"Temeee!"
Suara teriakan pemuda bersurai pirang itu menggema di lorong kampus, membuat heran dan kesal beberapa orang yang berada disana. Si pemuda pirang berlari ke arah seorang pemuda yang lebih sedikit lebih tinggi darinya dan—lebih tampan darinya, masih sambil memanggil panggilan dari sahabatnya itu.
"TEMEEEE! Onegaii!"
Yang dipanggil 'teme' cuma bisa mendecak kesal, tatapan dinginnya menajam pada sosok si pemuda pirang.
"Urusee!" Deliknya kesal. "Telingaku sakit, dobe!"
"Kumohon, Sasukeee! Sekali ini saja. Ya, ya, yaaa? Tolong aku 'ttebayo!"
Sasuke menatap jijik pemandangan di depannya; Namikaze Naruto yang tengah berlutut dengan wajah memelas, dengan gestur memohon. Benar-benar membuatnya ingin segera pergi dari tempat itu. Kalau saja si tampan Uchiha itu tidak ada kelas setelah ini, ia pasti akan langsung pulang.
"Tch!" Sasuke melipat kedua lengan di dada bidangnya. "Jujur saja, dobe, aku akan membantu jika ini urusan kuliah. Tapi untuk urusan itu, cari orang lain saja! Aku nggak tertarik!"
Naruto masih berada di posisinya. "Tapi, tapi, Sasuke... Kiba ada latihan Sabtu nanti, Sai 'kan punya pacar—"
"Nggak peduli."
"—dan cuma kau yang ada waktu luang hari Sabtu! Please! Sekali ini saja 'ttebayo!"
"Kalau kau bisa datang, kenapa harus aku gantikan, bodoh."
"Aduh! Aku 'kan sudah bilang, Kaa-chan mau membawaku pergi ke rumah Ero-jiji!"
"Kalau begitu, batalkan pertemuannya."
"Nggak! Nggak boleh, 'ttebayo! Aku sudah janji mau datang!" Kata Naruto, terlihat frustasi dengan penolakan berkelanjutan yang diterimanya. "Temee... please? Asalkan kau datang dan mengajaknya makan siang juga cukup, kok! Kau mau membeberkan alasan kenapa aku nggak bisa datang juga, oke! Mau mengataiku juga, fine! Tapi, kau harus datang 'ttebayo... Aku sudah nggak bisa kalau harus—"
"BERISIK!" Geram pemuda Uchiha itu, tangan yang dikepalnya hampir saja melayang ke arah wajah memelas Naruto.
Naruto bergidik ngeri, mulutnya langsung tertutup rapat, badannya sudah mulai gemetaran—tapi dia masih bertekad untuk mendapatkan 'ya' dari Sasuke.
". . . Fine." Sasuke menghela nafasnya. Nyerah, deh, daripada darah tinggi karena si dobe. "Enyah kau sana."
"SASUKEEE! Sankyuu and I love you!" Naruto melompat saking senangnya, rasa takut yang tadi sempat datang sekarang udah hilang lagi. Dia sempat berpikiran buat memberi si Teme pelukan—tapi langsung urung begitu melihat kepalan tangan Sasuke. "Hehehe! Aku serahkan padamu ya, Teme! Jaa~!"
". . . Kuso."
..
.
"Gimana, Nak? Berhasil kah?!""Tante, anakmu yang satu itu bener-bener bikin nyaliku ciut!" Wanita cantik itu terkekeh mendengar suara dari sebrang sana. "Tapi, aku berhasil 'ttebayo!"
"Tuh 'kan, sudah kubilang. Kalau Naruto-kun, pasti Sasuke mau~ Kalian 'kan memang best friend forever." Lagi, wanita itu tertawa kecil. "Makasih ya, Naruto-kun. Masalah Sakura-chan, bibi dan Kushina-chan yang atur~ Ya sudah ya, Tante lupa belum ambil cucian. Jaa, Naruto-kun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Equally Attracted
FanfictionAda satu pemuda pengusaha ganteng yang dari masa balita sudah addicted dengan tomat. Terlahir di keluarga Uchiha, keluarga sukses yang terhormat dan berjaya, kualitas wajah di atas rata-rata. Uchiha Sasuke terlahir selamat dan sentousa, dengan otak...