Ubi Amor, Ibi Dolor

8.8K 412 25
                                    

Selalu ditempat yang sama dengan pemandangan yang sama pula. Mereka bilang cinta tidak harus saling memiliki. Mereka bilang orang yang saling mencintai tidak selalu bersatu dan mereka bilang cinta itu Ubi amor, ibi dolor. Dimana ada cinta, disitu ada rasa sakit. Tapi, Jungkook tidak munafik untuk menampik kenyataan bahwa dirinya sakit. Dirinya merasa kehilangan dan dirinya seakan tidak sanggup untuk berdiri lagi. Kenyataan pahit melingkupinya dan ia tidak dapat mengubah takdir yang ada.

Seharusnya ia tidak pernah dipertemukan lagi dengan Kim Taehyung. Seharusnya ia tidak mencoba untuk berbuat nekat. Seharusnya ia tahu diri dan seharusnya ia dapat menangkap radar menyesakan yang menguar entah dari mana. Namun, nyatanya berbanding terbalik. Ia dipertemukan lagi dengan Kim Taehyung. Ia dipertemukan lagi dengan hati kosong dan status yang sama-sama tidak mereka ketahui. Jika tujuh belas tahun yang lalu status mereka adalah kakak-adik, maka sekarang ia dipertemukan dengan status orang asing. Orang asing yang menyelundup masuk kedalam hatinya.

“Bukankah seharusnya tidak seperti ini Jung?” Taehyung bertanya lirih. Menatap piano usang didepan matanya.

Jungkook terhentak. Kemudian menoleh kesamping dimana Taehyung duduk. Pikirannya buyar dan ia hanya tidak menyukai keadaan ini, ini salah ia tahu tapi bisakah ia egois saat ini?

“Tidak jika aku egois dan iya jika hanya menerimanya. Kenyataan apa ini? Bukankah sangat tidak masuk akal? Aku bukan adikmu. Dan kau bukan kakakku. Aku adalah kekasihmu dan kau adalah kekasihku. Bukankah seharusnya seperti itu?”

Taehyung menggigit bibir bawahnya menahan isakan yang keluar. Tidak pernah terbayangkan dalam benarknya jika semua akan serumit ini. Semua seperti anyaman yang melilit satu sama lain dan sukar terlepas kemudian. Hatinya mendesir sakit. Ia ingin menampik semua kenyataan yang ada namun ia tidak kuat dengan konsekuensi yang ada. Bullying, cibiran, gossip adalah senjata paling ampuh untuk membunuh mangsanya.

“Hyung, bagaimana jika kita tetap mempertahankan hubungan kita? Jika perlu kita pergi dari rumah ibu dan ayah. Aku tidak bisa berpisah denganmu sungguh.” Ungkapan Jungkook membuat Taehyung membelak.

Tidak. Ia memang tidak ingin berpisah dengan Jungkook namun bukan cara ini yang harus ditempuh bukan? Ia tidak bisa meninggalkan ibunya. Ia tidak mungkin menjalin kasih dengan adiknya bukan? Ini salah dan harus dihentikan.

“Tidak Jungkook, semua itu salah dan tidak boleh kita lakukan. Aku tidak ingin menyakiti hati ayah dan ibu. Aku tidak bisa Jungkook-ah walau aku sangat mencintaimu. Aku tidak bisa.” Taehyung menggelengkan kepalanya dan berdiri dari tempatnya duduk.

“Kenapa? Kenapa tidak bisa? Kau tidak mencintaiku hyung? Kau tetap ingin kita berpisah? Ini semua salah mereka yang memisahkan kita. Itu salah mereka yang bercerai. Itu salah mereka yang tidak pernah mempertemukan kita. Dan itu salah mereka sehingga kita dipertemukan untuk saling mencintai sebagai pasangan hidup bukan saudara!”

Jungkook semakin menaikan nada bicaranya. Menatap nyalang Taehyung yang menatapnya sendu dengan air mata yang jatuh tak tertahankan. Nafasnya memburu sekakan udara menolak masuk keparu-parunya.

“Bukan, bukan aku tidak mencintaimu Jung! Aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Namun semua yang ada itu salah. Semua yang terjadi saat ini salah. Ya, kau benar. Semua salah mereka. Mereka yang menyebabkan kita bertemu dalam keadaan yang tak semestinya. Kau benar. Tapi itu takdir Tuhan, Jung. Takdir yang tidak diinginkan. Kita tidak bisa memilih lagi. Semua itu salah dan aku akan berhenti sampai disini. Aku akan dan kembali menjadi Jeon Taehyung, hyungmu. Biarkan ayah dan ibu bersatu. Mereka orang yang sangat kusayangi.”

“Lalu, apa kau tidak menyayangiku hyung?”

“Aku menyayangimu, sangat. Namun aku tidak bisa. Aku tidak bisa bersamamu dan menggagalkan rencana ayah dan ibu untuk kembali. Maafkan aku Jung.”

Taehyung melangkah perlahan. Melangkah menuju pintu yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Tanpa menoleh kebelakang. Tanpa menoleh pada Jeon Jungkook yang sekarang hanya bisa memandang kosong piano usang didepannya. Melangkah dengan isak tangis tertahan. Melangkah dengan gemerlap rembulan dan bintang yang menemani setiap langkah kakinya.
Jika boleh egois, Taehyung ingin berlari. Berlari menerjang Jungkook dan memeluknya. Mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Namun, itu salah dan ia tidak mau menjadi seorang pendosa yang mencintai adiknya sendiri. Karena ia sadar jika dimana ada cinta maka disitulah ada sakit. Ubi amor, ibi dolor.

Siapa namamu? Aku baru pernah melihatmu omong-omong.”

“Taehyung. Namaku Kim Taehyung.”

Dibawah hujan deras dan disertai petir yang menggelegar awal semuanya terjadi. Awal dimana Taehyung bertemu dengan seorang Jeon Jungkook. Awal yang membawa kedalam hubungan yang romansa. Hubungan yang apik penuh kepercayaan. Hubungan yang membawa keduanya melayang jauh keangkasa. Namun, akhir tidak seindah awal. Hubungan tersebut tidak layak untuk di lanjutkan. Hubungan salah dan tidak dapat ditampik dengan sebuah kenyataan. Kenyataan bahwa mereka saudara.

END

.
.

Fanfic Incestku yang kedua XD Kusuka sekali Incest /gananya/
Semoga kalian suka guys~
Thanks yang udah voment guys, buat fanfic oneshoot ini akan diusahain update sering dengan tema dan genre yang berbeda tentunya. Kalian juga boleh request jika mau~
Voment pliss? :))

Oneshoot (vottom)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang