2

9.7K 646 28
                                    

Warning!!
Cerita amat sangat boring di sini.

Rasya menatap tajam Aaro yang sekarang jadi lawan latihan basketnya, dendamnya belum hilang karena insiden beberapa hari yang lalu.

Rasya mendribbel bola, sasarannya bukan ring basket, tapi kepala Aaro. Matanya tak lepas dari mata Aaro. Jarak yang pas pikirnya

1
2
3

Headshoot!!!

Aaro oleng, tapi tak sampai rebah, kepalanya berdenyut, seberapa kuatpun ia, tentu tak mampu menahan sakitnya hantaman bola basket apalagi pas di kepalanya.

"Ups... sorry A, gue gak sengaja" Rasya menutup mulutnya untuk menyembunyikan tawanya, ia berjalan menghampiri Aaro yang masih berdiri dengan memegangi kepalanya, guru olahraga mereka berteriak menanyakan perihal kepalanya, dan Aaro hanya memberikan acungan jempol pada gurunya itu. Beberapa kali ia menggelengkan kepalanya agar rasa sakitnya hilang.

"Itu balasan elo udah nonjok Rezky" Rasya berbisik pelan sebelum ia menempelkan minuman bersoda dingin ke kepala Aaro. Kini mereka telah berada di pinggir lapangan. Rasya ikut duduk di samping Aaro dan dengan jelas ia mendengar geraman dari Aaro.

"Tenang Pak, Aaro biar jadi tanggung jawab saya. Lagian saya yang salah." Rasya berkata sambil tersenyum pada guru olahraganya. Pak Kasman mengangguk tanda mengerti, setelah itu ia pamit untuk membereskan bola-bola basket di lapangan dibantu murid-muridnya tentu saja.

Setelah dirasa kepalanya tak terlalu pusing, Aaro bangkit meninggalkan Rasya yang tersenyum penuh kemenangan.

***
Aaro menyandarkan punggungnya di pohon besar di belakang sekolahnya.

"Kenapa sih gue gak bisa marah sama itu cewek? Kenapa gue gak bisa berkutik sama dia? Argh!!" Aaro menjabak rambutnya kesal.

"Tenang A, ini baru satu rencana gue, setelah ini akan ada yang lebih seru"  kata-katanya masih berseliweran di kepalanya, apalagi kalimat Rasya yang menyatakan ia akan balas dendam karna insiden beberapa hari lalu.

Gadis pertama yang berani melawannya, menantangnya, memarahinya, menatapnya tajam, mencaci makinya, Rasya.

"Oke kalau itu mau lo Sya. Gue bakal ikutin permainan lo dan gue pastiin kalau pacar tersayang lo itu akan berakhir mengenaskan." Aaro tersenyum setan dan anehnya sedetik kemudian ia tersenyum bahagia karena Rasya memanggilnya dengan A, tidak ada yang memanggilnya A, jadi ia merasa bahwa itu panggilan khusus Rasya. Hey! Kau punya puluhan panggilan khusus darinya bodoh! Kutub Utara, Beruang Kutub, es, es krim, dsb. Ia tertawa karna pemikirannya sendiri.

***

"Gila lo anjir! Lo seriusan lempar bola basket ke kepalanya si Aaro? Si Aaro kan monster, dia bahkan gak segan-segan buat mukul cewek kalau dia ngerasa terganggu." Reka histeris setelah mendengar cerita Rasya.

"Emang gue gak bisa bela diri? Lagian dia juga duluan yang nonjok muka abang gue seenak jidatnya." Rasya mendengus kesal mengingat insiden yang bahkan tidak diingat Rezky lagi.

"Lo mah dek dendaman sama Aaro, paling entar juga demen-demenan sama dia. Lagian nih ya menurut gue Aaro suka sama lo" Rezky tersenyum mengingat sesuatu yang membuatnya semakin yakin jika Aaro menyukai kembarannya.

Rasya memasang muka datarnya, sedetik kemudian terjadi baku hantam antara abang-adek yang terpaut usia 3 menit ini.

Rambut Rasya acak-acakan, sedangkan Rezky hampir sama amburadulnya. Sedetik kemudian mereka tertawa. Raka hanya tersenyum, ia beralih duduk di sebelah Rasya, merapikan rambut gadis ini dan menguncirnya menjadi satu ke belakang. Reka? Ia sibuk memoto Rezky, baginya ini kejadian langka bisa melihat kondisi Rezky yang mengenaskan. Rezky yang tak suka difotopun berusaha merebut hp Reka dan terjadilah aksi kejar-kejaran.

TAKLUK [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang