Filosofi Kehidupan

31 0 0
                                    

Suatu hari, di sebuah hutan rimba yang terkenal sebagai tempat hidup banyak binatang. Memang ada banyak sekali jenis-jenis binatang yang hidup di dalamnya, saking banyaknya, binatang-binatang tersebut pun saling terpecah menjadi beberapa bagian. Dan dari perpecahan bagian itu pula yang menimbulkan adanya struktur kekuasaan di dalamnya. Hampir sama persis dengan struktur kekuasaan manusia di era seperti ini. Ada pemerintah, ada yang diperintah. Ada raja, ada prajurit. Ada atasan, dan ada juga bawahan. Tapi sejatinya aku tak tahu persis tentang siapa yang memulai duluan membuat konsep seperti itu, apakah manusia atau binatang dulu? Aku tak tahu, karena hidup di zaman edan seperti ini juga sangat pelik untuk dibedakan. Dan bahasan itu juga tak begitu penting pada bagian cerita ini.
Yang pasti dalam hutan tersebut ada kekuasaan yang keseluruhannya memandatkan seekor macan untuk menjadi raja. Karena, tubuhnya yang begitu gagah, dan gigi taringnya yang sangat tajam membuat binatang-binatang lain pun tak berani untuk sedikit membangkang terhadapnya.
Di lain sisi, di hutan tersebut dihidupi oleh seekor kelinci yang dikenal di sekitarnya sebagai binatang yang cerdik dan baik. Dengan kecerdikan dan kebaikannya itu juga yang membuat kelinci tersebut selalu mengajari teman-temannya untuk mengetahui hakekat hidup yang semestinya.

Pernah, di sela ia sedang mengajari teman-temannya, tiba-tiba datang si raja macan itu dengan maksud untuk memangsa mereka. Dengan penuh ketekadan, sang kelinci yang cerdik dan baik itu mencoba untuk membuka mulut, "Tunggu dulu, raja. Jika boleh kami meminta, berikanlah perlindungan kepada kami dalam waktu sebulan penuh ini."
Mendengar permintaan dari sang kelinci tersebut membuat raja macan bimbang. Dalam pikirannya sontak terbesit kenapa ia meminta perlindungan hanya dalam waktu satu bulan saja. Lantas membuat raja menanyakan hal itu, "Kenapa kau meminta perlindungan hanya satu bulan?"
"Aku ingin membuktikan kepada kawan-kawanku bahwa aku bisa membunuhmu hanya dalam waktu sebulan penuh ini." Jawab kelinci.
Mendengar jawaban dari kelinci yang tubuhnya kecil itu membuat raja macan tertawa terbahak-bahak. Ia berpikir akan sangat mustahil jika kelinci tersebut bisa membunuhnya dengan bermodalkan tubuhnya yang hanya sebesar ekornya saja. Lantas membuat macan menyeru setuju, "Baiklah, aku turuti peemintaanmu. Dengan syarat, jika kau tak bisa membunuhku dalam waktu sebulan ini, aku akan menggantungmu di depan semua teman-temanmu." Jawab sang macan sembari tertawa semena-mena, dan berlalu......

***
Sepuluh hari sudah berlalu, sang kelinci pun belum mengadakan perlawanan sedikit saja. Dan si raja macan masih menunggu dengan tawanya yang penuh kepeercayaan diri. Tapi setelah beberapa hari kemudian, dalam otak sang macan tiba-tiba terpikirkan tentang strategi apa yang nantinya akan dilakukan sang kelinci. Ada sedikit rasa kekhawatiran ketika sang macan memikirkan hal itu, yang lantas membuat dirinya untuk bersifat antisipatif.

Hari demi hari terus berjalan, dan menginjak lima hari sebelum batas waktu yang ditetapkan pun telah tiba. Masih sama seperti semula, sang kelinci belum mengadakan perlawan sedikit pun. Tapi disamping itu, sang kelinci terus mengumumkan kepada penduduk hutan bahwa dirinya akan segera membunuh sang raja macan. Dan ungkapan itu pula yang selalu terdengar hingga telinga sang macan. Yang kemudian membuatnya untuk semakin antisipasi dalam menjalani hari. Kalau-kalau dikhawatirkan akan terjadi kejadian yang tidak ia inginkan. Rasa kekhawatiran pun terus bermunculan dari dalam diri sang macan. Hingga membuatnya tak nafsu makan, tak bisa tidur, dan terus terusik oleh strategi yang nantinya akan dilakukan sang kelinci.
Hingga akhirnya, menjelang tiga hari sebelum batas waktu yang ditentuntakan. Ada seekor binatang yang mengetahui jika diri sang macan sudah terkapar tak bernyawa.

Kematian tersebut akibat timbulnya rasa kekhawatiran yang dalam dari diri sang macan. Dan rasa kekhawatiran itu pula yang membuatnya lupa untuk memperhatikan hal-hal yang sekiranya lebih penting lagi.
Jika pun ditarik dalam konsep hidup manusia di dunia. Ada banyak sekali dari mereka yang memiliki cita-cita untuk ke depan nantinya. Dan dari cita-cita yang sudah dirangkai dengan begitu rapi, lantas membuat mereka besikeras untuk melakukan hal-hal yang kiranya bisa mencapai target tetsebut. Saking bersikerasnya, hingga tak jarang membuat mereka kalut dalam perasaan kewaspadaan yang mendalam.
Dalam hal ini bukanlah kiranya bermaksud untuk melarang bagi mereka yang memiliki cita-cita. Akan tetapi sebagai pengingat saja, jikalau dalam menggapai cita, masih ada hal-hal lain yang sangat penting untuk diperhantikan. Terutama bagi hati dan pikiran. Kedua instrument tersebut sangat erat kiranya untuk selalu diberi larutan penyegar. Jika tidak, kejadian seperti yang sudah dialami sang macan tidak menutup kemungkinan juga akan menimpa anda.

Berguru Pada IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang