Setelah Lea memergokiku sedang mengambil video Spencer di kelas Mrs. Hannagan, aku tidak menyangka Lea akan menurut dan tidak membuka mulutnya mengenai kejadian ini.
Aneh.
Ini tidak seperti biasanya, Lea bukanlah orang yang bisa menjaga rahasia dengan baik. Bahkan dia adalah pusat informasi Kampus, bisa dikatakan jika kau butuh informasi tentang seseorang maka kau bisa bertanya pada Lea.
Lea memiliki telinga di mana-mana dan dia juga dengan mudah memberitahu apa pun yang ia ketahui, tetapi aku harap Lea akan menjaga rahasiaku dengan baik.
Memejamkan mata sesaat dan berusaha untuk tetap memercayai Lea, aku merapikan buku-buku dan memasukannya ke dalam tas serta beberapa kali sempat melirik ke arah tempat duduk Spencer. Ada perasaan lega untuk saat ini karena peranku sebagai seseorang yang mengagumi Spencer secara diam-diam masih tergolong aman.
"Aku harap Lea tidak akan membongkar identitasku kepada siapa pun." Menyelempangkan tas dan mengalungkan kamera digital, aku pun segera pergi meninggalkan kelas mengikuti mahasiswa lainnya.
Mencuri dengar saat Spencer berbicara dengan Matt, aku jadi mengetahui bahwa setelah ini dia akan pergi ke perpustakaan untuk membantu penelitian Mr. Hubert.
Segera pergi menuju perpustakaan dan kembali melihat Spencer dari jauh adalah keputusan terbaik saat ini. Selain itu masih ada beberapa jam untuk kelas selanjutnya.
Di lorong kampus, kalian pasti akan mengataiku sebagai gadis yang sudah tidak waras karena akan melihat sebuah senyuman yang selalu mengembang setiap kali aku menatap layar kamera. Menonton video Spancer saat menjelaskan sesuatu selalu membuat kekaguman ini semakin meningkat.
"I love you, Spencer," bisikku kembali melihat hasil foto Spancer dan mengusapkan jari di layar kamera.
Wajahku memerah saat membisikan kalimat itu, well, kalian pasti mengerti bahwa rasanya sama seperti mengatakan kalimat tersebut tepat di hadapan Spencer. Padahal sebenarnya hanya melihat foto yang ada di kamera. Kasihan sekali.
Aku merasa seperti benar-benar gila.
Sejauh ini aku belum pernah mendapatkan foto yang terbilang sangat bagus. Maksudku, sebuah foto dimana Spencer sedang melihat ke arah lensa kamera.
Hahaha, itu tidak mungkin, Emma. Lihatlah dirimu saat dia berada di kelas bersamamu, kau bahkan tidak bisa konsentrasi.
Lagi-lagi akal sehat menghancurkan daya khayal dengan mengingatkan bagaimana sikapku saat satu kelas bersama Spencer. Memukul kepala, aku berusaha membuang pikiran-pikiran realita yang selalu mengganggu. Namun, tiba-tiba seseorang seperti sedang menepuk pundakku.
"Excuse me," ucapnya.
Oh, damn! Aku tahu dengan sangat jelas siapa pemilik suara ini. Refleks, segera kurekatkan kamera ke dada untuk menyembunyikan sesuatu yang terpampang jelas di kamera.
Ini halusinasi, kan?
Bergeming-tidak berani menoleh ke arah pemilik suara atau segera lari meninggalkannya-hanya bisa berdoa, bahwa ini adalah ilusi dan ketika menoleh tidak ada siapa pun di belakang yang baru saja menepuk pundakku.
"Apa kau mencariku?" Dia bersuara lagi, "gadis itu mengatakan bahwa kau mencariku."
Dia mengatakan gadis itu, tapi gadis yang mana? Oh, God, tidak bisakah Kau buat aku pingsan saat ini juga? Kuhirup napas dalam-dalam, dengan perlahan membalikkan badan dan menghadap si pemilik suara.
Kau benar, orang itu adalah Spencer, berdiri di hadapanku dengan tubuh yang tinggi dan tatapan yang mengarah padaku. Meneguk saliva, tenggorokan ini kembali terasa kering dan sensasi aneh terasa begitu jelas di antara kami berdua-lebih tepatnya hanya aku yang merasakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When I Take Your Picture On My Camera [END]
Short Story"Yang terakhir adalah gambar terbaik. Jika kau menginginkannya aku akan memberikanmu kesempatan." Entah bagaimana perkataan Spencer begitu memenuhi pikiranku. Seharusnya ia melaporkan tindakanku kepada polisi karena yang aku lakukan adalah salah s...