3. Line!

5 3 0
                                    

aku bukan barang elektronik seperti kalian yang bergantung pada tegangan. aku ini cuma penonton. Aku ini batu baterai. Netral, satu setengah volt, kurus, dan cuma diam tak mengapa, yang penting tak berkonflik.

-Dee

**

Sudah 2 jam ia menunggu. Ia tidak peduli bahwa ia telat. Matanya menatap mata gadis di sebelahnya yang terpejam.Tidak tega untuk membangunkannya yang tertidur nyenyak.

"mmm" alsha bergumam sambil mengusap-usap tangannya sementara matanya masih terpejam.

Revan tersenyum melihat kelakuan sahabatnya.
lucu.
Ia berpikir apakah mereka akan terus menjadi sahabat? atau lebih dari sekedar sahabat?

"van...vaan" gumam alsha lemah berusaha meraih tangan revan yang sedari tadi berada di pundak alsha.

Alsha mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia melihat arlojinya yang melingkari pergelangan tangannya dengan sempurna.

Alsha melirik jam tangannya.
14.05
oh, jam 2.

tadi kan gue tidur jam 12.10. Nah sekarang jam 14.05? 14-12 brp si?

ASTAGA.

Alsha baru tersadar bahwa ia telah tertidur selama kurang lebih 2 jam.

astoge noge pak ogeh makan toge.

"Van! lo gak masuk kerumah tante Vina?" teriak Alsha kaget.
Alsha yang semulanya duduk tertidur, kini ia sudah duduk tegap di samping Revan.

"ya masa gue tega ninggalin lu sha"
Revan menatap hangat Alsha yang masih bertingkah heboh.

"YA AMPUN VAN ITU LIAT" tunjuk alsha yang mengarah ke rumah tante Vina. Dari gerbang rumahnya, satu-persatu semua kerabat Revan sudah keluar.

"KOK LU GA BANGUNIN GUE SIH" omel Alsha dengan heboh.
"nanti kalo gue dimarahin tante Tania gimana? Nanti malah dikira gue ngajakin lo males-malesan lagi" gerutu Alsha panik.

"santai aja, gue bakal bilang bunda gue. Gpp kok, lo gabakal disalahin"
Jelas Revan yang membuat Alsha tenang.

krucukkk

Bunyi perut Alsha cukup membuat Alsha malu. Pipinya merah karenanya.
Tawa Revan berderai mendengarnya.

"iih apa sih Revan, gausah ketawa gitu!"
Alsha menabok punggung Revan dengan cukup kencang seraya menyembunyikan semburat merah di pipinya.
Revan pun mengusap-usap punggungnya.

"kok lo cewek tapi tenaga badak sih?"

'plak'
Alsha menabok punggung Revan. Lagi.

"woi sakit anjir"
"Ok ok, stop. Lo laper ya? Sekarang kita makan aja yuk. Lo deh yang pilih tempat makannya"  lanjut Revan seraya meredakan tawanya perlahan dan masih mengusap-usap punggungnya.

Alsha mendengus pelan dan membuang mukanya ke jendela kaca mobil.

"Sha, ayolah. Jangan baper, masa gitu doang ngambek"
"nanti gue beliin coklat se-pack
deh" rayu Revan.
Mata Alsha langsung berbinar memdengar kata coklat. Ia pun menolehkan kepalanya pada Revan seraya berkata "beneran?".
"iya beneran. Tapi lo jangan ngambek"
"Ok! Yaudah sekarang kita makan di tukang bakso langganan gue!"
Revan mendengus geli meleihat Alsha bertingkah seperti anak kecil.

Is It wrong?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang