7 - Dingin

1.9K 121 22
                                    

Vote dulu, ya.

Selamat Membaca ♥️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat Membaca ♥️

°°°

Setelah enam hari sibuk beraktivitas sebagai pelajar, di hari Minggu ini Iqbal memutuskan untuk membereskan buku pengetahuan yang lama tak terpakai untuk di berikan pada adik-adiknya agar di pakai sebagai tambahan pelajaran.

Pintu kayu berwarna putih itu terbuka menampilkan Ari yang baru saja selesai mandi pagi dengan tangan yang masih memegang handuk untuk mengeringkan rambutnya. Dia berjalan menghampiri teman sekaligus saudara satu kamarnya.

"Mau di kemanain, Bal?"

Iqbal menoleh sekilas, lalu kembali melanjutkan menumpuk buku-buku tersebut di dalam kardus. "Di kasih aja ke adik-adik. Siapa tau nanti di butuhin."

"Emang lo sekarang udah enggak butuh?"

"Ini bukan buku sekolah cuma biar tambah wawasan dan pengetahuan aja sih." Iqbal menyimpannya di sudut dekat pintu. "Lo ada acara enggak? Temenin gue cari buku bisa enggak?"

"Oh, bisa. Lagian bentar lagi juga mau ujian sih. Kayak biasa lo tutorin gue, ya?" Ari tersenyum.

Dengusan pelan terdengar, walau tetap mengangguk menyetujui. "Padahal kalau lo mau belajar sendiri, bukunya bisa gantian."

"Lo juga enggak pernah nolak. Pacarnya Sabilla 'kan baik, betol tidak?"

Iqbal tak menjawab, memilih keluar dari kamar dengan membawa kardus berisi buku-buku tadi. Sebenarnya dia sedang menghindari percakapan menjebak seperti ini.

°°°

Saat ini, Ari dan Iqbal berjalan memasuki toko buku terbesar yang ada di kotanya. Tempat tersebut cukup ramai, mengingat sekarang adalah hari libur. Iqbal berjalan lebih dulu mengitari rak-rak tinggi di depannya.

Mata kecil Ari berpendar mengamati sekitar karena takut kehilangan jejak teman sekamarnya itu. "Eh, di mana si Iqbal?" 

Benar saja, buktinya sekarang Ari sudah tak tau kemana perginya Iqbal sekarang, alhasil sekarang dia harus berjalan ke setiap rak buku untuk mencari lelaki itu. Mulut itu tak berhenti menggerutu, terlalu banyak orang membuatnya sulit mencari. 

Setelah beberapa lama mencari hingga lelah, akhirnya Ari dapat menemukan Iqbal yang sedang berdiri memegang kedua buku di tangannya dengan raut wajah berpikir. Ari yang tak sabar segera berlari dan menepuk bahu sahabatnya itu cukup keras, bahkan Iqbal sampai terkejut. "Bal!" 

Iqbal menoleh, mendapati Ari yang sedang terengah-engah. Sebelah alisnya terangkat. "Apa?"

Mendapat respon yang terlampau santai menimbulkan dengusan sebal dari bibir tipis Ari. "Dih, gue cariin juga dari tadi. Ini tempatnya rame, jangan bikin gue malah ngejar-ngejar lo, kek cewek aja minta di kejar-kejar."

Remember, Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang