2

1.1K 152 37
                                    


Kami berjalan keluar gedung utama, menuju sebuah gedung tiga lantai disebelah GOR. Ternyata kantinnya satu gedung sama lab? Aku baru tau. Keren juga.

Papa Ichi memelankan langkahnya, membuat kami berjalan bersebelahan. 

"Um, kepalamu gak apa-apa kan?" tanya papa Ichi, memulai percakapan. 

Aku tersenyum tipis, "Ya, gak apa. Tadi sedikit pusing, tapi sekarang sih lapar aja." 

Daichi terlihat agak malu, sebelum menatapku sepenuhnya. "Maafin Hinata sama Kageyama ya, mereka emang suka gitu."

Y-ya ampun, rasanya barusan aku nyaris mati lagi. 

"G-gak apa kok.. aku yakin mereka gak sengaja.." tanpa sadar suaraku sedikit bergetar, m-mungkin karena melihat senyuman manis papa Ichi lagi..

"Sebenernya udah ada niat mau gantiin mereka, tapi tadi yang ngajar Kepala sekolah, jadi gak bakal dibiarin pergi. Maaf ya." gumam papa Ichi malu. T-tapi, ya ampun, kalau aku dijaga dia, gak bakal ada kesialan yang berani deket-deket deh. Karena semuanya udah keburu meleleh sama senyumannya..

Bahkan, sekarang aja, bisa jalan bareng di taman gini, udah serasa nemu pundi-pundi emas di hari penuh kesialan. Makasih bagi siapapun yang ada ide bikin taman kearah kantin ya! 

"U-um, kelas berapa?" tanyaku balik, mencoba bicara setenang mungkin. 

"XII Sastra I," jawab Daichi simpel. Sayang kami gak sekelas, tapi kan jodoh gak harus sekelas! Jadi masih ada kemungkinan!

BRUK

"Maaf ya Kak.."

Seorang murid perempuan yang lewat tidak sengaja menabrak pundakku, membuatku terjungkal sedikit, walau langsung ditangkap oleh papa Ichi.

T-tunggu? Ditangkap?

"W-waah! Maaf!" aku mencoba berdiri dengan panik, membebaskan diri dari kedua tangan papa Ichi yang memelukku. B-baru ketemu lima belas menit masa aku udah ngerepotin!? .. t-tapi disisi lain.. bisa dipeluk sama papa Ichi.. rasanya beruntung banget..

Papa Ichi menggeleng pelan, "Gak a—"

"Oho!"

"Ohoho!"

Kalimat papa Ichi terpotong oleh dua orang tiba-tiba muncul dari balik pohon, masing-masing dengan seringaian lebar. Papa Ichi hanya menghela nafas pelan melihat mereka. 

"Eh.. liat dah Bo, ketuanya Karasuno sekarang punya pacar! Gila!" sahut lelaki berambut hitam yang sangat berantakan. "Eh? Gua kira si Daichi ga lurus!!" komentar Bo yang berdiri di sebelahnya. 

Sementara itu, aku hanya menatap keduanya dengan bingung, sebelum menoleh pada papa Ichi yang terlihat sedikit kesal.

"Papa Ichi, memangnya mereka berdua siapa sih?"

Muka papa Ichi seketika memerah, sedangkan duo tadi tertawa terbahak-bahak, walau tidak sampai jatuh ke lantai seperti Hinata tadi.

"P-papa Ichi?! Pfft—m-mereka udah n-nikah gitu?? Si D-daichi pas hari sabtu tuh gak dateng gara-gara lagi nikahan?? Atau.. m-mungkin ini semacem kink gitu?" orang yang berambut berantakan tadi mencoba bertanya pada teman di sebelahnya, namun sepertinya gagal karena tawanya tak bisa berhenti. 

Papa Ichi menoleh kearahku dengan muka serius dan mengangkat telunjuknya, "Dengar, aku Sawamura Daichi, Da-i-chi, bukan Papa Ichi. Cuma beberapa anak Karasuno yang manggil gitu, jadi gak usah ikut-ikutan si Hinata." katanya tegas, walau tidak setegas saat ia bicara dengan duo di UKS tadi. Pipinya masih sedikit merah karena malu.

SMAN 1 || Haikyuu x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang