Chapter 6 [THANKS]

35 3 2
                                    

Lama lagi ya saya update nya? ga bosen kan denger kata maaf dari saya? haha

Saya cinta kalian chu~

Happy Reading ^^
.
.
.
.

Dika pun hanya mampu menatap wajah sayu itu. Argha dalam tidurnya bak malaikat tanpa sayap. Begitu tenang dan damai. Seperti tak punya beban.

Argha tanpa kaca mata tebal nya. Ck. Terlihat lebih manis. Bibir nya tipis. Pipi nya agak sedikit tembem namun tidak mengurangi kadar keimutannya. Ia memiliki tahi lalat di pipi sebelah kanan.

Astaga Dika bahkan mau menjadi tahi lalat itu.

Tunggu. Apa yang sedang Dika fikirkan sekarang? Kenapa justru mendeskripsikan wajah Argha? Oke ia menyadari, wajah yang Argha miliki hampir sempurna tanpa cacat. Tuhan begitu hebat.

Argha terlalu imut sebagai seorang pria. Ia tampan, tapi bukan tampan yang menjurus dimiliki pria, tapi justru tampan yang err dimiliki seorang perempuan. Eoh? lebih tepat nya Argha itu manis.

Entah atas dorongan apa tangan Dika mulai bergerak membenarkan letak poni Argha. That right! Jika saja rambut Argha dibiarkan panjang dan berponi seperti ini. Lenyaplah identitas Argha sebagai pria. 100% orang-orang akan mengira bahwa Argha adalah perempuan.

Merasa sebuah tangan kekar berada di atas jidatnya. Argha mengerang kecil. Mencoba membuka mata pelan meski agak sedikit berat.

"Tangan lo berat bos, singkirin!" Perintah Argha pelan, suara cempreng nya masih belum pulih. Ia terlalu lemas jika harus berteriak.

Namun yang disuruh enggan menurutinya.

Argha mulai sedikit risih karna Dika yang tak kunjung menghindarkan tangannya, mata Dika pun tak hentinya berkedip setelah melihat Argha yang sudah terbangun.

"Ehh sorry, gue cuma mastiin jidat lo masih panas atau engga." bohong Dika.

Melihat bubur yang tersimpan dimeja sudah tidak lagi mengeluarkan kepulan uap panas nya, Dika langsung meraih mangkuk itu dan menyendokan sesuap lalu melayangkan pada mulut Argha.

"Lo bahkan ga nanya gue dulu, mau makan apa engga Dik, dasar pemaksa!"

"Lo mau makan apa engga nya, tetep gue paksa Ga. Apa perlu gue pegangin dagu lo supaya bibir lo agak monyong trus gue suapin lo? Biasa nya anak bayi kalo gamau makan kan digituin sama ibu nya" ujar Dika.

"Cih! Gue bukan bayi!"

"Nah yaudah buru! aaaa"

Dengan sangat malas Argha membuka mulut nya. Mengunyahnya pelan dan menelannya.

Dika pun menyodorkan segelas air putih dan obat setelah Argha menghabiskan bubur yang ia suapi.

Setelah selesai Dika membereskan semuanya, Argha kembali berbaring. Badan nya masih terlalu lemas jika dibawa jalan. Alhasil ia hanya memainkan ponsel tanpa mengubah posisi duduk nya yang bertengger di kepala kasur.

Ia mengecek ponsel nya. Ada 23 panggilan tak terjawab. 45 pesan yg belum di buka. Dan itu semua dari Ghika. Ternyata sebegitu khawatirnya Ghika pada Argha kemarin. Tidak sadar Argha pun tersenyum tipis.

"Mau ngapain lo?" Tanya Argha ketus.

Oke Argha tau Dika pasti mau mandi, setelah melihat ia bertelanjang dada dan bagian bawahnya hanya ia tutupi dengan balutan handuk. Tapi Dika melakukannya tanpa izin dari Argha. Ini kamar Argha. Ini rumah Argha. Dan Dika hanyalah tamu. Lalu salahkah Argha hanya bertanya?

Lihat betapa menyebalkannya seorang Mahardika Saputra.

"Ya mau mandi lah, kenapa? lo mau ikut?" Jawab Dika enteng.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 23, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Change For Me Please [boyxboy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang