Part 8

427 17 0
                                    

Sekolah begitu sepi dan gelap. Hanya beberapa lampu remang di beberapa sudut sekolah dan beberapa kelas yang letaknya di lantai bawah.

Daniel berdiri di tengah lapangan yang luas itu. Sekelilingnya gelap dan sepi.

Kemudian handphone berbunyi.

"Halo"

"Ha Ha Ha Ha Ha"

Tawa itu terdengar nyaring.

"Kenapa? Takut sayang?" Suara itu semakin dingin dan mengerikan.

"Cepat! Dimana Nury?!!!" desak Daniel. Dia takut. Takut bukan kepada pemilik suara itu. Melainkan takut kehilangan Nury.

"Tenang sayang! Nury masih ada di tanganku. Tidak perlu khawatir. Kamu hanya harus menuruti apa yang aku perintahkan"

"Apa yang harus aku lakukan?"

"Naiklah ke lantai dua. Lalu masuk ke kelas dua ipa tiga dengan berjalan mundur"

Daniel pun menuruti dengan berjalan mundur perlahan – lahan. Dia menaiki tangga kemudian menyusuri koridor.

Fedi, Widi, Irfan segeralah datang! Aku butuh kalian, harap Daniel dalam hati.

Begitu sampai di kelas. Mata Daniel berbinar – binar.

Ternyata Fedi, Widi, Irfan beserta Anggia telah sampai duluan. Mereka pada mengendap – endap sembunyi dibalik papan pengumuman.

Walaupun begitu Daniel tetap berjalan. Dia memberi tanda agar mereka segera bertindak.

Sampai didepan kelas 2 ipa 3.

Handphone-nya kembali berbunyi.

"Apalagi?"

"Tutup matamu"

Dipejamkannya matanya. Kemudian tiba – tiba mulutnya dibekap dan dia ditarik masuk ke dalam kelas.

Daniel tidak tahu dirinya akan mau diapakan. Semua yang terlihatnya gelap gulita. Dan tubuhnya tak dapat bergerak sama sekali.

Lalu tubuhnya dipaksa duduk di sebuah kursi. Kedua tangannya diikat erat agar tidak dapat berontak sama sekali.

Setelah itu matanya menangkap cahaya silau dihadapannya. Sebuah lampu terang  menyala ke arah wajahnya. Dia jadi susah untuk melihat yang ada dihadapannya. Kemudian di sudut ruang lainnya. Sebuah lampu menyala juga.

Ternyata ada Nury disana. Mulutnya ditutupi kain. Tangan dan kakinya diikat tali.

"Nury!!!!!!!!!!!!!!!!!"

Daniel ingin memberontak melepaskan diri. Tapi tidak bisa sama sekali.

Nury pun begitu.

Sementara Fedi, Widi dan Irfan sudah bersiap – siap berada di balik jendela. Sedangkan Anggia menelepon polisi.

Betapa terkejutnya Daniel melihat orang yang berdiri dihadapannya kini.

Mevita tersenyum sinis padanya.

"Kenapa Dan? Terkejut?"

"Mev"

"Gak usah menjerit. Disini gak bakal ada yang mendengar suaramu dan suara Nury"

Ditunjukkan sebuah pisau tajam yang silau oleh lampu. Ditempelkannya pada pipi kiri Nury. Kemudian sedikit ditekannya.

Membuat Nury meringis kesakitan.

"Mev, jangan sakiti dia"

Mata Mevita memicik tajam pada Daniel. Kembali tersenyum sinisnya menghiasi bibir tipisnya.

TO MAKE YOU HAPPY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang