Norah POV
Pandangan matanya yang nakal jatuh pada gaun palet warna nude peach yang membalut pas lekuk tubuhku. Kerutan di dahinya tampak jelas. Menyiratkan jika dia tidak menyukai gaun ini. Karena biasanya ia akan memberikanku sebuah lengkungan indah pada bibirnya sehingga memamerkan lesung pipinya yang dalam. Menandakan jika ia menyukai penampilanku. Tapi kali ini semuanya tampak berbeda. Tidak ada lengkungan pada bibirnya. Semuanya tampak datar.
"Apa kamu tidak memiliki gaun lain di dalam lemarimu yang besar itu?" tanyanya sambil menggerakkan dagunya yang terarah pada lemari bercat putih milikku yang ada di sisi kanan kamar kami.
Benar, kalian tidak salah mendengar. Kamar kami, kamar aku dan dia. Dan dia yang aku maksud adalah sosok laki-laki yang berdiri tegak dengan tuxedo yang membungkus otot-ototnya berdiri tegak tak jauh dari balik punggungku.
Aku mengangkat kedua bahuku. Menurutku sendiri tidak ada yang salah dengan gaun ini. "Tidak ada masalah dengan gaun ini. Kamulah yang bermasalah," bantahku sambil menatap penampilanku di dalam cermin.
Perlahan ia memajukan tubuhnya lalu memeluk tubuhku dari belakang dan mulai mengecupi leher dan berlanjut ke punggungku yang terbuka. Benar, gaun ini backless dan sepertinya aku menyadari di mana letak kesalahan gaun ini. Tapi demi Tuhan, gaun ini adalah gaun rancangan Elie Saab! Dan tidak mudah untuk mendapatkan gaun ini. Atau sepertinya Reyhan tidak memedulikan siapa pun perancang gaun yang aku kenakan.
"Sebaiknya kamu memilih mengenakan gaun lain, atau aku akan merobeknya di sini sekarang juga. Dan kita tidak jadi ke acara pernikahan temanmu itu?" Aku memejamkan kedua mataku yang menandakan jika aku mulai terbuai dengan kecupan-kecupan yang diberikan olehnya di punggungku yang terbuka. Mencoba untuk tidak terlarut lebih dalam, cepat-cepat aku memutar tubuhku yang alhasil langsung menghentikan kegiatannya. Aku menatap manik cokelat gelap miliknya dengan wajah jengkel. Begitu juga dengan dia. Tampak tidak suka karena kegiatannya terganggu. Tapi sedetik kemudian, ia langsung berhasil mengontrol emosinya. Ia mengangkat kedua alisnya sebagai pilihan. Seakan-akan mengatakan "Your choice, Norah."
Aku menarik nafas panjang sebelum berkata, "Fine. You win!" gerutuku sambil berlalu dan membuka lemari untuk mencari gaun yang yang lain. Aku memandang gaun-gaunku yang tergantung rapi di dalam lemari. Akhirnya pilihanku jatuh pada sebuah lace dress berwarna putih berlengan panjang. Panjang dress itu sampai lutut. Tidak terlalu terbuka, sebaliknya memberi kesan elegan.
Ketika aku baru saja hendak membuka gaunku, tiba-tiba pandanganku jatuh pada sosok laki-laki yang sedang duduk di tepi tempat tidur. Aku memandangnya dan bersedekap. Menandakan jika aku ingin dia keluar.
"Haruskah aku keluar?" tanyanya heran. Seakan ini adalah hal baru untuknya. Meski harus kuakui, ini bukan hal baru untuknya. Karena diantara kami tidak ada rahasia.
"Tentu saja tuan Reyhan yang terhormat. Aku akan ganti pakaian dan jika tidak mau terlambat, bisa kamu keluar sekarang?" jawabku dengan ramah. Aku tahu Reyhan membenci keterlambatan meski sebenarnya dia tidak suka pesta. Reyhan memandangku dan tanpa berkata apa-apa laki-laki berambut hitam dengan mata elang dan bibir tipisnya beranjak dari tempatnya dan melangkah keluar. Namun, kenyataannya ia menunggu di balik pintu membuatku menggelengkan kepala ketika ia berseru, "Padahal tanpa perlu menunggu di luar, aku sudah melihat semuanya. Bahkan aku tahu berapa jumlah tahi lalat yang ada ditubuhmu. Aku benar-benar tidak mengerti wanita!" desahnya.
Bibirku sedikit terbuka, tidak mempercayai apa yang baru saja kudengar. Ingin rasanya melayangkan pump merah milliku ke dalam bibirnya yang tipis itu. Selalu berbicara sesuka hatinya. Tapi aku tahu sebenarnya ia memiliki hati yang lembut dan penyayang. Hal inilah yang membuatku memiliki hubungan ini dengannya. Jika semua yang sedang kami jalani adalah sebuah hubungan. Meski demikian, ini hanyalah sebuah hubungan karena kebutuhan. Bukan cinta seperti yang dimiliki oleh setiap pasangan pada umumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Things (COMPLETE)
ChickLitAku yang mencintainya dengan tulus harus merasakan yang namanya sakit hati. Aku yang mencintainya harus merasakan bagaimana rasanya diperlakukan dingin olehnya. Apakah salah jika di dalam hubungan yang kita jalani tumbuh rasa cinta? Apakah salah j...