1

58.5K 687 0
                                    


'bodoh' umpat Nara untuk kesekian kalinya. Menyesal bukan lagi yang harus ia rasakan, sekarang ia harus berfikir keras agar lepas dari kandang singa yang akan membuatnya tak bisa bernafas lagi. Berlebihan, tapi itu benar adanya. Laki-laki itu seperti singa yang akan menerkamnya kapan saja saat ia lengah.
Nara melirik Kahfi dengan waspada, yang ditatap malah memandang tenang, membuat Nara menggeram kesal. Ia harus cepat-cepat menyelesaikan permainan bodoh ini.
"siap-siap buka bajumu, Anara" Kahfi menyeringai, sambil terus memperhatikan kartu yang sedang dipegangnya.
"you wish" sentak Nara, mengeluarkan kartu reminya dengan sebal.
Kahfi terkekeh, lalu ia pun mengeluarkan kartu.
"see?? Aku menang"
Melotot, reaksi pertama yang dikeluarkan Nara. Hell?? Bagaimana bisa?.
"kamu curang" tuduh Nara dengan mata menyipit.
Kahfi menggeleng, "aku tepat dihadapanmu, apa aku terlihat mencurigakan?"
Nara menghela nafas pasrah, "oke. Aku akan buka baju ku"
Kahfi tersenyum senang, terlebih saat melihat tangan Nara bergerak ke arah belakang. Membuka resleting.
Nara benar-benar tak habis pikir, kenapa bisa ia kalah? Bukan, kenapa bisa ia menerima tantangan pria mesum itu? Jika tau akhirnya seperti ini, tak akan ia datang ke kantor laki-laki yang tengah menyeringai ini. Hhh... Tadinya ia hanya ingin meminta antar kepada laki-laki itu untuk pergi ke kafe Reno, karena dia tidak tau letak kafenya. Tapi laki-laki itu tidak mau mengantarnya, berdalih sedang sibuk. Dengan bengal Nara tetap memaksa pria itu, hingga pria itu mau. Iya mau, tapi harus dengan satu syarat. Yaitu, menang main kartu remi. Bukannya menang Nara malah kalah. Dan tentu saja kalah ada konsekuensinya. Dan sekarang, ia amat-sangat menyesal mengiyakan tantangan itu. Sekali lagi Nara menghela nafas, tangannya menggapai-gapai punggung yang sudah setengah terbuka.
"perlu aku bantu?"
Kahfi berdiri, menghampiri Nara. Lalu duduk tepat di belakang Nara.
Nara buru-buru berbalik, "jangan macam-macam!" bentak Nara, telunjuknya teracung ke atas tepat dihadapan wajah Kahfi.
Kahfi tak memundurkan wajahnya, malah semakin memajukan wajahnya. Nara bergerak mundur, terus mundur sampai punggungnya terhentak pegangan sofa.
Sekarang tubuh Nara dan Kahfi sangat dekat, bahkan wajahnya hanya berjarak beberapa senti.
"kamu cantik" ucap Kahfi, "sangat cantik" tambahnya.
"a-apa yang akan kamu lakukan?" Nara benar-benar gugup, ucapannya gelagapan.
"may I kiss you?" tanya Kahfi, tangannya dengan lembut mengusap-usap pipi Nara.
Nara diam, sibuk dengan jantungnya yang berdetak sangat berlebihan.
Kahfi semakin memajukan wajahnya, matanya yang tadi fokus ke dalam mata Nara, sekarang beralih ke bibir gadis itu. Pandangannya menggelap.
Tanpa menunggu jawaban gadis itu, bibirnya ia tempelkan ke bibir gadis itu.
Belum ada gerakan, Kahfi menunggu kalau-kalau gadis itu ingin menghindar. Tapi tidak, tak ada penolakan, membuat laki-laki itu semakin berani menggerakan bibirnya.
Kahfi Melepaskan pagutannya perlahan,"please, close your eyes" pintanya.
Kembali, Kahfi menyatukan bibirnya dengan Nara. Melumatnya dengan lembut, kepalanya bergerak ke kanan-ke kiri.
.

.

Perfect Dream (short story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang