Chapter 1

422 33 63
                                    

"Emma, mau makan siang bersama?"

Lea-teman sekelasku, berhenti tepat di depan meja sambil melihat dirinya di pantulan cermin kecil yang selalu ia bawa kapan pun dan di mana pun. Sepertinya dia tidak pernah lelah untuk mengajakku makan siang bersama di jam istirahat seperti sekarang. Walaupun, sebagian besar aku selalu menolaknya.

Yeah, aku menolak karena tidak cocok dengan teman-temannya.

"Maaf, Lea. Aku masih punya pekerjaan yang harus segera diselesaikan dan aku sudah punya ini untuk mengganjal perutku." Aku memperbaiki kacamataku dan tersenyum, sambil memperlihatkan kotak makan berisi sandwich.

Lea terlihat sedikit gusar setelah kembali menerima penolakan saat ia mengajakku.

Dan kuakui, aku tidak peduli karena Lea sendiri pasti memiliki banyak teman daripada seorang Emma yang hanya sebagai mahasiswa culun yang bahkan siapapun tidak akan mengetahui keberadaannya saat dia di kelas.

"Kau harus makan siang denganku, Emma. Kau tahu, dompetku tertinggal di asrama dan aku lapar." Lea bertolak pinggang di hadapanku. Aku memutar mata, mengembuskan napas dan terpaksa kembali meminjamkan beberapa uang untuk makan siangnya.

"Aku harap kau akan membayarnya nanti," ucapku, sambil mengambil kamera, buku dan tas lalu segera pergi menuju perpustakaan sebelum Lea kembali memaksaku untuk makan siang bersamanya.

Di koridor, mahasiswa sepertiku akan tampak asing bagi orang-orang yang pandai bergaul dan populer. Aku sadar jika semua mahasiswa di Universitas Oxford disatukan, diriku hanyalah seekor semut yang tak terlihat karena tidak banyak orang yang mengenal namaku.

Mereka lebih mengenalku dengan panggilan Chaton-dalam bahasa Prancis berarti anak kucing. Hal ini terjadi, karena saat tertawa pipiku akan membentuk lipatan-lipatan kecil berbentuk seperti kumis kucing, atau terkadang mereka menyebutku sebagai Naruto-salah satu tokoh anime Jepang.

Setelah menghela napas berat, aku meletakkan buku catatan di atas meja perpustakaan yang berada di sudut ruangan-tempat favoritku karena tidak akan ada siapapun yang memerhatikanku selama di sana.

Cekrek.

Dan salah satu kegiatan favoritku, yaitu mengambil foto buku-buku yang akan aku baca. Jika kau melihat isi kameraku, mungkin kau akan merasa bosan karena isinya hanya dipenuhi dengan foto-foto perpustakaan dan buku-buku serta kutipan kalimat yang telah aku baca.

Hamlet-William Shakespeare. Batinku saat memilih buku-buku yang tersusun rapi di rak perpustakaan.

Aku mengalungkan kamera dan berjinjit, berusaha untuk mengambil buku tersebut. Namun, di waktu bersamaan aku berhasil menimbulkan kegaduhan dengan menjatuhkan tiga buku dari rak tersebut.

"Sial!" bisikku. Aku segera mengambil dan mengembalikan tiga buka di rak kosong yang tidak jauh dengan tinggi badanku.

Saat mengembalikan tiga buku yang aku jatuhkan tadi, tiba-tiba di celah antara rak kosong, tampak suatu objek yang membuat tatapanku berhenti dan berfokus padanya. Suatu objek yang terlihat serius sedang membaca tumpukan buku sastra dari penulis terkenal.

Tidak sadar, tanganku pun bergerak mengambil kamera yang tergantung di leher lalu mengambil objek tersebut beberapa kali. Mataku masih menatapnya bahkan setelah selesai mengambil foto dirinya.

Dia sama sepertiku, tetapi mengapa dia begitu bersinar.

Aku tersadar dan segera memukul pelan kepalaku lalu segera kembali ke meja dengan membawa buku dari penulis William Shakespeare.

Bodoh! Cinta pada pandangan pertama? Itu tidak mungkin. Walaupun beberapa novel ada yang mengatakan hal serupa, tetapi ... mengapa tiba-tiba aku memotretnya? Bahkan, dialah orang pertama yang ada di dalam kameraku.

When I Take Your Picture On My Camera [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang