Read dan jangan lupa untuk Vomment.
Coba kalian baca dengan hati, resapi, dan hayati. Aku ingin kalian mengetahui makna dan pesan dalam cerita ini.
Jika kalian tidak ingin meninggalkan jejak, tak apa, kalian boleh hanya membaca saja, tetapi kalau hati kalian suka, maka kalian bisa beri aku Vote yang akan membuat aku sangat bahagia. Atau kalau kalian punya saran? Aku akan menerima dan menelaahnya asal dengan bahasa yang baik dan sopan.
Balasan itu ada, jika kamu menjadi silent readers, maka jangan kaget kalau di cerita kalian banyak silent readers. Aku bukan mendoakan. Hanya saja, karma itu tidak pernah salah arah.
Silahkan membaca :)
" em... Yaudah gue cabut duluan " kata gue cuek dan segera pergi meninggalkan cowok itu.
" Eh, tunggu " katanya.
Gue berhenti, dia menghampiri gue dan berdiri dihadapan gue.
" Apa lagi? Gue kan udah bilang makasih, atau, lo mau gue traktir? Duh jangan sekarang deh, gue lagi gak mood "
" Jadi cewek nggak ada manis manis nya ya lo " katanya.
" Yehhh,malah ngatain " ucap gue sewot.
" ya lagian elo, kenalan dulu " jawabnya seraya mengulurkan tangan.
Gue berdecak sebal dan melipat tangan di dada.
Ia masih mengulurkan tangannya.
" Nama gue Fahmi " ucapnya ramah.Gue memandangi tangannya, lalu wajah nya.
" Ck, gak usah kipak lo. L-lo kan udah kenal gue " ucap gue agak nervous." Jiah, pede amat neng jadi orang " katanya dan masih mengulurkan tangannya ke gue.
" Lah, trus yang kemarin kasih gue minum siapa dah " panik gue dalam hati.
" Jadi, lo gak mau kenalan sama gue nih? " tanyanya membuyarkan lamunan gue.
Gue akhirnya menerima uluran tangannya.
" Gue Agatha " kata gue singkat dan langsung melepaskan tangan gue darinya." Agatha, Lo manis banget, muka lo cantik, tapi sayang kelakuan lo kaya berandal " katanya dengan sangat santai.
Mendengar itu gue langsung melotot.
" Woi, lo tuh ya punya mulut dijaga, jangan asal jeplak " ucap gue sangat emosi." emang bener kan? Lo liat diri lo "
Gue melihat baju dan rok gue yang emang amburadul dan acak acakan. Gue diam, gue gak tahu harus bilang apa. Mungkin dia emang bener.
" Puas lo hina gue? PUAS? " kata gue berteriak karena emosi yang sudah meningkat.
" Ck, bingung gue kenapa dia suka sama lo dan minta gue selalu jagain lo " katanya dengan nada meremehkan.
" Apaan sih? Siapa yang lo maksud? " tanya gue masih dengan emosi yang menggebu gebu.
" Bawel, mending lo ikut gue sekarang. Gue anter lo pulang " katanya dan langsung menarik tangan gue.
" Eh, sakit lepasin! Lepasin gak kodok buncit! " teriak gue.
Ketika mendengar gue memanggil dia dengan sebutan kodok buncit dia melepaskan tangan gue.
" Lo panggil gue apa? " tanya dia memastikan.
" KODOK BUNCIT " jawab gue dengan nada tinggi.
" Dasar kucing korengan, gak usah bawel deh lo " katanya dan kemudian menarik tangan gue lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARI
Teen Fiction((sedang dalam perbaikan)) Seorang gadis yang hidupnya sempurna, tiba-tiba tertimpa musibah. Bak roller coaster, hidupnya kini terjun bebas. Mungkin karena ia adalah anak terakhir, sekaligus anak konglomerat di Jakarta. Agatha yang baik hati, dan p...