BAB 3

4.8K 459 105
                                    

~Perjalanan menuju kediaman utama keluarga Oh...

Sehun mengambil earphone dan menghubungi tangan kanannya. Dering ketiga, panggilannya langsung dijawab.

"Katakan padaku semua yang Kau ketahui tentang perempuan itu?" Ucap Sehun tanpa basa-basi dan dengan nada perintah.

["Apa maksud anda tuan?"]

"Jae Hwan, aku sudah mengenalmu sangat lama. Jadi katakan sekarang."

["Tapi tuan__."]

"Sudahlah, katakan saja. Aku tahu Kau pasti sudah mencari informasi mengenai perempuan itu."

Selama beberapa detik tidak terdengar apapun dari seberang telepon, hingga pada detik ke delapan, suara Jae Hwan kembali terdengar.

Wajah Pria Oh itu terlihat datar saat mendengar informasi yang sedang dituturkan oleh Jae Hwan mengenai siapa Jiyeon dan juga keluarganya.

Diseberang sana, usai panggilan terputus, Jae Hwan menghela napas sembari menatap layar ponselnya.

Dia memang memberikan informasi mengenai siapa Jiyeon begitupun siapa saja keluarganya. Hanya saja ada satu hal yang Dia simpan dan sengaja tidak diberitahukan pada atasannya.

Mengenai ayah Jiyeon

Entahlah, untuk saat ini Dia merasa harus menutup mulutnya mengenai informasi itu dari sang atasan.

"Ibu, ayo kita pergi dari sini."

Raut wajah nyonya Oh seketika terlihat marah. Dia menarik tangannya, kemudian tanpa mengatakan apapun wanita paruh baya itu pergi meninggalkan sang putra.

Sehun menghela napas panjang dengan kedua mata yang terpejam.

Apa yang dikatakannya tadi pasti sudah membuat sang ibu merasa kecewa dan marah.

Ibunya juga pasti akan sulit menerima ajakannya untuk pergi.

Tapi dia sudah memutuskan. Meskipun ajakannya membuat sang ibu kecewa dan marah, dia akan tetap melakukannya.

Maafkan aku ibu. Aku janji, setelah kita pergi dari sini aku akan membuatmu lebih bahagia.

♥♥♥

You Are Love

♥♥♥

"Selamat pagi ibu, ayah." Irene menyapa ibu dan ayahnya yang tengah duduk dikursi makan sembari menikmati sarapan mereka.

"Hm, pagi sayang." Hanya sang ibu yang membalas sapaan paginya, sedang sang ayah terlihat diam.

Ponsel milik tuan Bae berdering dan pria paruh baya itu segera menjawabnya.

Suasana meja makan terasa hening sebelum akhirnya suara sang ayah yang sarat akan emosi memecah keheningan itu.

"Ada apa?" Tanya nyonya Bae saat sang suami mengakhiri panggilan dan meletakan kasar ponselnya dimeja.

Alih-alih menjawab pertanyaan sang istri, tuan Bae lebih memilih untuk menatap putrinya yang juga tengah menatapnya.

"Kau sudah gagal."

Irene mengerti dengan apa yang baru saja dikatakan oleh sang ayah.

"Tinggalkan dia___."

"Tidak. Aku tidak mau melakukan itu."

You Are Love [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang