

Aku merindukan jemarimu yang mengusap kepalaku.

"Bisakah kau melakukan itu lagi?"

•••••
Part ini terlalu cheesy nggak sih?
Kok ane ngerasa part ini dramatis banget ya?
Emang dramatis ya? Iya ;-;

Maafkan ane yang mendramatisir semua hal yang dipikirkan :*

Ah sudahlah

Stay tune ya~!

Remember? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang