Boo! -3-

366 51 0
                                    

Setelah kejadian malam itu, Ardhi dan Bimo langsung mengungsi ke rumah Septian, yang tak jauh dari kos mereka. Mereka pun bercerita pada Septian apa yang terjadi pada mereka. Terlebih Ardhi, laki-laki manis itu sangat bersemangat menceritakannya.

"Ish! Beneran ka Tian! Dia serem banget!."

"Emang bentuknya kayak mana?."

"Dia laki-laki trus badannya basah kuyup."

"Hmm... Itu apa ya?."

"Makanya itu ka Tian!."

Beberapa saat mereka pun tenggelam dalam pikirannya masing-masing.

"Ah! Aku punya ide."

***

TOK TOK!

"Iya sebentar."

CKLEK

"Septiannya ada?." Tanya orang yang mengetuk pintu.

"Ah, ka Tiannya ada kok. Masuk aja." Ardhi mempersilakan tamu untuk masuk dan duduk di ruang tamu.

"Sebentar ya, di panggilin dulu." Ardhi lalu melenggang menuju dapur dimana Septian dan Bimo berada.

"Ka Tian, ada yang nyariin tuh."

Septian dan Bimo segera menuju ruang tamu menemui paranormal yang Septian panggil sebelumnya.

"Jadi, mana yang harus saya bantu?." Tanya paranormal tersebut.

Ardhi mengangkat tangannya tanpa bersuara. Dadanya bergemuruh menerka apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Bisa kamu jelasin apa yang kamu alami belakangan ini? Sebelumnya nama saya Andini, saya sepertinya bisa membantu kamu dan nama kamu siapa?."

"Uhm.. nama saya Ardhi, jadi gini akhir-akhir ini hampi sebulan tepatnya saya di gangguin sama seseorang yang bahkan saya gak kenal. Gak cuma di ganggu, saya di teror beberapa kali 'dia' terus coba nyentuh saya tapi saya berhasil menghindar tapi—" Ardhi menghentikan ucapannya sebentar untuk mengambil napas perlahan.

"—setiap saya sama pacar saya, Bimo, 'dia' gak pernah berani ganggu saya, 'dia' cuma berdiri ngeliatin sama Bimo. Saya gatau harus gimana, saya gabisa terus-terusan sama Bimo karena saya harus kuliah, Bimo juga harus kerja."

Andini mendengarkan dengan seksama, sampai akhirnya Andini meminta Ardhi mengulurkan tangannya agar Andini bisa mengetahui apa yang terjadi.

Ardhi menggenggam telapak tangan Andini sambil mengikuti instruksi dari Andini.

Andini terlihat gelisah dengan penglihatannya selama menutup mata, keringat bercucuran, dahinya mengkerut sampai akhirnya ia membuka mata dan menatap mata Ardhi dengan tatapan sedih.

"Maaf Ardhi saya bisa membantu kamu, tapi hanya ini yang bisa saya perbuat."

"Bisa ceritain gak apa yang terjadi dengan Ardhi?." Tanya Bimo cemas.

"Jadi begini—."




























[To Be Continued]
.
.
.
.
.

HAHA MAAF YA GENGS DAKU POTONG!

SAMPAI JUMPA NEXT CHAP!

There is someone between usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang