01.27 AM

2.6K 119 17
                                    

Seoul, 27 Januari 2017

Waktu menunjukkan pukul 01.10 pagi dan Jisoo baru menyelesaikan bab ketiga skripsinya. Kuapan lebar menandakan bahwa sudah waktunya untuk beristirahat. Toh hari ini dia tidak ada kelas sampai sore yang artinya bebas bangun kapanpun dia mau. Itulah salah satu keuntungan menyewa apartemen seorang diri.

Usai menonaktifkan laptop dan merapikan buku-bukunya Jisoo segera melempar diri ke ranjang kesayangan. Bergelung dalam selimut tebalnya lantas terlelap begitu saja. Melupakan rutinitas kecil seperti mencuci wajah sebelum tidur. Tubuhnya menolak untuk sekedar berjalan beberapa langkah ke kamar mandi.

Dengkuran halus diiringi napas teratur yang memenuhi kamar satu-satunya di apartemen kecil milik Jisoo. Oh jangan lupakan bunyi jarum jam dinding yang bergerak tiap detiknya.

Tik

Tik

Tik

Tik

Tik

Drrrrrrrt

Drrrrrrrt

Drrrrrrrt

Bunyi keras dari mana itu?

Rupanya berasal dari smartphone di nakas yang layarnya berkedip tanpa henti pertanda ada panggilan masuk. Bunyi getarannya terdengar cukup keras mengingat betapa sunyi kamar pemiliknya.

Ugh,” kening Jisoo berkerut merasa terganggu dengan bunyi getaran tersebut. Terpaksa ia bangun untuk mengecek siapa orang yang berani mengganggu tidurnya.

“Oh, tentu saja!” menggertakkan giginya kesal.

Getar itu berhenti dan layar kembali menghitam. Jisoo mengaktifkan lagi ponselnya dan membuka riwayat panggilan masuk hari ini.

Choi Seungcheol - Today 01.27AM

Tanpa pikir panjang pemuda sembilan puluh lima menghapus riwayat tersebut lantas menekan tombol nonaktif. Hendak meletakkan smartphonenya ke tempat semula, namun sebelum itu terjadi layar kembali berkedip-- nama kontak itu muncul lagi.

“Harusnya aku memblokir nomormu sejak awal atau mengganti nomor baru.”

Jisoo tidak melakukan apapun selain menatap nanar layar smartphonenya. Berpikir apakah panggilan ini harus dijawab atau tidak. Apakah dia akan menyesal jika mengikuti kata hatinya yang tidak sesuai dengan pikirannya. Saling berdebat tiada henti membuat kepala empunya pening luar biasa.

Baiklah, satu kali tidak akan menyakiti, kan?

“Ha-halo...”

Jisoo-ya! Syukurlah akhirnya kau menjawab panggilanku,

“Ada apa lagi, Choi-ssi?” Jisoo merasa tidak perlu berbasa-basi dengan orang di seberang sana.

Happy failed anniversary, Jisoo-ya... Aku merindukanmu.

Cukup. Jisoo menyesal mendengar suara itu. Dia sudah muak dengan apapun yang keluar dari mulut si pemuda Choi.

“Harusnya kublokir nomormu sejak awal, Choi-ssi.”

Hahaha kau tidak akan sanggup melakukannya, sayang, Jisoo tersenyum kecut untuk ini, Karena kau masih mencintaiku.

“Tingkat kenarsisanmu tidak tertolong ya, Choi-ssi. There's no room for you anymore.”

But I can't live without you... Jadi bisakah kita kembali seperti dahulu lagi? Kau dan aku masih saling mencintai, bunny.

Bolehkah Jisoo tertawa keras saat ini? Ucapan Choi Seungcheol sangat menggelikan dan menjijikan di telinganya. Saking menggelikannya sampai setetes airmata menuruni pipi kanannya.

“Hentikan omong kosongmu itu, Choi sialan. Kau tahu? Aku sangat menyesal mendengar suaramu sepagi ini. Oh bukan, aku lebih menyesal sudah mengenalmu, Choi Seungcheol. Aku benar-benar akan memblokir nomormu setelah ini dan kuharap kita tidak akan pernah bertemu lagi.”

Hei dengarkan aku dahulu, Jisoo-ya--

“Berhenti memanggilku ‘Jisoo-ya’ we're not close anymore!” potong Jisoo setengah memekik.

Fine. Tapi kau harus mendengarkan penjelasanku lebih dahulu, Josh. Kau bahkan tidak melihat langsung dan memutuskan lewat chat pribadi. Siapa yang jahat sekarang, Hong-ssi?

“Yayaya terserah. Cepat katakan sebelum aku berubah pikiran!”

Tsk galak sekali. Baiklah, rumor tentangku dan Eunbi berciuman dan selingkuh di belakangmu itu tidak benar. Lagipula itu hanya rumor, demi Tuhan, Josh-- you have to trust me, your boyfriend not them!

Wajah Jisoo mengernyit tidak suka, “Kau tidak sadar ya perbuatanmu hampir diketahui satu fakultas. Dan kau salah, Choi-ssi, itu bukan rumor lagi melainkan fakta!”

Harus berapa kali kubilang jangan dengar kata mereka yang ingin merusak hubungan kita, Josh. Kau tahu sendiri banyak yang tidak suka kita bersama terlebih sahabatmu itu.

Itu karena Jeonghan tidak melihat ketulusan di matamu, batin Jisoo mengingat ucapan sahabatnya beberapa bulan lalu. Sekali lagi dia menyesal karena tidak mendengarkan si pemuda Yoon saat itu. Playboy tetaplah playboy, tidak akan ‘sembuh’ jika menemukan cinta sejati seperti cerita murahan di drama-drama televisi. Atau mungkin cinta sejati Choi Seungcheol bukan Hong Jisoo.

“Jeonghannie tidak ada hubungannya dengan ini, Choi-ssi. Tapi dia dengan sangat baik hati memberiku sebuah bukti yang menguatkan rumor itu. Kau terlihat seperti ingin memakan wajah Eunbi omong-omong, Pft dasar brengsek!”

Jisoo tertawa hambar setelah mengeluarkan emosinya yang dipendam cukup lama. Sesak tak beralasan di dadanya menghilang begitu saja, lega sekali rasanya.

A-apa?! Da-darimana kau--

Seungcheol oppa! Aish dimana sih!

Suara seorang wanita tiba-tiba memotong ucapan Seungcheol, memanggil namanya cukup keras. Berikutnya yang dapat ditangkap telinga Jisoo hanya bunyi derit pintu --entah dibuka atau ditutup dia tidak peduli. Dan samar-samar dentuman musik yang bisa ditemukan di klub-klub malam. Tsk, apanya yang tidak bisa hidup tanpaku, pikir Jisoo sambil mendengus keras.

“Masih sempat ya menghubungiku saat sedang bersenang-senang dengan kekasih barumu, Cheollie. Ah, aku mengerti! Pantas saja saat itu kau selalu menghilang dan sulit dihubungi,” tawa hambar Jisoo terdengar lagi.

“Sudah ya basa-basinya aku mengantuk sekali. Salam untuk wanitamu itu, si Eunbi. Selamat tinggal, Cheollie~”

Belum sempat Seungcheol menjawab Jisoo telah memutus panggilannya lebih dahulu. Merasa tidak ada yang perlu dijelaskan pun didengar lagi. Semua sudah jelas bagi si pemuda Hong bahwa selama ini Seungcheol tidak tulus mencintainya. Omong-omong dia jadi berpikir untuk membeli nomor baru atau smartphone baru. Ingatkan Jisoo untuk meminta uang bulanan lebih pada orangtuanya minggu depan.

“Sialan... Aku benci sekali padamu, Cheol...”

Waktu menujukkan pukul 02.15 pagi. Dan kini Hong Jisoo tidak bisa melanjutkan tidurnya, terima kasih pada Choi Seungcheol yang sukses mengeruhkan pikiran dan hatinya lagi. Tidak, dia tidak akan menangisi si pemuda Choi kali ini. Airmatanya terlalu berharga dijatuhkan untuk seorang brengsek seperti mantan kekasihnya.

Sayang sekali rencana refreshing dengan Jeonghan sore ini harus ditunda sampai hati dan pikirannya jernih kembali. Mungkin 1-2 bulan lagi, semoga sahabatnya mengerti.

“Kenapa harus 01.27 sih?!?! Dasar Seungcheol sialan.”

Bisa dibilang Jisoo mulai membenci apapun yang berhubungan dengan deretan angka tersebut.

Hi(S)toryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang