1

1.7K 178 20
                                    


Dengan perlahan, aku membuka mata. Langit-langit putih memenuhi pandangan, sebelum aku menoleh ke sebelah kiri dan melihat dua orang lelaki yang berdiri di samping kasur, menatapku lekat-lekat. 

"Uwaah! Kageyama, akhirnya dia siuman!!" teriak lelaki yang berambut oranye, membuat orang yang berdiri disebelahnya menutup kedua telinga karena suaranya tadi sangat nyaring.

"Gua tau, bego! Ga perlu pake teriak segala, gua juga bisa tau! Kan gua punya mata, bego!"

"Heh, Kageyama, ga boleh ngomong 'gua' sama 'bego'!"

"Emang kenapa kalo gua ngomong gua bego—! .. eh.."

Kageyama, yang berambut hitam, terlihat syok, sedangkan temannya tadi sudah terbaring di lantai, terbahak-bahak setelah mendengar ucapan temannya tadi. "Raja akhirnya ngaku! Ahaha!" tawanya, membuat pipi Kageyama merona karena kesal. "D-diem lo, Hinata bego!"

Kepalaku sebenarnya masih pusing, tapi aku perlahan duduk, sebelum sadar sepenuhnya. Dengan sekeliling yang serba putih begini, dan bau obat dimana-mana, ini pasti UKS.

Ah, tuh kan. 

Padahal baru hari pertama di sekolah, tapi rasanya aku udah ditimpa jatah kesialan seminggu. Tadi pagi, pas lagi nyari kantin, ada bola nyasar yang ngehantam kepala dan tiba-tiba aku pingsan! Padahal lagi mau beli sarapan! Dan gara-gara keinget lagi, malah jadi tambah lapar! Sial banget coba!

Apa mungkin.. ini gara-gara tadi pagi aku telat bangun, dan gak sempet nonton ramalan zodiak hariannya Oha Asa? Mungkin zodiakku ada di urutan paling bawah hari ini! Y-ya, mungkin gara-gara itu!

"Sini lo Hinata, gua jambak!"

"Masa Raja mainnya jambak-jambakan sih? Pfft—!"

"Berisik! Jangan ngehindar lo!"

Merasa kesal dengan dua orang yang sedang 'bergelut' di lantai itu, aku sebenarnya ingin melerai mereka, tapi dari pintu yang setengah terbuka, tiba-tiba masuk seseorang. 

"Ehem!"

Keduanya langsung diam saat mendengar suara bariton itu.

"Kalian berdua, jangan berisik di UKS!" Seorang lelaki berpostur cukup tinggi berdiri,  dengan rambut hitam yang sedikit berantakan, dan wajah yang menunjukan kalau cukup ia marah. 

"Uwaah! P-papa Ichi! Si Kageyama ngomong 'bego' tuh!" adu rambut oranye, sambil mencoba bangkit dari posisi tidur, menunjuk Kageyama yang masih terbaring di lantai. Sementara itu, yang ditunjuk mencoba untuk mencekiknya, tapi berhenti saat lelaki yang baru masuk ini memberinya tatapan tajam.

Tunggu dulu, Papa Ichi? K-kok namanya lucu..

Baru sadar bagaimana cara rambut oranye itu memanggilnya, papa Ichi ini langsung terdiam. 

"O-oi, Hinata! Jangan panggil gitu kalau ada anak selain Karasuno! Sekarang, bangun!" teriak murid tadi, mukanya mulai berganti jadi merah karena malu. Yang dipanggil Hinata, dengan rambut oranye, mengangguk cepat sebelum kembali berdiri, lalu diikuti dengan Kageyama yang masih menggerutu.

Papa Ichi mulai memarahi mereka berdua, sepertinya tentang kejadian tadi pagi, dan kalau ia dengar ceritanya dari Tsukishima atau semacamnya. Sebenarnya agak penting, tapi rasanya aku terlalu lapar untuk menyimak. 

Perut laparku ini mulai bertanya-tanya sekarang jam berapa, jadi aku melirik kearah pergelangan tanganku yang seharusnya dilingkari jam tangan, sebelum ingat, kalau tadi pagi aku juga lupa pakai jam.

Tuh kan, tambah sial.   

"Eh, maaf, sekarang jam berapa ya?" Mendengar aku yang bicara tiba-tiba, papa Ichi menghentikan omelannya dan menunjuk kearah sebuah jam di atas pintu.

Aku menatap jarum pendek yang ada diantara angka 10 dan 11."Wah, udah jam 10 aja?" gumamku kaget, dan merasa kalau aku benar-benar sial. Selain pingsan 3 jam, aku juga ngelewatin pelajaran di hari pertama masuk. Haah, bisa-bisa reputasiku langsung jatuh deh. 

Dan dengan perutku yang lapar begini, aku tidak bisa menunggu papa Ichi menyelesaikan obrolannya dengan Hinata dan Kageyama itu. Lebih baik aku cari kantinnya sendiri. Jadi, aku perlahan turun dari tempat tidur, lalu merapikan ujung-ujung rok supaya rapi. 

Setelah berdiri di samping papa Ichi, aku menarik lengan seragamnya, membuatnya menoleh. "Aku permisi ke kantin ya— eh, sebenernya sih mau minta tolong cariin jalannya, tapi kayaknya lagi agak sibuk.. jadi.. ya, gak usah deh, daah!"

Tapi, sebelum sempat berbalik, murid yang bernama papa Ichi tadi mengenggam pergelangan tanganku dengan erat, mau tak mau membuatku menoleh lagi.

"Udah, ayo bareng aja, aku juga mau ke kantin kok, kuantar sekalian."

DEG

R-rasanya hatiku mati selama beberapa detik. Barusan dia senyum!? Dan nada suaranya jadi lembut!? Ah, senyumannya itu.. m-manis banget..

Akhirnya aku hanya bisa mengangguk pelan, tapi berhasil membuat papa Ichi melepas pergelangan tanganku dan kembali bicara pada duo barusan. "Kalian berdua, kita ketemu pulang sekolah. Jangan cari masalah lagi, awas aja."

Nadanya kembali menjadi keras, membuat Hinata dan Kageyama mengangguk ketakutan. 

"Nah, kalau begitu, ayo." papa Ichi menatapku, sebelum membukakan pintu UKS lebar-lebar. Ia berjalan keluar, lalu diikuti olehku dan perut yang sudah lapar.

xxx

Bonus

Setelah pintu tertutup rapat, keheningan kembali melanda UKS selama lima menit, sebelum Hinata menepuk dahinya, baru mengingat sesuatu. 

"Kageyama! Kita belom minta maaf!" katanya kaget, menatap kearah Kageyama, "Kok kita bisa lupa sih!? Kasian tau!"

"Kan salah lu, bego! Siapa suruh lempar-lempar bola sembarangan!?"


SMAN 1 || Haikyuu x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang