Prolog a.k.a Perkenalan

20.8K 902 84
                                    

Rasya POV

Aaro Aaro Aaro, kenapa gue harus sekelas sama manusia jadi-jadian itu lagi sih? Kenapa Tuhan?!! Arghhh!! Tidak cukup dengan satu kelas sekarang aku harus duduk bersebelahan dengan manusia kutub itu! Shit! Ini anak dikasih makan es batu ya sama orang tuanya? Dingin cuy dingin! Liat aja mukanya datar banget kaya sketchboard gue, tanpa ekspresi. Expression 404 Not Found. Aura yang makhluk ini pancarkanpun gelap. Ini beneran anak manusia atau iblis sih? Kenapa lagi wali kelas yang nentuin tempat duduk? Kenapa lagi gue gak boleh pindah? Kenapa? Kenapa Tuhan? Eh apa gue pindah sekolah aja ya? Eh tapikan gue udah kelas 12 ye kan? Sekolah mana yang terima murid pindahan kelas 12? Mana? Kasih tau gue biar gue pindah ke sekolah itu!

"Rasya, ada apa, nak? Dari tadi bapak lihat kamu grasak-grusuk sendiri?" pertanyaan Mr.Joe wali kelasku mengintrupsi acara mencak-mencak dalam pikiranku. Aaro melirikku, satu kelas melihat ke arahku, dan dengan bodohnya aku menunjukkan cengiran andalanku, Aaro menggedikan bahunya dan kembali menatap ke arah papan tulis. Udah gue bilangkan dia itu manusia tanpa ekspresi?

"Gak ada apa-apa kok, Sir. Ini suhu ruangan ini aja nih rendah banget, saya kedinginan, Sir." kilahku dengan alasan yang luar binasa masuk akal.

Mr.Joe hanya menggeleng-gelengkan kepalanya karna kelakuanku. Setelah itu ia pamit keluar kelas.

Karna ini hari pertama kami sekolah (lagi) kegiatan belajar-mengajar belum aktif, besok baru diaktifkan kegiatan yang paling membosankan menurutku. Setelah Mr.Joe keluar siswa(i) yang lainpun berhamburan keluar menunju kantin atau tempat manapun, sedangkan aku hanya duduk di kursiku dengan kepala yang ku taruh di meja, membayangkan setahun satu kelas dengan Aaro apalagi satu bangku membuatku malas melakukan apapun. Ku harap laki-laki yang bernama Aaro itu pergi juga dari kelas atau sekalian musnah aja gapapa kok. Hayati ikhlas abang hilang dari muka bumi ini. Sumpah! Demi dewa Neptunus, demi celana kotak Spongebob, demi saus tartar Tuan Crab. Aku ikhlas! Tapi nyatanya ia masih senang berdiam diri di sebelahku.

"Lu! Lu gak mau keluar kelas gitu?" aku mengajukan pertanyaan dengan posisi kepala yang ku taruh di meja dan mataku memandang tubuh sampingnya, tepatnya wajahnya. Tampan! Ia amat sangat tampan jika saja ia tak seperti kutub utara tempat Ang ditemukan oleh Katara dan kakaknya. Ia melirikku sebentar lalu kembali memperhatikan kotak persegi panjang yang disebut smartphone.

"Heh! Gue tuh nanya, kenapa gak lu jawab? Lu manusia kan? Normalnya itu tuh kalau ada manusia yang nanya sama manusia, manusia yang diberikan pertanyaan akan menjawab bukan malah diam kaya elu. Kok bisa sih gue satu kelas lagi sama elu? Malah satu bangku sekarang. Aaaah sial sial sial!" merubah posisi menjadi duduk tegap dan menghadapnya aku mengeluarkan semua unek-unek yang tadi bersarang di kepalaku, tanpa bantuan Uya Kuya aku bisa mengungkapkannya tanpa beban apapun. Ia menghadap ke arahku, memberikan tatapan mengintimidasi miliknya, tapi sayangnya tatapan itu kebal terhadapku, terhadap Rasya Anugrah Pitona.

"Lu bisa diam gak?" suara britonnya akhirnya terdengar juga. Hanya 4 kata yang diucapkannya, jika anak lain yang mendengar mungkin langsung lari dari hadapannya. Bahkan sebelum ia mengucapkan satu katapun, jika tatapannya sudah berubah menjadi tajam manusia normalpun akan memilih pergi dari hadapannya. Sayangnya lagi itu tak berlaku untukku. But, I'm a normal person okey?!

"Gak! Gue gak bisa diem gara-gara duduk di sebelah makhluk dingin kaya elu!"

"Ya sudah, pindah sana!" ia mengusirku

"Lu bego atau ogeb sih? Lu gak denger apa yang dibilang Mr.Joe?" ia memutar bola matanya jengah dan kembali menghadap ke depan dengan pandangan yang terkunci di benda yang diagung-agungkan anak remaja sekarang.

"MasyaAllah, frustasi gue lama-lama ngomong sama elu!" akhirnya gue yang mengalah, akhirnya gue yang keluar dari kelas.

Aaro POV

Gadis yang dari tadi gelisah di sebelahku, gadis yang ku ketahui amat tidak menyukai ku entah karna apa, dan gadis yang ku ketahui sekarang di pikirannya sedang mencaci makiku akhirnya berbicara panjang lebar setelah pertanyaannya ku abaikan.

"Heh! Gue tuh nanya, kenapa gak lu jawab? Lu manusia kan? Normalnya itu tuh kalau ada manusia yang nanya sama manusia, manusia yang diberikan pertanyaan akan menjawab bukan malah diam kaya elu. Kok bisa sih gue satu kelas lagi sama elu? Malah satu bangku sekarang. Aaaah sial sial sial!"

Aku hanya meliriknya diam-diam saat ia berbicara, ekspresi kesalnya entah mengapa menjadi hiburan tersendiri untukku. Aku menghadap ke arahnya dan memberikan tatapan mengintimidasi milikku yang membuat siapa saja takut terhadapku. Tatapan ini jelas ku warisi dari ayahku, Aidan Blackstone.

"Lu bisa diem gak?" kalimat itu yang keluar dari mulutku setelah jutaan kalimat sempat terlintas di pikiranku. Setelah ini aku berharap ia tambah marah-marah padaku. Karna ku tahu tatapanku tak berefek apa-apa padanya. Tatapan ini berhasil membuat siapa saja tertunduk takut bahkan adik perempuanku sendiri akan menunduk takut saat aku memberikan tatapan ini, tapi tidak untuk gadis di hadapanku sekarang, Rasya.

"Gak! Gue gak bisa diem gara-gara duduk di sebelah makhluk dingin kaya elu!" jawabannya membuatku ingin sekali mencubit pipi chubby miliknya.

"Ya sudah, pindah sana!" aku sengaja memancing kemarahannya lagi, aku tahu setelah ini ia akan mengatakan aku bodoh atau apapun sejenisnya karna penjelasan Mr.Joe yang tidak membiarkan kami pindah dari tempat duduk yang sudah ia tentukan.

"Lu bego atau ogeb sih? Lu gak denger apa yang dibilang Mr.Joe?" benarkan apa kataku. Aku mati-matian menahan senyum ku sekarang. Lebih baik aku kembali memandang benda pintar yang ada di tanganku sekarang dari pada aku kelepasan tersenyum di hadapannya. Ia mendesah sebal sebelum berdiri.

"MasyaAllah, frustasi gue lama-lama ngomong sama elu!" setelah itu ia berdiri dan keluar dari kelas sambil menghentakkan kakinya.

Aku tersenyum saat ia menghilang di balik pintu kelasku.

Aku tak tau kenapa ia begitu tidak menyukaiku saat gadis lain begitu memuja-mujaku. Aku tak tau kenapa ia begitu amat sangat tidak ingin berdekatan denganku saat gadis lain berebutan untuk itu. Alasannya yang ku ketahui karna aku manusia dingin, manusia dari kutub utara, tak memiliki ekspresi, dan julukkan-julukkan lainnya yang ia berikan. Namun, kenapa hanya dia yang memilih alasan itu untuk menjauhiku sedangkan yang lain menjadikan alasan itu untuk tertarik kepadaku dan mendekatiku?

.......


Yo yo yo yo, Nova's here....
So, tadi abis culik anaknya guru gue, Aidan dari cerita Carmila MBAnya kak Rea hihihihihi

Dan inilah jadinya 😂😂 maafkan yang kurang jelas ceritanya, atau gaya bahasanya yang kurang srek, atau typo"nya atau apapun itu. Saya membutuhkan banyak komentar baik kritikan, saran, ataupun dukungan dari para pembaca yang telah membaca cerita saya 😉.

Terimakasih terbesar jelas untuk kak Rea yang bersedia karakternya saya culik ke lapak saya 😆 Thank you very much kakak 😊 ReaSheren

TAKLUK [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang