Kakiku bergetar melihat keadaan didepanku.
Tubuhku tidak berhenti-berhentinya menggigil.
Bagaimana tidak?
Saat ini tepat di depan mataku ada seorang berbaju serba hitam dengan masker hitam yang menutupi mulutnya.
Yang merupakan pelaku pembunuhan seorang wanita yang tanpa sengaja aku lihat.Aku tidak bisa dengan jelas melihat wajahnya karena penerangan yang minim di gang sempit ini.
Kakiku gemetaran lagi melihatnya mengeluarkan pisau berlumuran darah dari korban yang ia bunuh sebelumnya.
Tidak! Tunggu dulu!
Seharusnya aku tidak boleh takut seperti ini. Bukankah tubuhku ini dilatih agar mampu menghadapi situasi seperti ini?
Aku menarik napas perlahan dan menghembuskannya dengan tenang. Memasang kuda-kuda dan berdiri tegak menatap lurus laki-laki pembunuh didepanku.
Pembunuh itu berlari mendekatiku dengan menggenggam sebilah pisau di tangannya.
Pisau itu berayun ke depanku dan sangat terlihat pembunuh itu bersusah payah untuk mengenai salah satu bagian tubuhku untuk disayatnya.
Aku menghindari semua gerakan pisau itu dengan mudah. Jika tebakanku benar, pembunuh ini sama sekali tidak memiliki keahlian bela diri sebenarnya.
Baiklah, ini menguntungkanku.
Aku dapat menghajarnya dengan mudah.Satu pukulan,
Dua pukulan,
Tiga pukulan,
Pembunuh itu berkali-kali terkena serangan mutlak dariku.
Mudah bagiku menyerangnya karena aku merupakan ace dari klub aikido yang ada di sekolah.Pukulan terakhir tepat mengenai bagian belakang lehernya yang sontak membuatnya pingsan dan tersungkur di tanah.
Aku tersenyum puas melihatnya.
Makanya, jangan macam-macam denganku!
-Buakk!!
Kakiku baru saja ingin melangkah pergi berbalik meninggalkan pembunuh ini sebelum ada seseorang yang memukulku dari belakang dan membuatku jatuh tersungkur.
"Sial, siapa yang-Akh!!"
Tubuhku ditendang dengan keras kali ini olehnya.Aku berusaha bangkit dan menajamkan pengelihatanku. Sangat susah melihat dengan keadaan gelap seperti ini. Dengan lampu yang remang-remang.
Pandanganku kuedarkan ke sekeliling dan Voila!
Aku menemukan orang menyebalkan yang telah menghajarku tanpa permisi itu.Sepertinya dia lebih tinggi dan berbadan besar bila dibandingkan pembunuh yang sudah pingsan barusan. Dan sialnya, ia membawa tongkat pemukul baseball sebagai senjatanya.
"Gadis kecil, apa yang sudah kau lakukan dengan rekanku, hah?" Ia bertanya dengan suara beratnya.
Jadi kau rekannya, tapi...
Tidak bisakah kau melihatnya? Aku sudah menghajarnya, bung!Aku hanya tersenyum menanggapi pertanyaan pembunuh itu. Tanpa peduli rasa sakit yang sejak tadi menjalar di tubuhku, aku berlari dan memasang taktik yang sama untuk menghajar pembunuh pertama tadi.
Namun diluar perhitunganku, pria itu mampu menangkisnya dengan cepat. Sedetik kemudian tubuhku terhantam ke tanah dengan keras karena ia membanting tubuhku.
"Akhh!!" Rasa sakit itu terus bertambah.
Sial, pria ini jauh lebih kuat daripada diriku.
Sakit memang, tapi kupaksakan untuk berdiri. Setidaknya jika aku tidak bisa bertarung dengannya, aku masih memiliki kesempatan untuk kabur dari sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
White Lie
RandomDalam sehari itu, aku merasa ada hal aneh yang mulai menyerbu kepalaku. Tentang laki-laki aneh bernama Shou Ryuzaki dengan segala kelakuan misteriusnya dan sikap periang nya yang sama sekali tidak bisa kutebak. Dan hal itu dimulai semenjak ia datang...