Langkah Mika terhenti di sebuah taman kecil yang sepi, matanya menangkap sosok gadis memunggunginya. Mika bisa mengetahui gadis itu tengah menangis dengan punggungnya yang bergetar dengan kepala yang tertunduk.
Kaki Mika kembali melangkah mendekati sosok itu, hati Mika seketika perih mendengar suara tangisan gadis itu. Tangisan yang membuat seluruh tubuhnya menggelenyar aneh, bahkan jemarinya telah berada di tepat jantungnya yang tiba-tiba merasa sakit layaknya di tusuk oleh jarum secara bertubi-tubi.
Gadis itu menghentikan tangisnya saat menyadari seseorang berada tak jauh darinya saat ini. Tangannya terulur ke kedua pipinya yang telah basah di banjiri air mata, mengusapnya dan berbalik ke arah belakang. Matanya membulat kaget mendapati sosok Mika yang berdiri mematung dengan tak kalah kagetnya.
"Ai kamu kenapa?" kaki Mika kembali mendekat ke arah gadis itu yang tak lain adalah Aisyah.
Tanpa menjawab Aisyah meraih sehelai tissue dan mengusap jejak air mata yang masih berada di kedua mata juga pipinya. Tangan Mika terulur menyentuh wajah Aisyah tapi segera di tepis oleh sang empunya.
"Aku baik-baik saja." Aisyah melangkahkan kaki meninggalkan Mika, tapi langkah tersebut terhenti begitu Mika menarik pergelangan tangannya.
"Kenapa menghindar?" Kepala Aisyah tertunduk menatap tangan Mika yang kini bertengger di pergelangan tangannya.
"Perasaanmu saja. Bisa lepaskan tanganku, aku mau pergi."
"Pergi?" ujar Mika lirih, seperti ada bogeman mentah yang tepat mengenai jantungnya.
Bukannya melepaskan pergelangan tangan Aisyah, jemari Mika kini menggenggam jemari Aisyah dengan erat. Aisyah seketika mendongak menatap wajah Mika yang kini mengeras menandakan bahwa ia tengah berada di mode siaga.
"Kenapa?" tanya Mika lembut, Aisyah terkejut mendengar ucapan lembut darinya. Pasalnya Mika sama sekali tak pernah berkata lembut padanya sejak mereka menginjak usia remaja, atau bisa dibilang semenjak kedua orangtua mereka menjodohkan keduanya. Sejak itulah sikap datar juga dingin ditunjukkan Mika pada Aisyah.
"Aku gak ngerti." genggaman tangan keduanya lepas begitu saja, Aisyah berlari meninggalkan Mika yang menatap sendu kepergiannya.
***
Arsen menatap putranya tajam seperti ingin menguliti Mika saat itu juga, Arsen baru saja tiba dan melihat putranya kini berkutat dengan buku bersama Kayla juga Ratna.
Arsen berdehem sehingga mengundang tatapan dari ketiganya, "Abang Baba ingin bicara." Arsen berlalu masuk ke dalam kamarnya di ikuti Mika dengan langkah nalas.
"Baba kenapa?" tanya Mika melihat Arsen melepaskan dasinya.
"Abang punya pacar?" Mika mengerutkan kening mendengar pertanyaan Babanya, dengan pelan ia menggelengkan kepalanya.
"Lalu Ratna siapa?"
"Ck, dia cuma teman Kayla dan kebetulan teman sekelas Abang." Mika bisa mendengar helaan nafas kasar dari Arsen.
"Apa Abang sayang sama Ai?"
Mika menyunggingkan senyum dingin, "meskipun Abang bilang gak, perjodohan kita akan tetap berlanjut kan?"
Arsen hanya diam mendengar jawaban Mika, apa iya dia salah telah memaksakan perjodohan di antara Mika juga Aisyah? Ia sangat ingat bagaimana tadi Aisyah memohon-mohon padanya untuk membatalkan perjodohan itu.
Arsen seperti biasa menyempatkan waktu untuk berkunjung ke rumah sahabatnya Rangga, sekaligus mengunjungi calon menantunya yang jarang muncul di kediamannya. Senyum terukir di bibirnya melihat Aisyah membukakannya pintu, aahh Arsen sudah tak sabar untuk segera membopong Aisyah ke rumahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mikador
Teen FictionMikail Yusuf Rahman, Mikayla Ashya Rahman, Adoria Khadijah Rahman. Di sini kalian bisa menemukan; 1. Keluarga 2. Cinta 3. Sahabat 4. Drama 45% 280917