Tertekan

18 3 6
                                    

"Tirta pov"
Aku masuk kedalam rumah, baru beberapa langkah aku sudah mendengar suara keributan.  Aku hanya bisa menghembuskan napas tanpa tau apa yang harus aku lakukan agar mereka berhenti bertengkar.  Yah beginilah kehidupan ku setiap detik menit jam,  hari aku melihat kedua orang tua ku saling menyalahkan.  Benci ya aku sangat membenci mereka apa mereka tidak pernah memikirkan perasaan ku. Aku segera masuk kedalam kamar,  membuka pakaian sekolah ku. Aku langsung masuk kekamar mandi. "Sial aku benci dilahirkan dikeluarga ini,  apa
kalian tidak pernah memikirkan perasaan ku" . Aku memukul tembok kamar mandi,  seperti biasa hanya ini yang bisa aku lakukan untuk meluapkan rasa kecewa terhadap mereka. Selesai aku mandi aku keluar kamar kulihat mama menangis enatah apa yang membuat mereka harus seperti ini,  aku benar benar muak berada dirumah. Tapi aku iba melihat mama menangis aku akhirnya dengan berat hati menghampirinya.  "Ma kenapa harus seperti ini?  Kemana keluarga bahagia kita dulu ma?  Aku rindu dengan kebahagiaan kita dulu". Mama ku tiba tiba memeluk ku.  "Papa mu memeliki wanita lain diluar,  jika kamu ingin menyalahkan atas hilangnya kebahagiaan keluarga ini salahkan dia saja ta,  mama hanya korban". Mama berkata sambil memeluk ku erat.  Entah karena aku saking bosan dan muak mendengar aku melepaskan pelukannya dan pergi begitu saja tanpa berbicara apapun.  Ku lajukan mobil ku,  pikiran ku sudah kalut.  Aku tidak punya tujuan kemana aku harus pergi kali ini.  Baru aku ingat disebuah mall sedang ada acara rumah hantu,  ku putar balik mobil ku menuju kerumah sahabat ku riko.  Yah cuma riko dia tau apa masalah ku,  dia mengerti apa yang aku rasakan.  Aku sudah sampai didepan rumah minimalis lantai 2 aku pencet bel beberapa kali.  Kulihat seorang perempuan membuka pintu rumah.  Den tirta silakan masuk,  den riko sedang mandi.  Aku masuk kerumah riko,  ku rebahkan diriku disopa.  Aku sudah tidak asing lagi dengan rumah ini,  rumah riko sudah aku anggap rumah ku.  Dirumah ini aku bisa merasakan kembali kehangatan sebuah keluarga.  "Den silakan diminum" , bik inah pembatu rumah

keluarga riko sudah hapal minuman kesukaan ku.  "Terima Kasih ya bik minuman bikinan bibik memang paling top" . Aku mengacungkan jempol sambil tersenyum kepada bik inah.  "Aduh aden bisa saja,  ya sudah bibik mau kebelakang" . Aku tidak melihat paman adam dan tante Linda mereka pergi kemana,  kenapa tumben tidak terlihat.  Aku melihat riko turun dari tangga dengan handuk yang masih ada dibahu yah seperti kata bik inah den riko masih mandi.  Dan sekarang pasti dia baru selesai mandi.  "Tumben jam segini lo udah kesini?  Kenapa ada masalah? " . Riko to the point dia tau jika aku datang kesini sesiang ini pasti terjadi sesuatu.  "Biasa ko gue udah muak mendengar mereka ribut terus,  kenapa mereka tidak pernah memikirkan persaan gue?  Gue kangen suasana harmonis antara ayah dan ibu gue dulu" . Aku tertunduk lesu menceritakan semua kekecewaan ku terhadap orang tua ku.  Mungkin ini sudah ke 1000x aku berkata seperti ini kepada riko,  tapi riko tidak henti henti memberi ku semangat.  "Mungkin mereka punya alasan sendiri ta,  gue cuma bisa nyaranin lo sabar,  selalu yakin Tuhan tidak akan memberikan hambanya cobaan yang melebihi kemampuan hambanya.  Dan gue yakin elo bisa menghadapi masalah keluarga lo" . Aku tersenyum mendengar kata kata bijak sahabat ku,  dia memang orang yang bisa menguatkan ku untuk saat ini.  "Ko kita ke mall yuk disana ada rumah hantunya,  gue mau masuk kesana siapa tau dengan begini gue bisa ngelupain sedikit masalah keluarga gue " . "Oke gue ganti baju dulu ya,  biar tambah ganteng lagi gue dan biar ada cewek yang nyantol sama gue secara gue udah lama ngenes" . Aku hanya bisa menghela napas mendengar celotehan riko.  Benar juga dari dulu kami berdua belum pernah pacaran.  Memang banyak perempuan yang mengejar kami tapi menurut ku dan riko mereka tidak masuk kedalam kriteria wanita baik.  Masak wanita mengejar lelaki.  Memang sudah ada emansipasi tapi setidaknya jangan terlalu mengegebu gebu untuk mendapatkan kami. 
Kulihat riko sudah siap aku segera berdiri,  "ayo kita pergi sekarang,  mami gue juga nyuruh gue makan diluar katanya mami sama papi tidak bisa pulang hari ini jadi kita bisa keluar sampek malam" . Riko nyengir kuda menjelaskan kata maminya terhadap ku.  "Pantes gue gag liat mami papi lo ternyata diluar kota toh" . Aku hanya bisa mangut mangut dengan pernyataan riko tadi. 
Riko melajukan kecepatan mobil dengan sedang,  hari ini jalanan begitu macet yah jam jam segini jamnya orang pulang kantor,  bunyi klakson mobil dan motor membuat jalanan menjadi ramai.  "Ah kenapa harus semacet ini,  kaki gue pegel nginjek kopling mulu" . Riko terlihat prustasi melihat kemacetan dijakarta ini.  "Secara kita keluar disaat orang pulang dari kantor gimana gag macet, syukur bukan gue yang bawa mobilnya" . Aku tersenyum melihat keprustasian riko.  Kira kira satu jam perjalanan kami pun tiba disalah satu mall terbesar dijakarta.  Riko berputar putar mencari parkiran yang kosong.  Setelah menemukan kami segera memarkir mobil dan menuju lantai 2 mall ini.  Disana ada berbagae caffe,  dan tempat makanan cepat saji.  Kami masuk kedalam salah satu tempat makanan cepat saji.  Aku dan riko memutuskan makan terlebih dahulu sebelum masuk kedalam rumah hantu yang lagi ngetren disma kami.  Kami memesan makanan.  Kami mengobrol kecil sambil kami makan.  Riko membayar semua makanan tadi,  kami langsung naik kelantai 3 tempat rumah hantu itu di gelar.  Dan disana ku lihat banyak poster hantu hantu yang ada didalam.  Setelah 30 menit aku dan riko berada didalam rumah hantu kami pun keluar karena saking seru kami bersorak ria.  Aku melihat dua orang wanita memperhatikan kami aneh.   Mungkin mereka berpikir segitu senang yah bisa keluar dari sana kayak menang lotre aja aku memikirkan apa yang mereka pikirkan sampe aku senyum senyum sendiri.  Aku terus memperhatikan wanita yang tadi,  aku merasa nyaman dan tenang melihat dia.  Entah perasaan apa yang aku rasakan pada wanita itu.  Dia meminta riko untuk memotret mereka berdua.  Kami semakin dekat,  aku memaksa riko masuk kedalam rumah hantu untuk yang kedua agar aku bisa lebih dekat dengan dia. Setelah kejadian masuk kerumah hantu itu aku jadi tau namanya dia,  dia embun nama yang bagus. Aku juga jadi sedikit tau tentang dia dia ngeri atau jijik dengan hantu.  Aku merasa lucu melihat expresinya ketika keluar wajahnya pucat.  Tapi aku bahagia disana aku bisa melindunginya.  Menyelam sambil minum air tidak apa.  Tapi waktu tidak memihak ku,  aku tidak sempat meminta nomber atau alamat dimana dia tinggal.

Maaf reader ketikan salah bertebaran di bagian pertama tapi aku udah revisi kok.  Semoga suka bacanya ya.  Salam sayang dari aku 😘

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 07, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tirta Dan EmbunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang